"YAN, gue punya pacar," adalah jawaban yang Xenna berikan dengan wajah begitu semringah, ketika Radian bertanya-tanya mengapa temannya itu tidak henti-hentinya tersenyum kendati yang sedang gadis itu lakukan adalah mengerjakan skripsinya. Dan, Radian yang mendengar jawaban itu lekas terdiam selama beberapa saat sementara kedua alisnya saling bertautan. Radian tidak menyangka, setelah terakhir kali menerima informasi bahwa Xenna tengah jatuh cinta, tahu-tahu kini Xenna sudah menjalani sebuah hubungan yang baru.
Radian sedikit memiringkan kepalanya. Sorot sepasang matanya memancarkan keheranana nyata. "Xen, nggak salah nih, lo milih untuk pacaran di masa-masa kayak gini?" tanya lelaki itu. "Bukannya apa-apa, bukannya gue mau ngelarang juga. Cuma seinget gue, lo pernah bilang kalau lo sampe nggak fokus cuma karena lagi jatuh cinta. Sekarang lo udah pacaran, apa lo nggak makin tambah nggak fokus lagi nantinya? Belom lagi kalau itu cowok tiba-tiba nyakitin lo. Bisa-bisa lo bakal cuekin skripsi lo lagi kayak waktu itu, dah."
Xenna mendengkus pelan. Ia tak menduga Radian malah melayangkan kekhawatiran alih-alih menggoda atau mengejeknya. "Hadeh, Yan, baru satu hari nih gue jadian. Sengaja banget lo mau bikin gue kepikiran kalau gue bakal disakitin lagi." Gadis itu meraup udara banyak-banyak. Sejenak ia abaikan laptop di hadapannya. "Lagian nih, gue nggak akan sampe kehilangan fokus, kok. Justru dia yang udah berhasil bikin gue semangat skripsian lagi, Yan. Dia malah sempet bantuin gue waktu itu, makanya gue akhirnya bisa cepet sampe ke bab empat juga."
Kini Radian hanya tergeming. Menyaksikan binar bahagia yang kembali hidup dalam sepasang Netra gadis itu membuat Radian tak sampai hati jika ia harus meredupkannya lagi. Sudah cukup dengan semua luka yang Xenna terima, mungkin memang sekarang waktunya gadis itu mulai kembali melanjutkan hidup dengan keadaan hati yang jauh lebih baik. Oleh karena itu, Radian memilih tak mengatakan apa pun lagi--kendati sesungguhnya ia hanya ingin menunjukkan rasa kepeduliannya.
"Jadi," Radian kembali bersuara setelah meloloskan napas panjang-panjang, "siapa pacar baru lo itu?"
Secara otomatis, Xenna menarik kedua ujung bibirnya. "Lo udah pernah ketemu, kok. Yang pernah jemput gue itu, Yan."
"Ah, cowok itu ternyata." Radian manggut-manggut mengerti. "Lo udah kenal dia dari kapan, emangnya?"
"Hmm, since I was in middle school, I guess? Sekitar ... delapan tahun lalu?"
"Hah?"
Xenna tertawa ringan melihat wajah kebingungan Radian. "Nyatanya gue udah kenal dia jauh lebih lama dari Arka, Yan. Cuma ... selama itu gue nggak pernah mikir sekali pun kalau gue bakal berakhir jatuh cinta sama dia." Pandangan Xenna kini tampak menerawang. "Dia itu kakaknya temen main gue, rumahnya persis di seberang rumah gue. Dulu hampir setiap hari gue main ke sana, tapi gue nggak pernah berani ngomong sama dia karena keliatan banget orangnya galak. Gue malah pernah sampe dimarahin sama dia karena gue berbuat salah, sampe gue nggak mau banget ketemu dia selama berminggu-minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in the Making [END]
Romance[Reading List @RomansaIndonesia - SPOTLIGHT ROMANCE OF NOVEMBER 2023] Menjadi lebih dekat dengan seorang Adhyaksa Januar merupakan suatu hal yang tak pernah berani Xenna Adhika bayangkan, apalagi menjalin yang namanya sebuah hubungan romantis. Namun...