LAGI dan lagi, untuk yang ke sekian kali Janu menampakkan sikap tak terduganya pada Xenna hingga membuat gadis itu tak bisa tidur karena sibuk memikirkannya sepanjang malam.
Xenna bukannya tidak suka, tentu saja. Sebab bagaimana mungkin ia merasakan hal tersebut sementara Janu merupakan satu-satunya lelaki yang tengah mengisi penuh hatinya saat ini? Jelas sekali Xenna senang, begitu senang mendapatkan perlakuan hangat dari seseorang yang mulanya tak pernah Xenna sangka akan mampu melakukannya--terlebih lagi kepada dirinya. Namun, di sisi lain kebingungan pun turut merundung Xenna tanpa bisa dicegah. Sebab bagaimana mungkin sosok Janu akhir-akhir ini benar-benar tampak berbeda seratus delapan puluh derajat?
Tak bisa menghentikan dirinya yang dipenuhi oleh rasa penasaran, Xenna kembali lagi mempertanyakan apa alasan sesungguhnya di balik semua sikap Janu.
Apakah murni karena Janu pada dasarnya memanglah seseorang berhati baik? Apakah murni karena tanggung jawab yang Wira bebankan pada Janu hingga laki-laki itu mencoba mulai mengakrabkan diri dengan Xenna? Atau ... apakah murni karena rasa kasihan yang timbul akibat Janu terlampau sering menyaksikan Xenna hancur sebab dunia yang sudah terlalu jahat kepadanya? Semua itu adalah segala yang paling memungkinkan dan masuk akal bagi Xenna, kendati ia tak tahu manakah yang paling benar.
Namun, tak dapat dipungkiri pula bahwa masih tersisa sebuah asumsi lain yang sejatinya tak berani Xenna gabungkan dengan kemungkinan-kemungkinan di atas. Sebab bagi Xenna, yang satu itu merupakan hal paling mustahil untuk bertransformasi menjadi sesuatu yang bersifat nyata.
Di malam itu, Janu memang berkata bahwa luka di masa lalu sudah sembuh sepenuhnya. Janu pun berkata bahwa ia sudah mampu membuka hatinya untuk perempuan lain. Namun, percakapannya dengan April kembali memenuhi kepala Xenna, hingga membuat apa-apa saja yang telah terlontar dari mulut Janu seakan terdengar seperti sebuah kebohongan. April bilang, terkadang Janu sungguh pintar menyembunyikan perasaannya. Lantas, bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, bukan, andai kata Janu benar-benar melakukannya di hadapan Xenna?
Siapalah Xenna di mata Janu? Gadis itu bukan seseorang yang penting di dalam hidupnya. Karenanya, tentu Janu tidak berkewajiban untuk memberi tahu semua hal tentangnya, termasuk pula isi hatinya yang sesungguhnya.
Xenna hanya mampu tersenyum miris. Namun sayangnya, kenyataan pahit tersebut tidak mampu menggoyahkan Xenna untuk berhenti peduli terhadap lelaki itu. Lihat saja sekarang, sudah bermenit-menit berlalu Xenna berdiri di balik jendela dengan pandangan yang terus tertuju pada rumah di seberang jalan. Alih-alih menghubunginya secara langsung, Xenna lebih memilih untuk menunggu sampai Janu memunculkan diri, takut-takut jika lelaki itu benar-benar akan pergi ke kantor setelah sakit di hari kemarin.
Dan, rupanya apa yang Xenna khawatirkan betulan terjadi. Pagar tinggi itu tahu-tahu terbuka lebar, dan sosok Janu pada akhirnya tertangkap oleh penglihatan Xenna, sudah tampak begitu rapi dengan setelan yang biasa ia kenakan saat akan bekerja. Karenanya, tanpa perlu berpikir panjang lagi, Xenna cepat-cepat meninggalkan rumahnya hanya untuk menghampiri Janu. Lebih baik lagi jika ia bisa cegah kepergiannya demi kebaikan lelaki itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in the Making [END]
Romance[Reading List @RomansaIndonesia - SPOTLIGHT ROMANCE OF NOVEMBER 2023] Menjadi lebih dekat dengan seorang Adhyaksa Januar merupakan suatu hal yang tak pernah berani Xenna Adhika bayangkan, apalagi menjalin yang namanya sebuah hubungan romantis. Namun...