❀ 35 - Sebuah Usaha untuk Membuat Xenna Pergi

1.2K 141 36
                                    

"TANGAN kamu dingin sekali," Janu berkomentar setelah ia meraih tangan Xenna dan dibawanya ke dalam genggaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"TANGAN kamu dingin sekali," Janu berkomentar setelah ia meraih tangan Xenna dan dibawanya ke dalam genggaman. Sebelumnya Xenna hanya sibuk mencengkeram salah satu sisi kemeja yang Janu kenakan seiring dengan langkah mereka menuju ballroom hotel, seolah lupa bahwa kini sang gadis sudah memperoleh kebebasan untuk menggantinya dengan tangan milik Janu. Lelaki berkacamata itu lantas lanjut melontarkan tanya, "Kamu gugup?"

Xenna mengangguk, ragu-ragu tapi pasti. Ia mengeratkan genggaman, sementara satu tangannya yang lain terangkat untuk meremas lengan Janu. "Mas ... nanti temen-temennya Mas Janu nggak akan nanya yang susah-susah, 'kan?" Kecemasan terpancar jelas dari sepasang netra Xenna saat ia menyampaikan pertanyaan tersebut.

Janu mengernyit, lalu dengan entengnya menyahut, "Mereka hanya teman kantor saya, bukan dosen penguji kamu. Kenapa kamu takut sekali?"

"Maaas, aku serius!" gerutu Xenna sambil merengut sebal.

Sesaat Janu geming, sebelum akhirnya ia embuskan napas dengan pelan. "Saya juga serius," ujarnya santai. "Lagipula teman saya cuma sedikit, selebihnya murni hanya rekan kerja. Kemungkinan mereka pun nggak akan terlalu peduli dengan ranah privasi saya," terang lelaki itu, berusaha menenangkan Xenna sesuai dengan fakta yang ada. "Kemungkinan juga, mereka nggak akan berani tanya macam-macam ke saya ataupun kamu. Jadi kamu nggak perlu khawatir."

Xenna mengerjap polos. "Kok gitu, Mas? Karena Mas Janu galak, ya?"

Seketika Janu pun memicingkan mata. "Masih berani sebut saya galak, hm?" tukasnya sembari mencubit hidung gadisnya.

"Ish, sakit tau!" pekik Xenna, segera menjauhkan wajahnya dari tangan Janu. Setelahnya ia layangkan tatapan kesal pada lelaki itu dengan bibir yang sudah maju beberapa senti. "Kenapa harus dicubit sih, Maaas?"

Janu tak langsung membalas. Ia betah memandangi Xenna, sementara ujung-ujung mulutnya mulai terangkat membentuk senyum geli. Lelaki berkacamata itu kemudian menunjuk bibir Xenna, bersamaan dengan lolosnya dua buah kata, "Mirip bebek."

Seketika Xenna pun melotot, teringat kembali bahwa sebelumnya pun Janu pernah menyamakan dirinya dengan seekor bebek. Xenna kemudian meloloskan dengkusan seraya menarik tangannya dari genggaman Janu. "Mas Janu nyebeliiin!" serunya sebelum ia ambil langkah cepat dan meninggalkan Janu begitu saja di belakang.

Janu yang melihatnya pun hanya bisa memandang keheranan, tidak menyangka Xenna akan sekesal itu sampai-sampai melakukan hal tersebut.

Namun, belum sempat Janu menyusul, ia sudah mendapati bagaimana langkah Xenna yang melambat hingga terhenti total. Lantas, setelahnya gadis itu berbalik dan buru-buru menghampiri Janu--kendati pintu masuk ballroom sudah terlihat jelas di depan matanya--dengan cemas yang kembali hadir di wajah. Kontan Janu pun membuang napas panjang-panjang. Tentu saja Xenna takkan berani menginjakkan kaki di ruangan super besar--yang telah didekorasi sedemikian rupa tersebut--tanpa adanya Janu di sampingnya.

Memories in the Making [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang