❀ 07 - Xenna, Tumbuh Dewasa, dan Luka

2.2K 248 7
                                    

XENNA Adhika begitu dekat dengan April sejak awal mereka dipertemukan sekitar delapan tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

XENNA Adhika begitu dekat dengan April sejak awal mereka dipertemukan sekitar delapan tahun lalu. Namun, hal tersebut tidak terjadi pula pada Janu. Kendati ia adalah kakak laki-laki April dan wajah Xenna termasuk yang paling sering terekam oleh indra penglihatannya kala di rumah, mencoba akrab dengan gadis itu termasuk ke dalam hal terakhir yang ingin ia lakukan dalam hidupnya. Bukannya Janu tidak suka dengan presensi Xenna. Hanya saja ... Xenna pada masa itu adalah sosok yang teramat ingin Janu hindari sebisa mungkin.

Xenna saat masih duduk di bangku SMP merupakan gadis yang aktif, banyak bicara, dan juga punya rasa ingin tahu yang besar. Suaranya paling mendominasi ketika ia sedang bermain bersama April, begitu berisik dan sangat mengganggu bagi Janu yang lebih suka ketenangan. Oleh karenanya, kedatangan Xenna ke rumahnya selalu sukses membuat Janu jengkel bukan main hingga ia memutuskan untuk mengurung diri di kamarnya sendiri saja.

Selain itu, pernah beberapa kali Janu mendapati Xenna dengan tatapan penuh penasaran berdiri di depan lemari berisi koleksi action figure dari karakter-karakter fiksi favoritnya. Xenna pernah nyaris sampai membuka pintu lemari kaca, tetapi beruntung langsung ketahuan oleh Janu yang segera menegurnya keras saat itu juga. Kejadian tersebut pun menjadi awal mula Janu semakin jauh dengan Xenna. Pandangan sang gadis terhadap Janu pun otomatis berubah seratus delapan puluh derajat. Janu menjadi sosok yang Xenna takuti hingga ia selalu menunduk dalam diam acap kali lelaki itu berada di dekatnya. Janu dapat dikatakan cukup beruntung sebab Xenna tak mengadu pada Vandi dan Wira kala itu.

Terakhir, satu hal yang menganggu bagi Janu yakni sosok Xenna yang mudah menangis, bahkan hanya karena hal-hal yang menurut lelaki itu cukup sepele. Seringnya disebabkan oleh Wira yang memang sedari dulu sangat hobi mengganggu Xenna meskipun sejatinya ia begitu menyayangi sang adik. Sedangkan penyebab lainnya bisa seperti ditinggal kedua orangtuanya ke luar kota, jatuh dari sepeda meski tak ada luka, ataupun ketika keinginannya tidak dikabulkan.

Dan, oh, Janu melewatkan sesuatu. Sebetulnya, Xenna pun menangis saat Janu memberi teguran perihal action figure. Hanya saja, tidak langsung di hadapan Janu. Laki-laki berkacamata itu sempat mendapati wajah takut Xenna dengan genangan air di kedua mata, sebelum sang gadis pergi begitu saja dari hadapannya.

Jika harus jujur, Janu sedikit merasa bersalah atas kejadian itu sebab dirinya yang agak berlebihan dalam mengambil sikap. Janu pun punya keingingan untuk meminta maaf, tetapi kesempatan seperti itu tidak pernah datang kepadanya. Sampai bertahun-tahun terlewati, Janu menyadari bahwa pertumbuhan Xenna disertai dengan kepribadian yang berangsur-angsur mengalami perubahan. Xenna telah bertansfromasi menjadi sosok yang berbeda di mata Janu, hingga perlahan-lahan lelaki itu membuka diri, membiarkan Xenna masuk ke dalam hidupnya.

Kepergian April ke perantauan menjadi alasan Xenna jarang berkunjung ke rumah Janu, kecuali saat Mami memanggilnya ketika ia baru membuat makanan-makanan enak. Karena kesibukannya pula, Janu tidak banyak memiliki waktu untuk mengobrol dengan Xenna. Namun, sebisa mungkin ia bersikap lebih baik daripada sebelumnya, setidaknya begitulah bentuk permintaan maaf secara tak langsung yang dapat Janu tunjukkan pada gadis itu.

Memories in the Making [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang