❀ 45 - Kembali Pulang pada Xenna

982 118 46
                                    

"NU, pihak kampus Xenna udah tau soal kasus itu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"NU, pihak kampus Xenna udah tau soal kasus itu?"

Pertanyaan tersebut dilontarkan melalui sambungan telepon. Haidar tiba-tiba saja menghubungi Janu di saat lelaki berkacamata itu tengah lembur di kantornya, sibuk dengan pekerjaan bertumpuk sebab ada sebuah proyek penting yang tengah berjalan. Fokus Janu hilang seketika, tetapi ia sama sekali tak menyalahkan Haidar. Mungkin, inilah kesempatan yang tepat baginya untuk bernapas sejenak.

"Tahu," Janu menjawab sekenanya. Namun, setelahnya ia tetap menjelaskan, "Mau gimana pun pihak kampus harus tahu, apalagi saat itu posisinya Xenna baru selesai sidang. Gue sama Wira mewakili Om Tanuja datang ke kampus Xenna untuk jelasin situasi yang sebenarnya."

"Terus, gimana?"

"Syukurnya, setelah melalui diskusi cukup panjang, mereka sepakat untuk kasih Xenna keringanan. Kalau kondisinya masih belum memungkinkan, perihal pengurusan berkas yudisium boleh diwakilkan. Skripsinya pun boleh tetap dicetak tanpa melalui proses perbaikan lagi karena menurut dosen pengujinya waktu itu, hasil skripsi Xenna sebetulnya sudah cukup memuaskan dan cuma perlu revisi minor." Janu beri jeda sesaat, mengembuskan napas berat. "Dan, kalau kondisinya masih belum memungkinkan juga saat hari H ... Xenna akan tetap dinyatakan lulus secara sah walaupun dia nggak bisa hadir di sana."

Haidar tergeming sesaat, tetapi pada akhirnya membalas, "Syukur atuh kalau emang kayak gitu, Nu, ternyata nggak ada yang dipersulit. Tapi, sejujurnya gue nanya begitu karena gue pengen tau juga hal yang lainnya." Henti sejemang, lalu, "Berhubung pelaku mahasiswa sana juga, gimana responnya? Apa pihak kampus bakal ikut ngambil tindakan?"

Janu sandarkan tubuh pada punggung kursi seraya menyugar rambutnya ke belakang. "Pasti. Apa yang orang itu lakuin jelas melanggar peraturan kampus, dan kemungkinannya dia akan dikeluarkan. Cuma, sama seperti kita, mereka juga sedang nunggu kabar terbaru dari kepolisian."

"Yah, emang udah seharusnya begitu, sih," sahut Haidar, "kalau nggak, mungkin mereka justru bakal didesak mahasiswa supaya gerak."

Secara otomatis, kedua alis Janu menyatu saat mendengarnya. "Maksud lo?"

Sejenak Haidar meloloskan napasnya, sebelum menjawab, "Nu, informasinya ternyata udah bocor ke mahasiswa. Gue nggak tau gimana ceritanya sampe bisa gitu, tapi soal kasus Xenna sekarang lagi rame di Twitter karena ada yang nyebarin di base Univ Bimantara. Gue baru aja dikasih tau sama Eja, kebetulan dia punya temen alumni sana. Eja nggak langsung nyampein ke lo karena mau mastiin dulu ke gue, yang lewat di TL-nya itu info valid tentang Xenna apa bukan." Hening sesaat, kemudian dilanjut, "Bentar, gue kirimin link-nya biar lo bisa cek sendiri."

Tak lama setelah itu, Haidar benar-benar mengirimkan sebuah link. Lantas Janu lekas kembali menegakkan badan, membuka tab baru pada laptop sebab ingin mengeceknya langsung melalui perangkat tersebut. Setelah berhasil tersambung, Janu pun lekas membaca tiap-tiap kalimat dalam menfess dengan seksama.

Memories in the Making [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang