SELEPAS menghentikan mobil tepat di depan pagar rumahnya, Janu lekas menoleh ke samping kiri, tepatnya pada Xenna yang tengah tertidur amat pulas. Merupakan salah satu hal tentang Xenna yang akan selalu Janu ingat sebab bukan pertama kali sang gadis jatuh terlelap dengan begitu mudahnya. Khususnya hari ini, kemungkinan karena lelah yang menyerang pun rasa kenyang usai menghabiskan enam plate sushi tanpa sisa. Janu lantas tersenyum kecil mengingat bagaimana antusiasnya Xenna ketika ia sibuk menyenangkan perutnya.
Kini rasanya Janu tidak tega jika ia harus menarik paksa Xenna dari kesadarannya. Tapi mau bagaimana lagi? Tentu gadis itu tak mungkin berada di dalam mobilnya sampai besok pagi. Oleh karenanya, usai melepas seat belt, Janu sedikit memajukan tubuh untuk mengelus pipi Xenna yang terasa dingin--akibat AC. "Xenna," panggilnya lembut, "bangun."
Xenna hanya geming. Napasnya tetap berembus secara konstan.
"Xenna," Janu kembali memanggil. Tangannya berpindah pada bahu Xenna, menepuknya pelan. "Kita sudah sampai."
"Hm ...?" Xenna bergumam sebelum sepasang netra dari balik kelopaknya mulai mengintip, berkedip beberapa kali sampai akhirnya terbuka sempurna. Gadis berambut panjang itu menggeliat, melihat sekitar sejenak, lantas ia tolehkan kepalanya ke arah Janu hingga pandangan mereka saling bertumbuk. Bibir bawahnya pun menekuk. "Kok udah sampe sih, Maaas?"
Satu alis Janu kontan terangkat rendah. "Maksud kamu?" tanyanya, bingung. "Apa seharusnya belum?"
Dengan ekspresi sedihnya Xenna membalas, "Aku kan masih pengen sama Mas Janu ...."
Dan Janu pun terdiam sesaat setelahnya, tak menyangka akan mendengar Xenna berkata demikian. Lelaki itu sedikit memiringkan kepala, lantas ia pandangi Xenna yang tampaknya makin berani saja sampai mulai menunjukkan sisi dirinya yang seperti itu. "Siapa suruh kamu tidur selama di jalan, hm?" Satu sudut bibir Janu terangkat naik. "Jadinya kamu hilang kesempatan di sisa waktu hari ini."
Bibir gadisnya seketika saja kembali mengerucut. "Ish, ya gimana ... habisnya aku ngantuk banget." Ia kemudian menegakkan tubuh, lalu melepas seat belt kendati tampak enggan. Tatapannya yang sedikit sayu kembali tertuju pada Janu, tampak seolah berkata bahwa ia benar-benar tak ingin meninggalkan mobil Janu sekarang. "Besok ketemu lagi kan, Mas?"
Janu mengulum senyum geli. "Rumah kita berseberangan, jawabannya sudah jelas. Kita bahkan bisa bertemu setiap hari."
Xenna tidak langsung membalas sebab ia terlihat tak puas dengan jawaban tersebut.
Seakan tahu apa yang Xenna pikirkan, Janu pun mengembuskan napas pelan. Kemudian ia meraih kedua bahu Xenna sembari menatap sang gadis lurus-lurus. "Saya akan hubungi kamu sepulang kerja. Saya juga bisa cari alasan supaya kita bisa bertemu tanpa harus membuat mami ataupun papa kamu curiga," tukas lelaki itu, berusaha meyakinkan Xenna bahwa semuanya tetap bisa berjalan sesuai dengan apa yang ia inginkan. "Kalau kamu sedang di kampus atau tempat lainnya, kamu harus kabari saya. Kita bisa gunakan waktu yang ada untuk pergi berdua, seperti tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in the Making [END]
Romance[Reading List @RomansaIndonesia - SPOTLIGHT ROMANCE OF NOVEMBER 2023] Menjadi lebih dekat dengan seorang Adhyaksa Januar merupakan suatu hal yang tak pernah berani Xenna Adhika bayangkan, apalagi menjalin yang namanya sebuah hubungan romantis. Namun...