34. Raden Inu & Candra Kirana

11 3 0
                                    

Tulisan tebel: narator cerita

.



Shana sudah sampai di ruang seni tepat ketika Abel dan yang lainnya berkumpul di dalam, terlihat Bu lestari tengah mondar-mandir cemas lantaran Dian belum juga memberi kabar bahkan kini tidak ada yang tahu di mana keberadaan gadis itu.

"Emangnya Dian ke mana, Shan?" Rakha, cowok dengan pakaian ala raja itu berbisik ke telinga gadis yang berdiri di dekatnya.

Shana menoleh, membuat Rakha sempat tersipu. Dari jarak sedekat ini cowok itu bisa melihat wajah mulus tanpa noda milik Shana.

Semua pemeran sudah bersiap-siap dengan pakaian masing-masing. Aksa dengan pakaian mirip seorang pangeran, Abel yang hanya memakai kebaya mirip Bu Lestari karena tugasnya hanya membacakan teks. Dan Shana, yang memakai baju seorang putri.

Baju satu putri lagi masih tergantung di dinding karena Dian tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Diterkam singa sama macan," jawab Shana asal. Tak asal sebetulnya, Dian memang sedang berada di tangan singa dan macan sekarang.

Rakha mengernyit tak paham.

Sedangkan Riana dan Deeva hanya saling pandang dalam diam.

Di tengah itu, diam-diam mata Aksa terus terpaku pada gadis berkebaya keemasan di dekat Bu Lestari. Wajah Abel saat ini benar-benar ayu, dengan polesan makeup yang natural. Abel yang merasa ditatap seseorang dari jauh pun menjatuhkan pandang pada Aksa, buru-buru cowok itu mengalihkan matanya.

Bagaikan nabastala yang menjadikan gemintang sebagai pelitanya, bolehkah aku menjadikanmu sebagai dayita untukku dekap erat dalam atma kama?

Kata itu, setiap kalimat yang diutarakan Aksa malam itu bukan sekedar kata biasa. Bagi Abel kalimat itu adalah sebuah ungkapan hati yang harus diungkapkan dengan penuh makna.

Gue harus bisa bales kalimat Aksa, meski gue nggak tau bahasa semacam itu. Ucapnya dalam hati.

"Bu, kalo kayak gini kelamaan Bu," tiba-tiba sebuah suara membuat lamunan Abel buyar seketika. Suara itu datangnya dari Deeva, ia sudah tidak tahan ingin melihat drama yang akan ditampilkan Abel dan Aksa.

Riana pun berpikir serupa, akan menghabiskan lebih banyak waktu jikalau menunggu Dian yang tanpa kabar begini, bisa-bisa kelompok mereka akan ter-diskualifikasi tanpa keterangan apa-apa.

"Iya Bu, Dian nggak mungkin ngilang tanpa kabar kalo nggak ada sesuatu, pasti dia grogi terus pergi."

"Kok gue agak curiga ya sama Dian, mana mungkin dia kabur, secara pas kepilih senengnya bukan main."

Shana menoleh pada si pembicara di sampingnya, Rakha.

"Bisa aja lah, anak itu cuma mau pamer peran doang tapi nggak mau meranin. Pas acara malah ngilang."

"Sudah, jangan ada yang bersuara lagi! Keadaan sedang genting saat ini." Bu Lestari berkata dengan intonasi tinggi, membuat ruangan menjadi senyap.

Riana mengecek jarum jam di ponselnya. Giginya bergemulutuk menahan ucapan.

"Em, Bu! Gimana kalo Abel aja yang gantiin Dian?"

Sontak Shana serta Deeva pun bersorak heboh.

"Kalo itu sih saya setuju banget, Bu. Ganti peran aja ya Bu."

Deeva terlihat semangat. "Bener Bu, mumpung Abel di sini, bajunya juga pasti pas karena itu kan ukuran Abel."

"Heh, apaan sih kalian!" Abel tidak setuju perihal ini, dia belum menghapal dialog, dia juga tidak pandai berakting. Selain itu seorang putri pasti punya paras yang cantik, kalau tidak kulitnya lebih cerah tidak seperti Abel.

Ineffable |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang