XENNA telah coba memikirkannya berulang kali, betul-betul memikirkannya sampai ia dibuat pusing sendiri sebab beban yang tertumpuk dalam kepalanya. Dan, satu kesimpulan yang pada akhirnya berhasil ia tarik adalah sebuah kenyataan, bahwa Xenna memang tidak salah dalam mengartikan perasaannya sendiri; perasaan asing yang ada hanya untuk seorang Adhyaksa Januar.
Mau dipikirkan bagaimana pun, rasanya hal itu memang benar-benar di luar dugaan, hingga Xenna terus mengingat-ingat bagaimana semuanya bermula.
Xenna sempat melupakan fakta bahwa ia baru mengalami sakit luar biasa akibat kandasnya hubungan yang terjalin selama satu tahun bersama Arka. Arka berselingkuh dengan Gia, sahabat Xenna sendiri. Bagaimana mungkin Xenna bisa memaafkan dan menerimanya dengan mudah? Xenna bahkan tak tahu berapa lama ia menangis satu hari semenjak putus. Atau lebih tepatnya, Xenna berusaha mengeluarkan seluruh kesedihan berbalut luka lewat air mata yang ia bisa, agar di hari esok dirinya dapat lebih mampu menyembunyikan segalanya seolah tidak terjadi apa-apa. Xenna sungguh tak ingin keluarganya tahu. Terlebih lagi Wira, yang Xenna tahu pasti tidak akan tinggal diam sementara kakak keduanya itu mesti fokus dengan persiapan pernikahannya sendiri di samping pekerjaannya.
Sungguh satu bulan yang menyiksa, pikir Xenna. Gadis itu tertawa miris. Nyatanya banyak hal yang telah ia korbankan demi dapat bertahan dalam keadaan yang memuakkan. Xenna mengabaikan skripsinya; mengabaikan larangan Wira untuk tidak keluar sampai malam dengan alibi ia butuh ruang agar dapat fokus, padahal faktanya ia tak mengerjakan apa-apa; dan mengabaikan dirinya sendiri yang menjadi jarang merawat diri serta sering kehilangan nafsu makan hingga mengundang penyakitnya sampai kambuh, tetapi lagi-lagi ia tetap diam agar semua orang tidak tahu dan ia takkan merepotkan siapa pun. Sejatinya Xenna keheranan sendiri sebab ia cukup kuat melewati masa-masa pahit itu. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa satu bulan tidaklah cukup untuk membuat Xenna sembuh sepenuhnya.
Kendati demikian, setidaknya Xenna berhasil kembali dalam keadaan yang lebih baik dibanding hari pertama usai segalanya berakhir. Xenna kembali memedulikan dirinya sendiri sambil terus berusaha menata hati yang telah pecah berkeping-keping. Dengan begitu, tidak akan ada yang pernah menyadari bahwa seungguhnya Xenna pernah hancur.
Lalu, hari pernikahan Wira dan Renata tiba. Hari di mana Xenna menyadari bahwa Wira akan meninggalkan dirinya seperti Vandi karena sebuah tanggung jawab besar. Lagi-lagi, Xenna kembali merasa kosong. Dan, di saat itulah Janu hadir, memberi sebuah sapu tangan, menampakkan kepedulian yang tersembunyi dalam sikap menyebalkannya. Di situ pula Xenna tersadar, bahwa segalanya memang berawal dari sana.
Hari-hari selanjutnya lantas datang, dan entah bagaimana bisa, seolah banyak hal tak terduga terjadi yang membuat Janu sering kali terlibat dalam hari-hari yang Xenna lalui. Dimulai dari Janu yang memberi pertolongan pertama untuk laptop Xenna, sampai-sampai kini lelaki itu tahu permasalahan yang tengah merundung Xenna. Namun, Janu bukan hanya sekadar tahu. Pada kenyataannya, Janu selalu ada di saat-saat Xenna harus kembali menghadapi apa-apa saja yang sudah lalu sementara gadis itu sudah rapuh. Janu selalu ada di sisinya, seolah hadirnya merupakan sebuah kekuatan yang begitu Xenna butuhkan, seolah hadirnya adalah obat yang akan membantu Xenna sembuh perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in the Making [END]
Romance[Reading List @RomansaIndonesia - SPOTLIGHT ROMANCE OF NOVEMBER 2023] Menjadi lebih dekat dengan seorang Adhyaksa Januar merupakan suatu hal yang tak pernah berani Xenna Adhika bayangkan, apalagi menjalin yang namanya sebuah hubungan romantis. Namun...