Bab 20

92 53 64
                                    

Happy reading.....

********


Di ruangan yang bernuansa putih dan aroma khas obat-obatan terlihat perempuan yang terkapar tidak berdaya di brankar rumah sakit kepala yang di baluti perban, tangan yang di infus, dan ada alat bantu oksigen di hidung dan mulutnya serta ada banyak luka lebam di sekujur tubuhnya karena benturan dari benda-benda keras.

Ervan yang melihat itu sangat sakit hatinya seperti di remas-remas jantungnya seperti di tusuk oleh benda yang sangat tajam, ia tidak kuat jika melihat Vana yang tidak sadarkan diri seperti ini sudah beberapa hari Ervan menangis membuat matanya menjadi sembap dan rambut yang acak-acakan seperti mayat hidup.

Eva mengelus pundak Ervan dengan pelan ia tau isi hati anaknya pasti sangat hancur sekali, bukan hanya Ervan saja Eva juga ikut merasakannya teman-teman Vana dan keluarga nya pasti sangat sedih sekali.

"Bunda yakin Vana pasti kuat Van," ucap Eva menenangkan anak satu-satunya.

Ervan tidak menghiraukan perkataan Ibundanya ia masih menatap lurus ke depan dimana ada Vana di sana hanya terhalang oleh pembatas kaca saja.

Di lorong rumah sakit banyak orang yang sedang menunggu Vana siuman entah kapan gadis itu bisa terbangun mereka semua sudah 3 hari menunggu Vana siuman kembali tapi nihil sampai sekarang Vana belum sadarkan diri.

"Bunda mau sholat dulu ya. Kamu jangan lupa sholat juga doain Vana," ujar Eva yang di angguki oleh Ervan ia tidak ingin berbicara dengan siapa-siapa ia hanya mau gadisnya pulih kembali.

Ia rindu tawa Vana, senyumnya bahkan ketika ia sedang marah sekalipun itu Vana akan tetap cantik seperti biasanya Ervan merindukan itu semua dari Vana.

"Van ayo makan dulu, udah berapa hari lo gak makan" ucap Dew.

Ervan kehilangan nafsu makannya bahkan untuk berbicara saja dia sudah sangat malas, ia hanya ingin menunggu Vana lekas sembuh. Ervan menggelengkan kepalanya pelan menjawab perkataan Dew.

"Jangan nyiksa diri lo sendiri gue yakin kalau Vana tau dia bakal habisin lo," ujar Dew menghibur pacar adiknya.

Ervan akhirnya menuruti perintah Dew mereka pergi ke kantin untuk membeli makanan dan membeli makanan dan minuman untuk yang lainnya.

Selang berapa menit Ervan dan Dew kembali di sana ada Aca dan Hellena yang duduk di atas kursi rumah sakit dengan raut wajah yang sama-sama khawatir. "Lo berdua pulang aja udah malem, kasian kalian udah nunggu di sini lama pasti cape.'' ungkap Dew.

Aca belum sempat menjawab pertanyaan Dew dan hanya gelengan kecil yang di tunjukkan, tapi Dew langsung melontarkan ucapannya lagi.

"Nurut Ca," ucap Dew lirih.

"T-tapi siapa yang nungguin Vana di sini, kapan dia bangun, gue pengin ketemu dia!" ucap Aca dengan pertanyaan-pertanyaannya.

"Simpen dulu pertanyaan lo Ca, gue yakin Vana cepet sembuh." ucap Hellena mengetahui situasi saat ini.

"Gue ada di sini Ca nungguin Vana, udah sana kalian pulang aja hati-hati di jalan."

Lama juga untuk meyakinkan Aca untuk pulang ke rumahnya dan mereka berdua berpamitan dengan Dew dan Ervan.

"Biar gue yang anter Aca," ujar Aksa.

Aksa langsung menarik tangan Aca menjauh dari sana dan menuju parkiran di mana motornya berada, sebelum Aksa menaiki motornya ia melihat kaos Aca yang pendek cuaca malam ini sangat dingin angin berhembus kencang tidak mungkin jika Aca tidak kedinginan. Dengan pekanya Aksa melepas Hoodie hitamnya dan menyodorkan ke arah Aca.

ERVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang