❀ 50 - Balasan yang Pantas Janu Dapatkan

818 101 5
                                    

USAI makan malam bersama, Xenna mengira ia sudah bisa kembali memonopoli Janu setelah terlepas sejenak dari Vara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

USAI makan malam bersama, Xenna mengira ia sudah bisa kembali memonopoli Janu setelah terlepas sejenak dari Vara. Namun, rupanya bocah perempuan yang baru berusia dua tahun tersebut justru malah makin menjadi-jadi. Vara merengek minta disuapi oleh Janu hingga akhirnya ia berakhir duduk dengan anteng di pangkuan lelaki itu, sementara sesendok demi sesendok nasi beserta sup ayam masuk ke dalam mulut kecilnya. Karenanya Vara terlihat senang sekali sampai-sampai ia tak bisa berhenti mengoceh.

Di sisi lain, Janu yang tidak terbiasa pun tampak kewalahan sendiri. Beruntung ada Mami yang turut membantu dengan memberi arahan, juga Papi yang sibuk menyahuti celotehan-celotehan tak jelas dari Vara dengan kedua mata berbinar serta senyum yang tak kunjung hilang di bibirnya.

Memang tidak bisa diprediksi bahwa momennya pas sekali. Xenna begitu yakin, keinginan untuk memiliki seorang cucu dalam diri Papi pasti kian membesar saja. Dan, Xenna pun makin tak bisa berhenti memikirkannya semenjak ia perdana mendengar permintaan tersebut terlontar dari mulut Papi.

"Janu-nya dipinjem dulu ya, Xen."

Atensi Xenna dengan cepat teralihkan pada Sandra, yang baru datang dari arah dapur untuk menghampirinya dan Renatha di ruang tengah seraya membawa segelas air putih. Wanita itu lantas menempati ruang kosong di samping kiri Xenna, membuat dirinya berakhir diapit oleh dua kakak iparnya.

Kalimat itu terucap dengan penuh gurauan, sehingga Xenna segera memamerkan cengirannya. "Santai aja, Kak," balas Xenna. "Aku tuh cuma nggak nyangka aja, Vara ternyata bisa senempel itu sama Mas Janu."

Sandra membuang napas pelan, sementara pandangannya tertuju ke arah meja makan di mana Vara dan Janu--beserta Mami dan Papi--berada. "Nggak ngerti Kakak juga, Xen. Waktu itu aja nempelnya sama Wira. Sekarang lihat ada yang baru, yang lama langsung dia lupain gitu aja." Sejenak Sandra meminum air putihnya, lalu beralih pada Xenna dengan senyum usil yang sudah tersungging di bibir. "Tapi ya nggak masalah, justru ada bagusnya. Hitung-hitung latihan juga, 'kan?"

Xenna mengerti betul maksud dari perkataan Sandra. Karenanya, Xenna lekas kembali menjatuhkan tatapannya pada Janu. Ia pun tak kuasa menahan tarikan di ujung-ujung mulutnya. Sebab lihatlah, manusia kaku itu harus mengeluarkan energi ekstra hanya untuk menghadapi bocah ekstrover seperti Vara.

"Kelihatannya juga Janu mau berusaha, tuh," Renatha tak mau ketinggalan untuk menimpali. "Dia manut-manut aja dari tadi. Kalau dari awal emang nggak mau berurusan sama anak kecil, pasti dia udah langsung balikin Vara ke Kak Sandra, kali."

"Beda sama Wira ya, Ren?" sahut Sandra diselingi oleh tawa kecil. "Kalau Wira mau berusaha iya, tapi sambil dibikin nangis juga iya."

Renatha segera meloloskan napas lelah, tetapi pada akhirnya ikut melepas tawa pula. "Itulah, Kak. Makanya aku belum bisa bayangin gimana jadinya kalau nanti dia udah jadi bapak beneran."

"Kalau beneran sih udah pasti beda cerita, Ren. Kalian cepet nyusul deh, biar nggak penasaran lagi."

"Yah, semoga aja ya, Kak. Tapi untuk sekarang-sekarang ini aku sama Wira sepakat untuk nunda punya anak dulu, sih. Kami aja masih sibuk sama kerjaan masing-masing begini. Aku pribadi belum siap kalau harus resign dalam waktu dekat."

Memories in the Making [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang