FAKTA perihal Janu yang ternyata telah sejak lama berkeinginan untuk menjadikan Xenna sebagai pendamping hidupnya, betul-betul membuat gadis itu sukses diserang berbagai emosi. Jelas senang adalah yang utama sebab lelaki yang ia inginkan rupanya sudah lebih dulu menginginkannya. Ada pula perasaan tersentuh yang timbul karena sedari awal Janu begitu memikirkan segalanya dengan serius, bahkan sebelum Xenna berhasil dibuat jatuh cinta olehnya. Terakhir, kebingungan pun ikut melanda setelah dua buah kalimat meluncur dengan mulusnya dari mulut Janu.
Janu sungguh ingin mengusahakannya. Janu sungguh-sungguh ingin mewujudkan keinginannya, dan semua itu tidak akan dapat terealisasikan jika Xenna tak turut bekontribusi dalam hal tersebut, sampai-sampai membuat Janu meminta tolong secara langsung kepadanya seperti itu. Hanya saja ... ketidaksiapan Xenna telah menjadi penghambat nyata, sehingga gadis itu benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Bahkan untuk sekadar merencanakan masa depan bersama sang lelaki pun rasanya Xenna belum mampu.
Satu-satunya yang dapat Xenna pikirkan adalah soal kemungkinan andai kata ia berani terbuka terkait hubungannya dengan Janu, maka semuanya senantiasa akan dipermudah satu demi satu. Memang sesuatu yang sulit bagi Xenna karena dirinya yang belum siap jika harus mendengar sesuatu yang tidak ia harapkan, tetapi mau tak mau tetap harus dilakukan sebab mereka tak mungkin bersembunyi selamanya.
Namun masalahnya, Xenna harus mulai dari siapa?
Mungkin dari Bang Wira ..., benaknya secara cepat berkata demikian. Merupakan jawaban yang bisa langsung gadis itu terima karena Wira adalah keluarga terdekatnya sendiri. Bang Vandi aja bisa kasih restu, kalau Bang Wira nggak setuju ya tinggal ngadu. Xenna tahu pemikirannya sungguh licik, tetapi begitulah bentuk usaha yang dapat Xenna lakukan. Namun, tentu Xenna harus terlebih dulu menyelesaikan masalahnya dengan Wira agar semuanya bisa berjalan sesuai dengan rencana.
Xenna lantas mengembuskan napas panjang-panjang. Pundaknya kini terasa lebih ringan lantaran beban pikirannya mulai berkurang. Dengan senyum kecil yang tersungging di bibir, Xenna pun lanjut menyantap seporsi batagor yang sudah dipesannya sejak tadi.
Baru satu suapan masuk ke dalam mulut, ponsel yang tergeletak tak jauh dari piring tiba-tiba bergetar pendek-pendek. Sembari mengunyah, Xenna pun mengecek pesan yang baru saja masuk tanpa perlu menunggu lama.
Mas Janu
Xenna
Sudah sampai?Seketika Xenna membulatkan mata. Gadis itu betul-betul lupa mengabari Janu kalau dirinya sudah sampai di kampus. Maka cepat-cepat ia letakkan sendok di piring untuk mengetikkan balasan.
Xenna Adhika
Maaass maafin aku lupa ngabarinnn 😭
Aku udah di kampus yaa mas sayanggMas Janu
Ngetik apa kamu barusan?Kontan saja Xenna mencebikkan bibir setelah membacanya. Ia pun turut merengut. "Ish, ketauan banget ini om-om pasti nggak pernah sayang-sayangan pas pacaran," gumamnya sebal. "Mana terakhir pacaran udah berabad-abad yang lalu, lagi." Sudah puas dengan gerutuannya, kedua ibu jari Xenna lantas kembali menari-nari di atas keyboard pada layar ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in the Making [END]
Romansa[Reading List @RomansaIndonesia - SPOTLIGHT ROMANCE OF NOVEMBER 2023] Menjadi lebih dekat dengan seorang Adhyaksa Januar merupakan suatu hal yang tak pernah berani Xenna Adhika bayangkan, apalagi menjalin yang namanya sebuah hubungan romantis. Namun...