❀ 19 - Xenna dan Hati yang Terporak-poranda

1.5K 166 2
                                    

"WAH, kebetulan banget, Xen, lo telepon gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"WAH, kebetulan banget, Xen, lo telepon gue. Pas banget ada yang lagi pengen gue omongin sama lo," ujar April yang kini tengah menjadi lawan bicara Xenna melalui sambungan telepon. Sejatinya Xenna memiliki tujuan lain alih-alih hanya hendak sekadar menanyakan kabar sebab mereka sudah lama tak berkomunikasi. Namun, tanpa disangka ternyata April pun punya sesuatu yang ingin dibicarakan pula. Kemudian, tarikan napas april pun terdengar, sebelum April berseru, "XEN, POKOKNYA, LO NGGAK BOLEH SUKA SAMA A IDAR, YA!"

Refleks Xenna--yang tengah berbaring di tempat tidur--pun menjauhkan ponsel dengan wajah mengernyit, akibat suara kencang yang mendadak menyerang rungunya. Pada saat itu Xenna pun lekas menyalakan mode loud speaker dan menaruh benda pipih tersebut secara asal. "Heh, maksud lo apa sih, Pril? Kok tiba-tiba banget lo bahas A Idar sama gue?" tanyanya heran seraya ia meraih guling untuk didekap.

"Gue tau ya, Xen, lo sempet main bareng sama temen-temennya Mas Janu. Dan gue juga tau banget gimana sifatnya A Idar. Makanya, jangan sampe lo kepincut karena sifatnya yang satu itu!" terang April dengan menggebu-gebu.

Kerutan dalam pun seketika terbentuk di dahi Xenna. Seraya menggaruk pelipis Xenna pun bertanya untuk memastikan, "Bentar, bentar ... lo suka sama A Idar, Pril?"

"Ya menurut lo, Xen? Ngapain gue ngomong begini kalau bukan karena gue suka sama dia?"

"Terus, menurut lo gue bakal ngerebut A Idar dari lo, gitu?"

"Siapa yang tau, 'kan? Itu kenapa gue ngasih tau lo dari awal biar lo cepet-cepet hapus perasaan lo seandainya lo beneran suka."

Xenna pun kontan tergeming. Dihelanya napas dengan berat, lalu ia embuskan secara perlahan. Dalam waktu singkat, dua orang perempuan berkata demikian padanya. Pertama Sheila, dan kali ini tanpa diduga malah April yang notabenenya tengah berada di kota berbeda. Apakah tampang Xenna terlihat seperti seorang perebut di mata mereka? "Pril, lo pikir gue yang punya riwayat diselingkuhin bakal tega ngelakuin itu, gitu? Lo pikir gue yang pernah dikhianatin sahabat sendiri bakal ngelakuin hal yang sama?" Jeda sesaat. "Lagian, gue nggak suka sama A Idar, ya. Dia emang baik banget, tapi bukan berarti langsung bisa bikin gue suka juga, 'kan?"

Kali ini giliran April yang terdiam selama beberapa saat, barangkali tengah merenungkan apa yang Xenna utarakan kepadanya. Namun, sebelum April sempat membalas, Xenna sudah kembali bersuara, "Udahlah, gue tutup aja teleponnya kalau lo cuma mau ngomongin itu."

"Lah, Xen, kan lo yang nelepon gue duluan," balas April, terdengar bingung. "Lo mau ngomongin apa sih, emangnya?"

"Nggak jadi," Xenna menyahut ketus, "keburu bete gue gara-gara lo."

"Aduh, iya iyaaa maafin gue, ya? Gue cuma takut aja cowok yang gue suka dari lama malah kepincut sama temen gue sendiri."

"Kalau tau gitu kenapa lo nggak confess aja, sih, sebelum dia keburu sama cewek lain?"

Memories in the Making [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang