Bab 21

94 53 50
                                    

Happy reading....

******


"Besok bawa oleh-oleh ya buat jenguk Vana," ucap Adijaya.

Seketika raut wajah Yorcha yang tadinya ceria langsung berubah drastis, kenapa Ayahnya masih mengingat Vana? Bahkan ketika ia sedang bersenang-senang dengan dirinya tetap saja Vana yang ada di pikiran Ayahnya. Tapi Yorcha langsung menampakkan senyumnya lagi.

"Iya pah,"

"Udah larut, udah kan belanjanya? Sekarang pulang ya." ucap Adijaya.

Yorcha melihat belanjaannya di tangan kanan kirinya masih kurang baginya ia ingin berbelanja lebih banyak lagi setelah ini. "Tapi pah..." ucap Yorcha dan di potong oleh Adijaya.

"Segitu udah banyak sayang, kapan-kapan Ayah belanjain kamu lebih dari ini ya." ujar Adijaya agar Yorcha menurut.

"Janji ya Pah" seru Yorcha dengan antusias.

Adijaya mengangguk mereka keluar dari area mall tersebut dan pulang ke rumah.

Paginya Adijaya, Yorcha dan Neli berencana menjenguk Vana. Sebenarnya Adijaya ingin menjenguknya kemarin malam tapi tidak sempat karena Yorcha yang memaksanya untuk pergi berbelanja dan 3 hari terakhir ia juga di sibukkan dengan pekerjaan yang sangat amat banyak ia tidak bisa meninggalkannya sama sekali karena urusan itu sangat penting.

Mereka bertiga tidak lupa membeli buah-buahan tidak enak jika menjenguk anaknya tidak membawa buah tangan. Sesampainya di rumah sakit mereka menuju ruangan di mana Vana berada tidak ada seorang pun yang sedang menjaganya, mungkin Dew sedang pulang pikir Adijaya.

Mereka memasuki ruangan Vana di sana masih ada gadis berumur 17 tahun yang berbaring lemas mata yang terpejam sempurna badan yang tidak berdaya dan bibir yang pucat pasi. Adijaya terenyuh hatinya kala melihat putri kesayangannya tidak sadarkan diri. Vana yang kuat kini lemah Vana yang biasanya egois kini tidak bisa berbicara lagi.

Pria paruh baya itu mendekat ke arah brankar mengelus surai rambut panjang putrinya dengan penuh kasih sayang dan air mata keluar begitu saja tanpa di minta, baru kali ini Yorcha melihat Ayahnya menangis. Sesayang itu kah Ayahnya dengan Vana?

"Maafin Ayah Van..." isaknya sesekali menghapus air matanya.

Yorcha dan Neli hanya berdiam diri saja di samping Adijaya buah yang sempat mereka beli sudah di taruh di atas nakas di samping Vana.

Sesekali Yorcha ikut menangis ketika Ayahnya mengajak orang yang tidak sadarkan diri itu mengobrol. Adijaya pernah mendengar cerita ketika seseorang yang tidak sadarkan diri ia harus bisa mengajaknya mengobrol karena orang yang tidak sadarkan diri itu bisa mendengar suara kita dengan telepatinya.

Seketika Adijaya teringat dengan Nela istri pertamanya dulu, Vana mirip sekali dengannya matanya yang cantik senyuman yang indah itu semua seperti Nela. Bahkan saat tertidur di brankar pun ia sangat mirip dengan Nela dulu Nela berakhir di sini dengan alat-alat rumah sakit yang ada di tubuhnya, saat itu Adijaya tepuruk dalam kesedihan berapa Minggu ia tidak selera makan bahkan saat tertidur selalu menyebut nama Nela dan selang berapa hari ia selalu memandangi wajah Neli.

Adijaya melihat Neli seperti melihat bayangan istrinya di saat itu juga ia mulai menyukai Neli semua yang ada di Neli mirip dengan mendiang Nela, hanya satu yang bisa membedakannya sifatnya Nela dan Neli memiliki sifat yang sangat berbeda. Akhirnya Adijaya menikahi Neli dengan tidak di setujui oleh dua anaknya dan berakhir mereka berpisah rumah dengan anak-anak kandungnya dan Adijaya memilih dengan keluarga barunya. Tapi walau bagaimanapun kasih sayangnya tidak berkurang untuk Vana dan Dew.

Selang berapa menit Dew yang di temani oleh Senja kembali ke rumah sakit untuk menjaga Vana ketika Dew membuka pintu rumah sakit ia melihat Adijaya dan keluarganya itu, sebelumnya Dew tidak terlalu membenci keluarga itu tapi di saat Vana sedang sakit bahkan Ayahnya sendiri tidak sempat menjenguk di hari pertamanya itu sangat membuat Dew membenci Ayahnya dan Mama tirinya!

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang