❀ 17 - Naik Turunnya Perasaan Xenna

1.6K 186 2
                                    

HAL pertama yang Xenna sadari setelah ia bangun tidur dan nyawanya sudah terkumpul sempurna adalah suasana kamar yang begitu asing di matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAL pertama yang Xenna sadari setelah ia bangun tidur dan nyawanya sudah terkumpul sempurna adalah suasana kamar yang begitu asing di matanya. Selama beberapa detik pandangannya hanya menyapu sekitar dengan bingung, meneliti tiap sudut ruangan bercat putih tersebut yang sudah jelas bukan kamarnya--yang dipenuhi oleh nuansa merah muda. Xenna betul-betul tidak ingat sepenuhnya apa yang telah terjadi semalam hingga ia bisa berada di sana.

Setahu Xenna, di sisa waktu tadi malam ia hanya mengerjakan skripsi di rumah Janu, lalu makan malam bersama lelaki itu, kemudian setelahnya rasa kantuk menyerang, membuat ia lekas berbaring di atas karpet sekaligus ingin mengistirahatkan sejenak tubuhnya yang terasa pegal. Sesudah itu ... apa jangan-jangan Xenna jatuh tertidur sebelum ia sempat pulang ke rumah? Namun, jika memang begitu kejadiannya, bukankah Janu ataupun Mami seharusnya membangunkan Xenna daripada ia berakhir menginap seperti ini?

Oh, ini sungguh memalukan, pikir Xenna. Gadis itu menarik selimut hingga menutupi seluruh wajahnya seraya memekik tertahan. Padahal semalam ia sudah berkata pada Janu kalau dirinya tidak akan lagi menumpang tidur. Tapi apa yang terjadi sekarang? Rasanya Xenna tidak punya muka untuk bertemu lelaki itu.

Xenna menarik napas dalam-dalam sebelum ia embuskan panjang-panjang. Ia lantas menyibak selimut dan turun dari tempat tidur, beranjak untik melihat-lihat isi kamar sejenak. Tentu Xenna dapat menyadari dengan cepat bahwa ruangan yang ditempatinya kini adalah kamar April sebab sudah tak terhitung lagi berapa kali ia bermain di sana sejak dulu. Tapi, tunggu dulu. Di saat itu, sekonyong-konyong terlintas satu pertanyaan penting dalam benaknya.

Bagaimana caranya Xenna bisa ada di kamar ini? Dirinya tidak mungkin berjalan sendiri dalam keadaan tidur, bukan? Atau mungkin sebenarnya ia sudah sempat dibangunkan, hanya saja tidak mampu mengingatnya dengan jelas?

Atau mungkin ... dengan cara itu? Mau tak mau Xenna memikirkannya sebab itu adalah jawaban paling masuk akal. Dan, karenanya Xenna merasa wajahnya betul-betul panas. Sepertinya, ia harus segera pulang sekarang sambil berharap-harap cemas dirinya takkan bertemu dengan Janu.

Lantas, Xenna cepat-cepat beranjak menuju pintu dan membukanya. Namun, belum sempat melangkah keluar, Xenna mendadak mematung di tempat. Sepasang netra legamnya melebar kaget. Napasnya seketika tertahan, kala mendapati pemandangan luar biasa lain dari sosok Janu, yakni penampilan lelaki itu yang tampak baru terbangun dari tidurnya.

Sial. Xenna betul-betul lupa kalau kamar April berseberangan dengan kamar Janu.

Untuk sejenak, tidak ada yang bergerak dari tempatnya. Janu hanya diam memandangi Xenna dengan kedua mata sayunya seraya ia menutup pintu kamar pelan-pelan. Rambut hitam laki-laki itu tampak sedikit acak-acakan, yang kemudian ia usap ke belakang menggunakan jari-jari panjangnya hingga dahinya sempat terekspos sempurna. Sungguh sebuah gerakan sederhana yang membuat Xenna makin tidak waras. Maka dari itu, sebelum Janu sempat membuka mulut untuk berkata, Xenna buru-buru masuk kembali ke dalam kamar dan ia tutup pintu dengan rapat.

Memories in the Making [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang