Arel diam memeperhatikan Zian yang sedang berkutat dengan berkas berkas di tangannya. Dia sebenarnya sudah bosan hanya duduk dan memperhatikan Zian. Tapi dia juga tidak tau harus melakukan apa. Mommy dan Babanya melarang dia untuk bermain di luar saat mereka ke sekolah. Jadilah dia tinggal di mansion bersama Zian.
"Uncle...." panggil Arel pelan.
"Hm?" Dehem Zian tanpa menatap Arel. Dia masih terus fokus pada pekerjaannya.
"Uncle... Arel lapar." Tepat setelah Arel selesai bicara, perutnya langsung berbunyi, membuat Zian menghentikan tangannya mengetik di laptop.
Sontak saja Zian memalingkan wajah ke arah Arel. Damn it, dia lupa sedang menjaga Arel. Dan ini hampir lewat jam makan siang.
Tanpa basa basi lagi, Zian langsung menggendong Arel turun ke lantai bawah menuju dapur utama.
"Tuan Muda ingin makan apa hm?" Tanya Zian pada Arel saat mereka sudah sampai di dapur.
Zian sendiri yang akan memasak untuk Arel. Sebagai tanda permintaan maaf karna sudah mengabaikan Arel tadi.
"Terserah Uncle aja."
"Baiklah..." Zian membawa Arel ke atas pundaknya dan mulai berkutat dengan bahan bahan makanan.
"Anda suka ayam?" Tanya Zian sambil mengobrak abrik isi freezer, mencari sesuatu yang sekiranya gampang untuk di masak.
"Suka, tapi Uncle bisa masak?" Tanya Arel dengan memiringkan sedikit kepalanya.
"Tentu. Dulu Saya sering masak untuk Nona Relci." Zian akhirnya mendapatkan semua bahan bahan yang di butuhkannya untuk memasak. Meski ada Arel di pundaknya, dia sama sekali tidak kesulitan saat memasak.
"Mommy?"
"Iya. Nona selalu memakan semua makanan yang Saya masak, walaupun kadang enggak enak, Nona akan tetap memakannya." Jelas Zian dengan sedikit terkekeh.
"Umm.... Uncle sama Mommy pasti deket banget ya?"
Zian terdiam. Benar, dia pernah sedekat itu dengan Relci, dulu. Sampai pada hari itu, hari dimana dia mengacaukan semuanya.
"Mungkin." Jawab Zian. Dia kembali melanjutkan kegiatan masak memasaknya.
_________________________________
________________________Pritt!!!
"Latihan hari ini selesai, sekarang kalian sudah boleh pulang. Mari kita lanjutkan latihannya minggu depan." Intruksi pelatih.
Relci melangkahkan kaki jenjangnya menuju pinggir lapangan, dimana tasnya berada. Saat ingin mengambil air di tasnya, dia tidak sengaja melihat satu notifikasi pada handphone miliknya.
Relci Mengambil air beserta handphone dan mendudukan dirinya di kursi yang memang sudah tersedia untuk para pemain.
Relci menyeringai ke arah handphonenya, "lagi? Ahh benar benar hama yang merepotkan." Relci meremas botol air mineral milikknya sampai tidak berbentuk, air yang ada di dalamnya bahkan sudah merembas kemana mana.
Relci kembali menormalkan ekspresinya saat melihat sebuah panggilan di hpnya.
"Hai little boy." Sapa Relci langsung saat tau siapa yang menelponnya.
Iya, Arel memang diberi handphone oleh Relci, tapi tetap dalam pengawasan mereka. Mau bagaimanapun, Arel masih terlalu kecil untuk menggunakan alat elektronik itu.
"kenapa nelpon hm?" Tanya Relci.
"Mommy kapan pulang? Kata Uncle Mommy pulangnya siang. Tapi ini udah sore, Mommy kok belum pulang? Tadi Arel juga nelpon Baba, tapi nggak di angkat. Baba mana Mommy?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Relci (End)
Fiksi Remaja#FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #MASA REVISI Biasanya di dalam sebuah hubungan, cowo lah yang akan memegang kendalinya. Namun, Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? sifat yang mendominasi, obsesi, dan yang memegang kendali dalam hubungan malah...