❀ 46 - Terkait Usaha Janu Menjemput Restu

991 99 25
                                    

JAM menunjukkan pukul satu dini hari ketika Janu masih sibuk berkutat dengan laptopnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JAM menunjukkan pukul satu dini hari ketika Janu masih sibuk berkutat dengan laptopnya. Harus Janu akui bahwa belakangan ini manajemen waktunya benar-benar buruk, sehingga terpaksa sekali ia membawa pulang sebagian pekerjaan untuk dituntaskan sebelum batas akhir yang kian dekat. Dengan ditemani kopi instan dalam kemasan botol, Janu merasa sangat siap melawan kantuk. Namun, tak bisa dipungkiri pula bahwa rasa lelah tetap saja menghampiri tanpa bisa dicegah.

Kini Janu melepas kacamatanya untuk memijat alis sejenak. Lantas ia regangkan badan sebelum mengistirahatkan tubuh pada punggung sofa. Satu tangannya tergerak untuk memukul-mukul pelan bahunya yang terasa pegal bukan main.

"Mas? Mas Janu nggak tidur?"

Vokal halus yang sedikit parau tersebut sekonyong-konyong menyapa rungu Janu dan sukses menarik atensinya secepat kilat. Pandangan Janu kini sudah terarah pada hospital bed di mana Xenna berada. Gadis itu tahu-tahu sudah ubah posisinya menjadi duduk, menengok ke arahnya sembari mengucek pelan sebelah mata.

"Sayang," panggil Janu seiring dirinya yang kembali menegakkan badan, "kamu kenapa bangun?"

Xenna menggeleng perlahan, sebelum membalas, "Nggak tau ... tiba-tiba kebangun."

Mendengar itu, Janu meloloskan napas, lalu lekas beralih pada laptop hanya untuk menyimpan hasil desain sementaranya. Janu kembali mengenakan kacamata, lantas ia taruh laptop di atas sofa sebelum bangkit dan beranjak mendekati tempat tidur Xenna. Menempati kursi kosong yang berada persis di samping kirinya.

Janu meraih tangan Xenna yang bebas dari jarum infus, kemudian kedua bola matanya segera mengunci gadisnya lekat. "Sekarang lebih baik kamu tidur lagi. Saya temani sampai kamu bisa tidur," tuturnya dengan lembut.

"Mas Janu kan lagi kerja, masa tiba-tiba jadi nemenin aku?" protes Xenna dengan bibir bawah menekuk. Kemudian, gadis itu sibuk berceloteh, "Emangnya Mas Janu lagi ngerjain apa sih, sampe jam segini belum selesai? Pasti urusan penting, ya? Mami bilang, Mas Janu lagi fokus ngurusin sesuatu yang penting, sampe-sampe Mas Janu nggak pernah datang buat jenguk aku. Sekarang, Mas Janu lagi ngurus itu, ya?"

Sesaat Janu terdiam. Jadi, itukah alasan yang Mami berikan, saat Xenna bertanya tentang dirinya yang tak pernah menampakkan diri sejak gadis itu terbangun dari tidur panjangnya? Tampaknya, Janu hanya perlu mengiakan. Sebab Xenna memang belum boleh mengetahuinya saat ini. "Ya, anggap aja begitu," Janu menjawab singkat dengan bibirnya yang membentuk lengkungan tipis. "Sekarang saya mau istirahat sebentar, sambil menemani kamu."

Xenna yang mendengarnya tampak tidak puas, tetapi ia tak berniat untuk bertanya lebih lanjut. Dan, Janu bersyukur akan hal itu.

Pada akhirnya, Xenna memutuskan untuk kembali berbaring, menyamping tepat menghadap Janu. Satu tangannya masih terbungkus dalam genggaman hangat lelaki itu.

Selama beberapa detik ke depan, keduanya hanya saling diam. Namun, dalam diamnya Janu sibuk mengabsen satu per satu yang ada pada wajah Xenna, memerhatikannya begitu intens lantaran sudah cukup lama waktu yang terlewat hingga Janu merindukannya dengan sangat. Kemudian, pandangan Janu tak sengaja berpindah dan jatuh pada sisi kanan kepala Xenna. Tepatnya, pada kain kasa yang menutupi luka operasinya.

Memories in the Making [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang