❀ 42 - Tatkala Dunia Janu Meruntuh

1.2K 128 92
                                    

⚠️TW // Physical Abuse ⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️TW // Physical Abuse ⚠️

(catatan: ada sedikit bentuk tindak kekerasan fisik yang ditulis secara eksplisit, author memutuskan untuk tetap memberi peringatan di awal demi kenyamanan bersama)

-

AMANDA memang sudah gila, Janu tahu betul akan hal itu. Namun, di malam ini, Janu sungguh tak menyangka bahwa nyatanya Amanda betul-betul segila itu.

Benar, Janu telah menyetujui permintaan Amanda hanya demi ketenangan hidupnya dan juga Xenna, tetapi ia tak pernah mengira perempuan itu akan dengan sengaja menyambangi kantornya agar pertemuan tersebut dapat terjadi lebih cepat. Dan, sesuai dengan tujuan utamanya, ia betulan datang bersama sang ayah. Mereka terlihat menunggu di lobi ketika Janu hendak meninggalkan gedung. Membuat Janu lekas bertanya-tanya, bagaimana bisa Amanda tahu kalau hari ini ia tak pulang tepat waktu seperti biasanya?

Sialnya, Janu tak bisa melakukan apa pun lantaran Amanda begitu memaksa. Perempuan itu takkan pergi sebelum keinginannya terpenuhi. Janu tentu tak ingin penolakannya akan berakhir mengundang keributan yang dapat mengganggu kenyamanan di kantor, terlebih lagi para karyawan yang tengah lembur di malam ini. Atau mungkin lebih parahnya, Janu sendiri yang akan terjebak sepanjang malam di sana.

Maka dari itu, Janu ingin segera mengakhiri semua ini. Dengan terpaksa Janu mengajak Amanda beserta ayahnya ke kafetaria kantor untuk berbincang-bincang.

"Langsung saja, sebenarnya apa yang mau Om bicarakan?" Janu menatap pria baruh baya di hadapannya tanpa minat setelah pria itu hanya sibuk berbasa-basi dan membahas hal-hal yang sudah lalu, bahkan ketika Janu kembali setelah--secara kebetulan--bertemu dengan rekan kerjanya, pria itu belum juga tiba pada intinya.

Ialah Atmadja, akar dari segala permasalahan yang terjadi sampai detik ini. Seorang pria yang pernah menjadi penghalang besar antara Janu dan perempuan yang dicintainya dahulu. Seorang pria tak punya hati yang memaksa Janu untuk merelakan, bahkan sampai merendahkan sebab pada masa itu, Janu akui bahwa ia memanglah tidak punya apa-apa. Pun seorang pria, yang telah bersikap seolah ia dapat mengatur segalanya, menganggap seakan Janu bukanlah laki-laki berperasaan.

Walau demikian, Janu di masa kini sudah mampu menarik hikmah dari semua yang sudah terjadi. Namun, berterima kasih pada Atmadja atas segala hal berharga yang Janu miliki sekarang pun bukan sesuatu yang patut ia lakukan, bukan?

"Kamu mencintai anak saya, 'kan?" Pertanyaan itu akhirnya terlontar dari mulut Atmadja, terkesan cukup angkuh dan kelewat percaya diri. "Untuk yang sudah berlalu, kita lupakan saja. Mungkin saya yang bodoh karena pernah berpikir kalau kamu bukan laki-laki yang tepat untuk anak perempuan saya." Henti sesaat. Atmadja benar-benar memandang Janu penuh keseriusan, penuh angan-angan. "Kalau kamu ingin memiliki hubungan dengan Amanda, kali ini saya izinkan. Lebih bagus kalau sampai menikah, saya setuju sekali. Disegerakan pun akan jauh lebih bagus karena kalian memang sudah memasuki umur yang matang untuk menikah."

Memories in the Making [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang