42. Marah

7.8K 547 10
                                    

Zian mengerutkan keningnya saat mendapat pesan dari salah satu bodyguard yang sedang mengawasi basrment mansion. Pandangannya langsung tertuju pada Arel yang sedang duduk di samping dirinya. Tanpa aba aba, Zian langsung berjalan cepat menjauh dari ruang tamu.

"Ehh kita mau kemana Uncle? Kata Uncle tadi Mommy sama Baba udah sampai?" Tanya Arel yang berada dalam gendongan Zian.

"Nona sama Tuan Muda pasti capek. Biarkan mereka istirahat terlebih dahulu, selagi menunggu bagaimana kalau kita buatkan sesuatu untuk mereka?" Jawab Zian masih dengan terus berjalan menuju dapur. Dia sedang berusaha memberi waktu untuk Relci dan Gema.

"Ayo! Arel juga ikut bantuin ya?"

"Tentu, mari."

Tepat setelah Zian dan Arel sudah menjauh, pintu utama mansion di buka oleh seorang maid. Dan terlihat Relci yang masuk dengan ekspresi yang cukup membuat mereka menundukkan kelapa. Tidak lupa dengan tangan Relci yang menarik lengan Gema untuk mengikuti langkah besarnya, membuat Gema seperti terseret.

"Relci.... sakit." Gema berusaha melepas cengkraman Relci pada lengannya. Namun usahanya sia sia, cengkraman itu tidak mengendur sedikit pun. Relci juga tidak memerdulikan rintihan Gema sejak tadi, mata tajamnya terus menatap lurus kedepan.

Para maid yang melihat hal itu merasa kasian pada Gema. Namun apa daya mereka? Mereka tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu Gema.

Relci membuka pintu kamarnya dengan kasar dan langsung mendorong tubuh Gema ke atas ranjang hingga kepala Gema terantuk dengan dashboard cukup keras.

"Sakit..." rintih Gema sambil memegangi bagian belakang kepalanya.

Relci naik ke atas kasur dan mendekati Gema secara perlahan. Dengan satu gerakan, tangannya langsung mengunci tangan Gema, mebawanya ke atas kepala Gema, membuat pergerakan Gema jadi terbatas.

Sebelah tangan Relci mencengkram pipi Gema kuat, mungkin nanti akan terdapat bekas, "bunga ku terkena hama huh?" Relci menyeringai di depan Gema.

Relci yang sekarang bukanlah Relci yang biasa Gema kenal. Aura yang di keluarkannya membuat tubuh Gema rasanya gemetar. Gema takut, kalau saja dia tau ini akan terjadi, dia tidak akan pernah mengambil kelas literasi itu.

Saat Gema sedang larut dengan pikirannya, tiba tiba saja Relci mencium bibir Gema dengan dengan kasar, meraub bibir atas dan bawah Gema secara bergantian. Sangat rakus, membuat Gema kesulitan untuk mengimbanginya.

Semakin lama, ciuman Relci menjadi semakin brutal, dia memasukkan lidah panjangnya kedalam mulut Gema, mengobrak abrik setiap sudut mulut Gema.

"Emmhh..." lenguh tertahan berhasil keluar dari mulut Gema.

Ciuman Relci sangat kasar, dia bahkan tidak membiarkan Gema untuk mengambil napas. Gema menggeliatkan tubuhnya saat oksigen di paru parunya semakin menipis.

"Relmm... udahmm..." Gema mencoba memalingkan wajah untuk menghentikan ciuman Relci. Namun apapun yang dia lakukan itu sia sia. Semakin dia berusaha memalingkan wajahnya, maka semakin kuat juga cengkraman Relci di pipinya.

Relci tidak peduli dengan semua pergerakan Gema, dia masih terus mencium Gema dengan brutal. Bibirnya terus menghisap bibir Gema, lidahnya juga ikut bermain main dengan lidah Gema di dalam sana. Untuk mengakhiri ciumannya, Relci menggit bibir bagian bawah Gema cukup keras dan melepaskannya saat merasakan asin di mulutnya.

Darah mulai keluar dari bekas gigitan Relci di bibir Gema. Meliahat hal itu, membuat Relci kembali menyeringai. Dia cukup puas dengan hasil karya yang dirinya buat, Tapi sepertinya ada yang kurang,

Belum sempat Gema mangatur napasnya, Relci kemabali menerjang Gema, kali ini dia meciumi leher putih milik Gema. Menghisapnya kuat hingga menggalkan bekas merah keunguan.

Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang