18. Kencan Yang Rusak

21 5 0
                                    

15 menit permainan nyatanya tak membuat tim Kiera dapat menghasilkan kemenangan. Ya, kali ini Keno yang berhasil mengalahkannya dengan skor 10-4. Skor yang sangat jauh yang membuat Kiera merasa amat kecewa.

Gadis-gadis itu tengah melepaskan lelah dengan istirahat di atas lapangan luas. Jauh dari mereka terlihat Keno dan para temannya juga melakukan hal yang sama. Duduk sambil minum dan bercanda sesekali. Kiera menatap tajam Keno yang tertawa bersama teman-temannya itu, seolah tak puas dengan hasil yang didapat.

"Dah lah, nggak harus menang," kata Shana lalu meneguk air di botol minum yang dibawa Deeva.

"Lagian gue juga nggak tau dia udah makin jago." Jawab Deeva menekuk muka.

"Jago sih tapi songong!" Missa ikut tersungut mengingat kelakuan Keno selama ini.

"Ah, goblok ah! Tau gitu mending tadi gue langsung balik, mana laper."

Siapa lagi kalau bukan Sella?

"Sudah jangan ribut begitu, Allah sudah menentukan jalan yang terbaik yang akan dilalui oleh hamba-Nya." Abel menirukan Dito, cowok yang selalu menyampaikan ceramahnya di depan banyak orang.

"Ih, copy Dito!" Teriak Missa.

"Btw Dito ke mana ya kok nggak ada?" Riana celingak-celinguk mencari sosok cowok itu. Biasanya ia akan melihat Dito di lingkungan sekolah.

"Udah pulang lah, eskul aja mulainya jumat." Jawab Shana seadanya.

"Cie nyariin,"

Riana menoleh ke arah Missa yang membuatnya ingin mencakar wajah itu.

"Kenapa emang? Masalah buat lo?"

"Ri, saran gue daripada lo celingak-celinguk nyariin dia mending lo chat aja." Deeva ikut berseru, membuat Sella bangkit dari rebahannya di atas lantai lapangan.

"Cat warna apa? Kebetulan di rumah gue masih ada bekas cat truk."

"Chat WA, woi!" Jawab Missa membuat semuanya kompak tertawa.

"Gue nggak punya waannya, lagian kalo punya juga nggak mungkin dia mau bales." Ya kalau diingat-ingat Dito memang begitu, ia tidak akan membalas pesan dari lawan jenis yang tidak ia kenali. Bahkan kalau kenal pun sebatas read saja, paling akan dijawab saat si pengirim mengetik salam.

Bukan karena sombong, ini lebih ke menjaga martabak eh martabat dan menjauhkan diri dari zina.

"Ambil di grup sekolah lah, cari aja yang namanya tulisan arab, dia kan mantan anak pondok tuh pasti begitu." Missa mengutarakan isi hatinya yang ia simpan sedalam mungkin.

"Grup sekolah yang mana? Yang pertama penuh, kedua gue keluar."

"Ah, goblok sih!"

"Lo napa dah, Sel. Goblok-goblokin anak orang?" tanya Missa serius.

"Udah tau di laper, pake nanya lo Miss!"

"Udah lah, lagian kalo ada Dito nggak bakal mau bales kecuali ada keperluan."

"Iya betul kata Riana, dia amat sangat suci seperti sungai gangga." Wajah Abel sumringah ketika mengatakan itu.

"Kebanyakan nonton pilem aca-aca nehi-nehi si Abel."

Shana yang duduk di samping Kiera meliriknya yang menatap beringas Keno. Gadis itu menghela, kemudian tangannya menyentuh pundak Kiera memberi pengertian.

"Nggak harus selalu menang, Ra. Kesempatan emang nggak datang dua kali, tapi untuk jadi pemenang juga nggak selalu harus menang."

Diam-diam Abel mendengar obrolan itu, wajahnya langsung kecut. Shana seperti bicara pada dirinya sendiri.

Ineffable | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang