"Tiba tiba?" Tanya Relci.
Gema mengangguk, "aku penasaran, kayaknya umur papi kamu baru masuk awal kepala tiga? Terlalu muda buat punya anak umur tujuh belas tahun."
Sebenarnya saat pertama kali bertemu dengan Papi Relci, Gema sedikit kaget melihat parasnya. Dia kira itu abang sepupu tertua Relci atau siapapun. Mungkin kalau orang melihatnya sekilas pasti mengira umurnya dua puluhan?
"Ouh, klo soal itu kita pindah tempat lain aja biar lebih nyaman." Balas Relci.
"Kamu bakal cerita?" Gema tak percaya.
"Tentu, apapun untuk mu bukan?" Ucap Relci tersenyum tulus.
Gema lupa kata-kata Relci saat menjadikan dia miliknya. Gema hanya harus menurut dan Relci akan melakukan apapun untuknya. Apa bagian ini juga termasuk?
Dia sebenarnya hanya penasaran, dan pertanyaannya cukup pribadi. Dia kira Relci akan menolak untuk menceritakannya
Gema ikut tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya lucu, "eung."
"Mau digendong atau jalan sendiri?" Tanya Relci saat bangun dari duduknya.
"Jalan sendiri aja." Gema sebenarnya ingin digendong tapi Relci pasti capek habis masak tadi.
"Oke."
....
Mereka berada di kamar Gema sekarang. Posisinya mereka tiduran di kasur dengan Gema yang di peluk Relci.
"Mulai darimana ya? Ah dari sini. Papi masih muda karena dia menikah waktu Sma, dia di jodohin sama Mami." Relci memulai ceritanya.
"Waktu Sma?" Kaget Gema.
"Ya, mereka punya aku pas umur delapan belas tahun, tepat setahun
Habis mereka menikah. Agak lucuh sih karna tiga bulan awal pernikahan Papi nggak suka sama Mami, tapi kebablasan buat anak." Relci sedikit terkekeh mengigat saat Mami bercerita tentang awal pernikahannya.Waktu itu Mami sedang kesal dengan Papi, jadi dia menyindirnya sambil bercerita tentang awal pernikahannya ke Relci. Relci nggak telalu ngerti apa masalahnya, dan sekarang saat dia sudah mengerti, ternyata agak lucu.
"Kenapa Papi nggak suka sama Mami, karena Papi udah punya pacar kah?" Gema sedikit mendongak untuk melihat Relci. Tadi dia membenamkan kepalanya di leher gadis itu.
"Karena sifat Mami nggak mirip cewe. Mami tomboy parah waktu itu. Makannya kakek nikahin Mami sama Papi. Kata kakek dia udah pusing ngurus mami."
"Ouh pantes." Gema sekarang tau dari mana sifat dominan Relci berasal.
"Walaupun gitu Mami tetap jadi orang tua yang hebat dalam mendidik anak, Papi juga gitu. Waktu kecil aku nggak pernah di larang mau ngelakuin apapun. Mau lari atau manjat pohon sekalipun nggak pernah di larang."
"Eh?"
"Kata Mami kalau anak dilarang aja nggak akan mempan. Anak kecil emang sifatnya penasaran sama sesuatu yang belum pernah di liat. Kalau dia udah ngelakuin sesuatu terus dia terluka, pasti nggak bakal di lakuin lagi atau dia bakal hati-hati nanti. Tapi tetep aku di awasin sama mereka waktu main. Jadi kalau aku luka pas main langsung di obatin." Jelas Relci panjang lebar.
"Senang ya bisa punya orang tua yang baik." Gema merasa sedikit iri sama Relci. Dulu dia juga pernah di sayang hebat sama Mamanya.
"Tentu, mereka orang tua terhebat menurut aku. Kalau aku minta sesuatu pasti dikasih. Dan itu jadi pelajaran yang cukup untuk seumur hidup.' Relci melanjutkan kalimat terakhirnya di dalam hati.
"Aku jadi pengen punya orang tua kayak kamu." Gumam Gema pelan.
"Oh? Kalu gitu ayo buat keluarga ideal sendiri."
"Hah?" Relci tidak akan mengajak nya untuk membuat bayi lagi kan?
Relci menyentil pelan dahi Gema, "mikir aneh-aneh ya?"
"E-engak." Elak Gema dan kembali menenggelamkan kepalanya di leher Relci.
"Maksudnya, kalau kita nggak bisa dapat sesuatu yang bagus kayak orang lain, kita masih bisa buat sendiri kan? Tapi aku nggak ngajak kamu buat sekarang, nggak usah mikir aneh-aneh" ujar Relci, "tapi gapapa sih kalo mau, kita gas aja." lanjut Relci lagi ngawur.
"Kamu mah..." dumel Gema dengan telinga yang sudah memerah malu.
"Bencanda baby." Relci tertawa setelah berhasil menggoda Gema. Lihat telinganya, memerah, "aku pengen denger cerita kamu juga" sambung Relci setelah selesai tertawa.
"Itu bukan cerita yang bagus." Ucap Gema sambil memilin-milin jarinya.
"Nggak masalah, aku bakal dengar sampai habis," balas Relci.
Gema menghela nafasnya pelan, "ya ceritanya cukup bagus waktu awal aku di adopsi keluarga Pratama. Aku di adopsi waktu umur tujuh tahun dari panti asuhan. Waktu itu Mama sayang banget sama aku, Papa sesekali juga main sama aku kalau lagi nggak sibuk. Mungkin karena itu juga Jay jadi benci sama aku. Dia amang nggak suka sama aku dari awal di adopsi."
"Dia iri karena kamu di sayang sama orang tua dia?" Tanya Relci tidak percaya.
"Mungkin, dia pernah bilang kalau aku cuma penganggu di keluarganya, karna aku juga dia jadi kurang dapat perhatian dari Mama. Sebenarnya itu nggak bener, dia selalu nolak waktu Mama ajak dia main sama aku. Pas aku deketin dia atau ajak main dia jadi marah."
'Kayanya dari sini awal masalahnya.' Batin Relci.
"Mami meninggal waktu aku kelas satu Smp karna sakit leukimia nya udah parah. Mulai dari waktu itu Papa udah mulai nggak peduli lagi sama aku, dan Jay selalu nyari cara supaya aku kena marah sama Papa. Bahkan Papa nggak pernah percaya apapun waktu aku bilang sesuatu. Karena itu juga aku sering dapat hukuman dari Papa."
Relci yang mendengar cerita Gema jadi merasa ikut sedih, "Gema..."
"Aku gapapa kok sekarang, karena sekarang aku udah punya keluarga baru" Gema mengatakan itu sambil tersenyum.
Senyum itu lagi, Relci tidak suka senyuman itu. Dia memeluk Gema lebih erat lagi.
"Itu cerita yang nggak bagus kan?" Tanya Gema yang mulai menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Relci lagi.
"Kamu akan selalu punya aku di sisi kamu Gema, selalu." Ucap Relci tulus.
"Eumm"
Sial dada Relci sesak mendengar cerita Gema. Dia sudah tau semua cerita tentang Gema dari kecil, tapi tetap saja sakit saat Gema yang menceritakannya sendiri. Membayangkan Gema di hukum atau sampai di pukuli, darahnya terasa mendidih.
"Cukup ceritanya, kita tidur siang aja sekarang. Tadi kamu masih ngantuk kan?" Tanya Relci mengubah topik pembicaraan.
Gema mengangguk, "iya"
"Tutup matanya," ucap Relci.
Gema mulai menutup matanya, Relci mengelus punggung Gema agar cepat tertidur. Moodnya pasti tidak bagus sekarang.
Dia berjanji akan membalas keluarga itu nanti, terutama Jayandra Pratama. Karena mereka bunganya tidak mekar dengan baik.
"Sleep well" Relci mengecup dahi Gema sebelum ikut menutup matanya.
'Biru ingin bertukar?'
'Ya'
_________________________________
________________________Jangan lupa vote and komen.....
Sorry kalau ada typo
See you.....
Minggu, 23 juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Relci (End)
Teen Fiction#FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #MASA REVISI Biasanya di dalam sebuah hubungan, cowo lah yang akan memegang kendalinya. Namun, Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? sifat yang mendominasi, obsesi, dan yang memegang kendali dalam hubungan malah...