"PAPA! Xenna mau pergi dulu ya, Pa!" Xenna berseru keras hingga suaranya memenuhi seantero rumah selepas ia keluar dari kamar.
Kini penampilan Xenna sudah tampak rapi dan cantik--menurut dirinya--usai menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk mandi, menentukan outfit, serta berdandan. Oleh karena acara soft opening pameran tunggal termasuk semi formal, Xenna tak bisa memilih pakaian lain yang cocok selain dress selutut bermodel sederhana dengan motif floral yang membuat gadis itu terlihat anggun. Kedua lengannya yang terekspos sempurna ia tutupi dengan cardi crop berwarna broken white. Sementara itu riasan di wajahnya tidak terlihat natural, tetapi tidak berlebihan juga. Ia hanya memilih warna yang tak mencolok dan dapat menyatu dengan semua yang dikenakannya hari ini.
Sesampainya di ruang tengah, sejenak Xenna berdiri di hadapan kaca bulat berukuran sedang untuk membenahi rambutnya yang ia buat sedikit bergelombang. Di saat itu, Papa akhirnya muncul dari arah tangga dan segera menemukan anak gadisnya yang terlihat sudah siap untuk pergi.
"Kamu mau ke mana, Xen?" Papa melontarkan tanya. Kebetulan Xenna memang belum memberi tahu pria itu bahwa ia akan pergi bersama Janu dan teman-temannya--setelah gadis itu akhirnya berhasil membuat Janu berkata iya. "Duh, cantik bener anak Papa," komentar Papa sembari memindai sekilas penampilan Xenna. Kedua matanya lalu memicing curiga disertai dengan senyuman jail. "Pasti mau pergi sama cowok baru, ya? Papa denger-denger kamu sudah putus dengan pacarmu yang dulu itu. Jadi, kamu nggak mungkin pergi sama dia, 'kan?"
Xenna segera berpaling pada Papa dengan wajah cemberut. "Plis ya Pa, tolong nggak usah sebut-sebut soal si mantan. Males banget deh, Xenna dengernya," gerutu Xenna. Sejatinya ini pertama kalinya Papa berbicara terkait hal tersebut setelah sempat diberi tahu oleh Vandi dan Wira beberapa waktu silam. Hanya saja tidak dengan alasan yang sesungguhnya.
"Ah ... iya maaf, deh, Papa kan cuma pengen tau aja kamu mau pergi sama siapa, Xen."
"Xenna mau pergi sama--"
Kalimat Xenna mendadak terpotong ketika bunyi pintu yang diketuk dua kali terdengar, lalu disusul oleh kalimat, "Permisi, Om Tanuja?"
Xenna mengerjap dua kali. Sepasang alisnya terangkat. Itu suara Mas Janu, batin gadis itu. Ia agak tak menyangka Janu akan datang ke rumahnya. Tapi ... untuk apa?
Lantas Papa lekas beranjak menuju ruang tamu diikuti oleh Xenna di belakangnya, dan mereka pun sudah dapat langsung bertatap muka dengan tamu yang bertandang karena pintu utama memang dibiarkan terbuka. Di sana sosok Janu berdiri dan tampak sudah rapi dengan kemeja hitam berlengan pendek yang melekat di tubuhnya, membuat Xenna sempat menahan napas karenanya. Lalu ketika Xenna kembali menghirup udara seiring dengan jarak yang kian dekat, aroma mint yang khas segera menyapa indra penciumannya.
Di saat itu, sebelum Papa maupun Janu sempat bersuara, teman-teman Janu tahu-tahu memunculkan diri, membuat Papa makin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in the Making [END]
Romance[Reading List @RomansaIndonesia - SPOTLIGHT ROMANCE OF NOVEMBER 2023] Menjadi lebih dekat dengan seorang Adhyaksa Januar merupakan suatu hal yang tak pernah berani Xenna Adhika bayangkan, apalagi menjalin yang namanya sebuah hubungan romantis. Namun...