"ABEL!!" Gadis yang kini berjalan seorang diri di koridor sekolah karena Missa memilih pergi ke kantin harus mendongakkan kepala, dari arah pintu ruang seni sana, Bu Lestari sudah berdiri sambil melambaikan tangan supaya Abel menghampiri.
Tentu gadis itu melangkah mendekati sang guru. Ketika jarak keduanya terkikis, wanita dengan kebaya kuning keemasan itu menunjukan ekspresi khawatir.
"Ada apa, Bu?"
"Kamu liat Dian?"
"Dian?" Abel menggeleng. "Nggak. Saya nggak liat, kenapa Bu, ada masalah?"
Bu Lestari menggenggam tangannya sendiri. "Haduh ... gimana ini ... Ibu sudah telfon dia tapi nggak diangkat, pas coba Ibu telfon untuk kesekian kali nomornya malah nggak aktif. Ibu takut terjadi sesuatu, apalagi pentas bakal mulai dua jam lagi."
Abel tentu heran, biasanya Dian akan begitu antusias dan gerak cepat kalau ada hal atau sesuatu yang berkaitan dengan Aksa. Namun mendadak terong ungu itu malah menghilang tiba-tiba. Pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Gini aja Bu, saya bakal terus cari Dian di sekitar sekolah, siapa tau dia udah berangkat cuma lagi ada kendala. Nanti Ibu sambil telfon aja biar cepet ketemu, saya juga bakal bantu hubungi beberapa teman saya di luar sekolah, siapa tau mereka ada yang liat."
Bu Lestari mengangguk setuju. "Terima kasih ya, Abel ... Ibu masih ada urusan untuk keperluan yang lain, bisa Ibu tinggal?"
"Oh iya Bu, nggak papa."
Bu Lestari tersenyum, lalu melangkah meninggalkan Abel yang sekarang sedang merogoh ponselnya untuk menghubungi seseorang.
♡♡♡♡
"Ra! Aduh ... gila lo ya!"
"Paan sih, Sel, berisik mulu!"
"Hape lo nih, bunyi terus!"
"Tinggal angkat anjir!"
"Abel yang nelfon,"
Kiera langsung menarik rem mendadak, membuat Sella terhuyung ke depan sampai helm yang ia kenakan pun menabrak helm Kiera.
"KIERA!!"
"Maaf, refleks." Kiera segera menyambar ponselnya yang memang dipegang oleh Sella, gadis itu pun mengangkat panggilan nomor yang rupayanya berasal dari Abel.
"Halo, Bel, napa?"
"Lo lagi sama Dian nggak?"
Kiera melirik Sella, sejurus kemudian tertawa paksa membuat Abel di seberang telepon sana merasa heran.
"Napa ketawa?"
"Abel ... Abel. Mana mungkin lah Dian sama gue. Emangnya gue nggak ada kerjaan lain apa selain ngurusin dia. Aneh kadang pertanyaan lo."
"Oh, yaudah. Lo di mana sekarang?"
"Ini, gue lagi di jalan lah, biasa sama Sella juga."
"Cepet, acara udah dimulai."
"Hah, serius? Oke-oke, gue otw, babayy!!"
Tut
"Kenapa si Abel?"
"Nanya kita di mana."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable | End
Teen FictionIneffable adalah sesuatu yang melampaui kemampuan bahasa untuk mengungkapkannya. Arti lain adalah "tak terlukiskan". Ada banyak kisah yang ditulis di cerita ini, salah satunya Abel. Gadis berkulit sawo matang yang tidak percaya akan cinta. Abel piki...