Hening.
Abel membeku mendengar itu, bukan karena baper atau sejenisnya tapi ini lebih ke tidak mengerti. Wajar saja, Abel bukan anak yang suka membaca kata-kata bermakna dalam. Yang ia tahu dari kalimat Aksa hanya segelintir bahkan tak lebih.
Di tengah hawa bingung yang menjalar hingga ubun-ubun, sebuah suara kecil memanggilnya dari dalam rumah, sejurus kemudian suara itu berpindah lebih dekat. Nala, berlari menghampiri Aksa dengan napas yang terengah-engah.
"M-mas ... Bubbu ..."
"Kenapa Bubbu?" tanya Aksa.
"BERANTEM, SAMA KUCING TETANGGA!"
Mata Aksa melotot sampai mau keluar, ia tidak akan membiarkan anak kesayangannya dikeroyok oleh kucing liar milik salah satu tetangga.
"AYO! KITA SELAMATKAN BUBBU!!" Aksa langsung bangkit dan berlari keluar bersama Nala, tak lama balik lagi untuk mendatangi Abel yang termangu heran.
"Abel, aku selamatkan anak kita dulu ya. Dah!"
Abel membulatkan mulutnya seumpama huruf o lalu menggaruk rambutnya yang tiba-tiba panas. "Napa dah tuh cowok. Oh ... mungkin obatnya abis," gelaknya lalu tertawa sendiri.
Anila yang melihat Abel duduk sendiri di pinggiran kolam renang sambil tertawa-tawa itu lantas mendekati, memanggil nama supaya Abel tidak kaget dan berakhir tercebur. Gadis itu menghentikan tawa dan menoleh. "Eh, Tante Nila."
"Kamu ngapain di sini sendirian? Aksa sama Nala ke mana?" Anila celingak-celinguk mencari keberadaan dua makhluk itu.
"Mereka lagi ngurusin Bubbu, kata Nala berantem sama kucing tetangga."
Anila hanya ber-oh, kemudian ikut duduk di pinggir kolam samping Abel.
"Enak juga malem-malem ngadem di sini." Ucapnya seraya memandangi langit.
Abel pun ikut mendongak, mengamati berbagai jenis bintang yang berkedip-kedip seolah menggoda gadis cantik yang sekarang tengah duduk menikmati suasana.
"Tante jarang di rumah ya?"
"Iya, Tante sibuk sama urusan kantor di luar kota. Harus sering-sering pindah tempat gitu jadi jarang pulang. Tante seneng deh ada kamu yang bisa nemenin Aksa."
Gadis yang diikutsertakan di dalam kalimat itu mengulas senyum. "Pertemuan Abel sama Aksa juga nggak sengaja, Tante. Tapi lama-lama Abel jadi akrab sama Aksa terus kita jadi temen."
"Temen aja nih ... nggak mau jadi pacarnya?"
Abel menunduk menyembunyikan wajah yang merah.
"Tante harap kamu adalah gadis yang bisa buat Aksa merasakan cinta, Abel."
Ucapan itu seperti tombak yang menancap di kiri dada. Abel dibuat heran sekaligus merasa bersalah.
"Maaf Tante, tapi Abel kurang ngerti. Maksudnya apa ya?"
Anila menoleh sekilas kemudian meluruskan pandangan ke depan. "Dulu Aksa anaknya berani, mudah bergaul, ramah, murah senyum, Tante selalu liat kebahagiaan di mata anak itu. Tapi itu dulu, sebelum kejadian suram itu terjadi."
"Kejadian suram?"
"Kamu tau sama trauma Aksa?"
Pikiran Abel berkelana cukup jauh sampai ia mengingat perkataan Lintang ketika Aksa akan dibawa ke rumah sakit oleh Keno. Namun cowok itu menolaknya dengan alasan keadaan Aksa akan jadi lebih parah.
"Rumah sakit?"
"Iya. Dulu Aksa sempat dirawat di rumah sakit karena demam. Naasnya malam itu dia malah diculik sama musuh ayahnya, namanya Tian. Dia musuh Dermaga, ayahnya Aksa. Aksa disekap di gudang rumahnya dan disiksa. Penyiksaan itu buat Aksa punya trauma yang cukup berat, bahkan setelah Tian ditangkap dan Aksa ditemukan polisi anak itu masih dalam keadaan yang sangat kurang baik.
![](https://img.wattpad.com/cover/345048509-288-k314508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable | End
Подростковая литератураIneffable adalah sesuatu yang melampaui kemampuan bahasa untuk mengungkapkannya. Arti lain adalah "tak terlukiskan". Ada banyak kisah yang ditulis di cerita ini, salah satunya Abel. Gadis berkulit sawo matang yang tidak percaya akan cinta. Abel piki...