"OM Tanuja, maaf sebelumnya, tapi apa Om bisa pulang secepatnya? Xenna ... dia kehilangan kunci rumahnya, sementara kondisinya sekarang lagi nggak baik. Maag-nya kambuh, dan terakhir saya cek suhu tubuhnya pun agak tinggi." Melalui sambungan telepon, tanpa keraguan Janu berbicara pada Om Tanuja mengenai situasi yang terjadi serta keadaan Xenna saat ini. Sebab dirinya tak mungkin hanya diam menunggu tanpa adanya tempat ternyaman bagi Xenna untuk beristirahat.
"Janu, kamu serius? Masalahnya Xenna nggak ada ngomong apa-apa ke Om dari tadi ...." Om Tanuja lekas menyahut dengan kecemasan yang dapat ditangkap begitu jelas. Tanpa perlu menunggu lama segera saja melanjutkan, "Lalu sekarang kalian ada di mana, Janu? Bagaimana keadaan anak Om?"
Dalam sesaat Janu pun tergeming. Betul-betul tidak menyangka bahwa Xenna sama sekali tak menghubungi sang papa meskipun sadar kondisi dirinya jauh dari kata baik, ditambah lagi ia tak dapat masuk ke rumahnya sendiri. Gadis itu sungguh membuat Janu tak habis pikir untuk yang ke sekian kalinya. Usai mengembuskan napas panjang, pada akhirnya Janu pun membalas, "Kami di depan apotek komplek. Tadi Xenna sudah makan sedikit, sudah minum obat juga. Sekarang dia sedang tidur di mobil saya, Om."
"Di mobil kamu? Memangnya kamu kebetulan lagi bersama Xenna atau bagaimana, Janu?" tanya Om Tanuja, terselip rasa penasaran yang besar. Membuat Janu kebingungan sendiri bagaimana ia harus menjelaskan kronologi yang sesungguhnya. Namun, belum sempat Janu menjawab, lelaki itu langsung terselamatkan kala Om Tanuja dengan cepat mengimbuh, "Ah, soal itu sebaiknya kamu jelaskan nanti. Sekarang Om mau minta tolong, kamu bawa Xenna ke rumah kamu dulu bisa, 'kan? Setelah mobil Om selesai diperbaiki, Om akan segera pulang. Sementara Om titip Xenna sama kamu dan mami kamu ya, Janu?"
Kendati ada keraguan yang menyerang untuk membawa Xenna ke rumahnya, Janu tahu dirinya memang tak punya pilihan lain. Maka dari itu, tanpa perlu berpikir panjang Janu pun berujar, "Baik, Om. Om nggak perlu khawatir. Xenna aman di rumah saya."
Embusan napas lega pria di seberang sana pun terdengar. "Terima kasih banyak, Janu. Kalau gitu Om tutup teleponnya, ya. Om percayakan anak Om sama kamu."
❀
Sesampainya di rumah, Janu tetap membiarkan Xenna tenggelam dalam tidur nyenyaknya. Begitu hati-hati lelaki itu meraih tubuh ramping tersebut, membopongnya sampai ke dalam untuk dibawa ke satu-satunya kamar yang sedang tidak berpenghuni. Namun, belum sempat tiba di tujuan, langkah Janu yang semula terburu-buru perlahan melambat oleh sebab sosok Mami yang sekonyong-konyong datang dari arah dapur. Dan, pemandangan yang didapatinya membuat Mami seketika terdiam dengan tatapan yang tak terdefinisikan.
Janu geming sejenak usai kedua kakinya berhenti total. Pembicaraan yang terjadi dengan Mami sebelumnya membuat ia lekas beranggapan bahwa Mami tidak suka apa yang dilihatnya saat ini. "Xenna lagi sakit, papanya belum pulang," Janu lebih dulu membuka suara sebelum Mami melakukannya. Sebagai bentuk antisipasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in the Making [END]
Romance[Reading List @RomansaIndonesia - SPOTLIGHT ROMANCE OF NOVEMBER 2023] Menjadi lebih dekat dengan seorang Adhyaksa Januar merupakan suatu hal yang tak pernah berani Xenna Adhika bayangkan, apalagi menjalin yang namanya sebuah hubungan romantis. Namun...