Relci sedang duduk di kursi taman, dia hanya melamun. Tadi papinya bilang ingin membeli jajanan untuk mereka dan dia di suruh untuk menunggu.
"Mami kenapa ninggalin Relci, Relci nakal ya? Maaf kalo Relci nakal...." Relci mengatur nafasnya yang tersendat.
"Coba aja Relci engga mintak main ke timezone, Mami pasti masih sama Relci sekarang kan" cicit Relci, air matanya sudah mengalir sejak tadi.
Dia benar benar masih tidak menyangka Maminya akan pergi secepat ini, dan semua ini salahnya. Kalau saja dia pulang saja waktu itu dan engga pergi ke timezon mungkin sekarang Maminya masih bersama dirinya. Papi juga pasti engga akan ke sepian kayak sekarang.
Dia tau selama ini Papinya selalu pulang kerja telat karna engga mau terlalu memikirkan Mami. seperti sekarang dia tau papi mengajaknya ke taman supaya tidak terlalu sedih lagi.
Tapi tetap saja andai waktu bisa di ulang.....
Relci terus menangis dalam diam sampai ada seorang anak kecil dengan buket bunga matahari ditangannya duduk di samping dirinya. Relci tidak memperdulikannya dia menghapus air mata dan menundukkan kepalanya.
Sedangkan bocah laki laki itu terus memperhatikan Relci.
"Kamu lagi sedih ya?" Tanya anak laki laki itu
Relci masih tidak memperdulikannya.
"Waktu aku nangis Mama selalu bilang kalo nangis nanti jelek. Kamu juga jangan nangis lagi nanti cantiknya ilang" bocah itu mengambil satu bunga matahari dari buket yang dia pegang sejak tadi dan memberikannya pada Relci.
"Ini buat kamu, jangan sedih lagi ya" Relci hanya meperhati bunga yang di berikan bocah itu sebelum mengambilnya.
"Bunganya cantik"
"Iya kan? Mama aku lagi sakit jadi aku selalu kasih Mama bunga. Mama selalu suka kalo aku kasih sesuatu. Semoga kamu juga suka ya" bocah itu tersenyum sangat cerah ke arah Relci.
"Makasih" ucap Relci pelan. Gema tersenyum saat melihat Relci mau berbicara padanya.
"Eum... Tadi kamu kenapa sedih?" Tanya bocah itu
"Mami aku pergi"
"Oh Mami kamu pergi jauh ya? Jangan sedih, lain kali kamu pasti di bawa juga kok" bocah itu berbipi mungkin Mami Relci pergi ke luar kota atau tempet jauh lainnya seperti papanya yang sering ke luar kota buat kerja.
"Iya semoga aja"
"Ah itu Papa aku udah jemput, aku pergi dulu ya. Kamu jangan sedih lagi, tapi kalo kamu lagi sedih kayak tadi kamu bisa cari aku di sini. Aku sering ke taman ini waktu hari libur sekolah"
Bocah itu bangun dan berjalan ke arah seorang pria yang cukup muda, sepertinya itu papa yang dibicarakannya tadi.
Relci menghentikan bocah itu Sebelum benar benar pergi Relci.
"Nama kamu siapa?"
"Aku Gema Pratama, kamu bisa panggil aku Gema" Gema langsung pergi setelah memberi tahu namanya. Dia sedikit terburu buru karna Papanya tampak seperti sedikit kesal.
Sedangkan Relci terus memperhatikan Gema sampai dia masuk ke mobil dan hilang dari pandangannya.
"Sayang, lagi liat apa?" Arthur yang sudah selesai dengan acara beli membelinya juga ikut memperhatikan ke arah yang Relci lihat sejak tadi.
"Bukan apa apa"
"Benarkah? Terus itu bunga dari mana?" Tanya Arthur lagi
"Relci Pungut di tong sampah" jawab Relci ngasal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Relci (End)
Ficção Adolescente#FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #MASA REVISI Biasanya di dalam sebuah hubungan, cowo lah yang akan memegang kendalinya. Namun, Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? sifat yang mendominasi, obsesi, dan yang memegang kendali dalam hubungan malah...