Bab 28

92 60 50
                                    

Happy reading.....

*******





"Lo mau sekolah Van?," tanya Vana.

"Kenapa nggak?," tanya balik Ervan.

Vana dan Dew sepakat untuk tidur di rumah Ervan karena tidak ada lagi saudara Ervan yang ke rumahnya hanya ada mereka berdua, lagi pula ini bentuk balas budi pada Ervan ketika Vana sedang sakit tempo hari lalu.

Vana memasuki kamar Ervan dan menghampirinya ia melihat penampilan Ervan tidak berubah seperti Ervan pada biasanya gadis itu memegang kedua bahu Ervan dan menghadapkan pada dirinya.

Vana mulai memasangkan dasi untuk Ervan dan membenarkan posisinya agar terlihat rapi, Ervan yang lebih tinggi darinya melihat Vana yang telaten memasang dasi untuknya.

"Van, jangan sedih lagi ya? Kamu gak sendiri kamu ada aku, kamu ada teman-teman yang baik kita keluarga Van." ujarnya.

"Iya Van aku tau, makasih."

"Makasih?" tanya Vana.

"Makasih karena kamu ada di sini makasih karena kalian ada di sini buat aku," ujar Ervan.

Vana tersenyum melihat Ervan yang tidak sedih lagi ia melihat Ervan di depannya adalah Ervan yang semangat sekolah, Ervan yang di siplin, Ervan si ketua Osis.

"Ayo berangkat," ucapnya.

Mereka berdua keluar dari kamar Ervan dan melihat Dew yang terduduk di kursi kayu. Bahkan Dew sudah rapi untuk pergi kuliah.

"Kita berangkat duluan Bang," ucap Ervan.

"Hm, hati-hati"

Sebelum Ervan dan Vana benar benar keluar dari pintu rumahnya ada dua orang yang berpenampilan seperti preman memasuki rumahnya Ervan, ia tidak kenal mereka berdua.

"Heh bocah ingusan santai banget lo mau sekolah gitu mana uangnya dulu Ibu lo janji mau bayar uangnya segera!" ucap preman itu.

Dew yang mendengar kegaduhan itu mencoba keluar dan melihat keadaan di depan.

"Hutang? Bunda?" gumam Ervan.

Brak!

"Mana uangnya bukan malah bengong!" sarkasnya seraya menggebrak pintu di sampingnya.

"Lo! Lo yang buat bunda gue meninggal bajingan!" sarkas Ervan meremas baju preman itu.

Bugh!

"Berani banget lo sama gue hah!" sentaknya menghajar Ervan.

Ervan tersungkur ke lantai dan memegang rahangnya yang sakit ia bangkit dan membalas menghajar preman itu bahkan preman yang satunya lagi ikut serta menghajar Ervan, dua lawan satu mana mungkin Ervan bisa menang.

Vana mulai panik melihat Ervan yang sangat marah ia menggangil abangnya untuk menolong Ervan.

"Bang! Bang Dew!" serunya.

Dew berlari menuju depan dan melihat pertikaian yang ricuh ini.

"Stop!" ucapnya.

Mereka bertiga yang sedang menghajar satu sama lain akhirnya menghentikan pergerakan mereka dan menatap Dew.

"Ada apa ini?," tanya Dew.

"Wow ada pahlawan kesiangan, kenapa lo? Mau bantuin hutang keluarga ini?," tanya Preman itu.

Dew sudah batin jika preman ini rentenir jika bukan maka pihak dari bank akan menggunakan pakaian yang rapi bukan seperti yang ada di depannya ini rambut yang grondong menggunakan baju serba hitam, jaket kulit dan celana yang sobek-sobek bahkan ada rantai yang menggelantung di saku celananya.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang