❀ 52 - Janu Mengaku Pada Akhirnya

1K 96 29
                                    

SELAMA hampir dua minggu terakhir ini, entah mengapa Janu mendadak bertransformasi menjadi manusia super sibuk hingga jarang memiliki waktu untuk Xenna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMA hampir dua minggu terakhir ini, entah mengapa Janu mendadak bertransformasi menjadi manusia super sibuk hingga jarang memiliki waktu untuk Xenna. Meski tetap dapat bertemu, tetapi begitu singkat hingga nyaris tak berasa sedetik pun. Janu selalu beralasan bahwa ada pekerjaan yang harus dirampungkan, bahkan ia lebih banyak menghabiskan waktu di ruang pribadinya kendati Xenna tengah berkunjung.

Lama-kelamaan, Xenna pun jadi kesal sendiri. Memangnya, sebanyak apa pekerjaan Janu saat ini sampai-sampai membuat posisi Xenna kontan tergeser? Perlu diingat bahwa Xenna bukannya tidak mau mengerti kondisi Janu. Hanya saja, situasi ini dapat disebut jauh lebih parah dari sebelum-sebelumnya hinggs berhasil menimbulkan banyak tanda tanya dalam benak Xenna, dan Janu tidak berkeinginan untuk menjawab segalanya sedikit pun.

Hari ini adalah hari Sabtu, dan Xenna hanya berdiam diri di kamarnya sembari memandangi layar ponsel, menimbang-nimbang apakah ia harus menghubungi Janu atau tidak. Sebab biasanya, waktu libur seperti ini merupakan momen yang pas bagi Xenna untuk merecoki Janu, akan tetapi keadaan yang berbeda membuat keraguan langsung menahannya kuat daripada ia harus berakhir menelan kekecewaan.

Namun, pada saat itu Xenna tak menyangka bahwa Janu seakan tengah memantau dirinya sekarang. Karena tak lama berselang, ponsel Xenna tahu-tahu menerima panggilan masuk dengan nama kontak lelaki itu yang terpampang jelas di layarnya.

Xenna kontan mematung sesaat, masih tak menyangka dengan apa yang terjadi. Inginnya Xenna segera menjawab, tetapi dirinya pasti akan langsung ketahuan kalau ia benar-benar tengah menantikan. Di sisi lain, Xenna tak bisa bohong kalau ia begitu merindukan lelakinya.

Dan, pada akhirnya Xenna biarkan hatinya yang jadi pemenang.

Dalam satu kali usapan, Xenna pun mendekatkan layar ponsel pada telinga kanan, sebelum ia berujar, "Kenapa, Mas?" Kemudian Xenna refleks memejam, tak menyangka cara bicaranya akan terdengar seketus itu.

"Kamu kenapa?" Janu lekas balik bertanya, barangkali langsung menyadari ada yang berbeda dari suara Xenna.

Xenna mendengkus pelan. Sudah terlanjur begini, tampaknya Xenna tak perlu lagi menahan diri. Usai menghela napas, gadis itu pun membalas, "Kok malah nanya aku? Mas Janu yang kenapa, tiba-tiba telepon aku gini. Baru inget sama aku, ya? Biasanya juga Mas Janu nggak pernah telepon. Atau kalau aku yang telepon duluan, pasti jarang diangkat. Selalu sibuk terus."

"... Xenna, saya--"

"Mas Janu udah nggak sayang aku lagi, ya?"

Janu kontan mendesah lelah. "Astaga, bukan gitu ... tolong jangan selalu menyimpulkan seperti itu. Kamu dengar saya dulu, ya?" Sesaat lelaki itu menghela napas, sebelum melanjutkan, "Saya minta maaf. Saya salah karena kesannya saya seperti mengabaikan kamu belakangan ini. Saya juga bingung harus bagaimana. Saat ini saya betul-betul sedang dikejar waktu, makanya perlu fokus untuk menyelesaikan proyek ini. Karena ini penting sekali bagi saya."

Memories in the Making [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang