Bab 35

66 33 24
                                    

Happy reading......

*********

"Van,"

"Ada satu rahasia lagi yang belum aku kasih tau," ucap Vana.

Kini Vana mencoba bersikap terbuka dengan Ervan karena jika ia tidak bercerita itu sangat membuat beban dirinya. Vana menghembuskan nafasnya kasar ia mulai bercerita tentang Angga dan Yorcha.

Setelah memperlihatkan foto Angga dan Yorcha, Ervan percaya dengan Vana semua perkataan Vana cowok itu mempercayainya.

"Aku mau ungkapin ini tapi aku takut Hellena bakal kecewa," lirih Vana.

"Ini buat kebaikan kita semua Van, kamu gak mau kan Hellena di gituin aja sama cowok brengsek kayak Angga?" sergah Ervan.

"Kumpulin semuanya jadi satu Van di tempat yang sepi kita harus bicarain baik-baik undang Yorcha sekalian sama Vania Vivian," jelas Ervan.

"Tapi Van!" hardik Vana.

"Gak ada tapi-tapian Van sebelum terlambat," jelas Ervan.

Gadis itu hanya menurut apa yang dikatakan Ervan lagi pula apa yang di ucapkan Ervan ada benarnya juga.

***

Di sebuah ruangan yang kosong dengan debu yang melekat dimana-mana seorang perempuan telah di sekap dan di ikat di sebuah kursi lusuh. Keadaan gadis itu sungguh kacau rambut yang acak-acakan luka dan lebam yang ada di mana-mana serta perban di tangan yang sudah tidak terurus.

Vana membuka matanya perlahan-lahan nyeri di tubuhnya membuatnya sulit untuk bergerak, gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh arah ruangan ini gelap tidak ada siapa-siapa. Dan ia tidak sadar apa yang ia lakukan kemarin sampai dirinya berada di sini.

Gadis itu berhati-hati menggerakkan tangannya tanpa suara tapi usahanya sia-sia ikatan di tangannya sangat kuat. Bahkan mulutnya tidak bisa berbicara karena ada kain yang tersumpal di mulutnya.

Vana mencoba untuk tenang ia mengatur nafasnya dan mencoba untuk tidak terbawa emosi. Dia belum tau siapa dalang di balik semua ini, tiba-tiba ada seseorang yang memasuki ruangan ini dengan langkah anggunya perempuan itu mendekat ke arah Vana.

Ia menyipitkan matanya siapa perempuan itu dengan bantuan cahaya yang sangat minim setelah semakin dekat Vana tidak heran lagi jika itu Yorcha saudaranya sendiri tapi ia enggan memiliki tapi persaudaraan dengannya.

Yorcha menyunggingkan senyumnya melihat Vana yang tidak berdaya di depannya, gadis itu menyilangkan tangannya di depan dada dan berjalan memutari Vana.

"Vana Vana,"

Suara itu memasuki indra pendengaran Vana bahkan Vana tak sudi namanya keluar dari mulut Yorcha!

Yorcha membukakan ikatan kain yang ada di mulut gadis di depannya ini, Yorcha ingin mendengarkan sesuatu dari Vana.

Cuih!

Vana terlebih dulu meludahi wajah Yorcha dengan air ludahnya.

Yorcha menggeram marah ia mencengkram rahang Vana dengan kuat bahkan kuku nya yang panjang melukai leher Vana. Vana mendesis ia tidak takut apa pun perlakuan Yorcha padanya bahkan jika Yorcha membunuh dirinya ia tidak akan takut sekali pun.

"Gue udah muak sama lo Van. Gue iri sama lo! Ayah selalu libatin lo dia gak pernah liat ke gue!" sentak Yorcha seraya melepas cengkramannya.

Bukannya marah gadis di depannya sekarang sedang tertawa mengejeknya. "Itu berarti Ayah masih sayang sama gue, sadar diri deh lo pengrebut kok mau di sayang?" hardik Vana.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang