3.Santai

18K 1.2K 59
                                    

Typo di maklumi.....

Enjoy.........

_____________________________________
___________________________

"Santai di pantai sambil minum air kelapa emang paling enak, seger ey... Iya nggak?" Tanya Relci pada Gema.

Gema mengangguk-anggukkan kepalanya, "Eumm."

"Tapi ngomong ngomong ni ya, lo tidur mulu dari tadi, heran gw. Pegel ini bahu lo senderin mulu."

"Ngantuk...." ucap Gema, padahal dia sudah tidur saat di mobil tadi.

Bukannya bangun Gema malah mendusel duselkan kepalanya di bahu Relci mencari kenyamanan. Angin pantai yang sejuk di tambah cuaca yang tidak terlalu panas membuatnya semakin mengantuk.

"Hahhh.... serah lo dah." Relci pasrah saja kalau nanti bahunya pegal-pegal.

Keduanya menikmati suasana pantai yang tenang, tidak banyak pengunjung hari ini, Padahal ini hari minggu. Mungkin karena ini bukan pantai yang terkenal, jadi tidak banyak yang datang.

"Udah lama aku nggak ke pantai, suasananya nyaman," kata Gema tiba-tiba.

"Ya, nyaman." Balas Relci sambil tersenyum simpul memandang ke arah laut.

"Gema, gw boleh tanya sesuatu sama lo? Mungkin agak pribadi?" Tanya Relci sedikit hati hati.

Gema mengangguk, "Hm tanya apa?"

"Emm itu.... Kenapa lo bisa diusir dari rumah?" Sebenarnya Relci nggak enak menanyakannya, tapi mau gimana orang dia penasaran.

Gema tidak langsung menjawabnya, dia hanya menunduk setelah mendengar pertanyaan itu.

"Eh!! Kalo lo nggak mau jawab juga gapapa kok, gw nggak maksa. Gw tau itu bukan cerita yang baik, sorry."

Relci jadi merasa bersalah menanyakan hal itu, harusnya dia tidak usah terlalu kepo urusan pribadi orang lain walaupun dia yang membantunya.

"Gapapa aku bakal cerita." Gema mencoba tersenyum ke arah Relci, dan kembali menyenderkan kepalanya di bahu cewe itu.

Relci tidak suka senyum itu, itu bukan senyum yang biasa Gema berikan kepadanya. Senyum itu... menyedihkan.

Flashback

Gema berjalan pelan memasuki mansion. Dia benar-benar kelelahan habis bekerja. Tadi ada masalah di tempat kerjanya mungkin dia juga tidak akan bisa bekerja di tempat itu lagi.

'Aku harus cari tempat kerja baru.' Gema menghela nafas memikirkan kemana dia harus mencari kerja lagi.

"Sudah pulang kamu anak sialan?"

Gema menoleh kensamping, di sofa ruang tamu Tampak Daniel, papa angkatnya duduk memperhatikan dirinya. Seperti biasa tatapan yang di berikan selalu dingin, berbeda lagi kalau daniel sedang bersama adiknya, tatapan itu akan lembut dan penuh kasih sayang.

"Darimana kamu baru pulang jam segini, hah?!"

Gema tidak menjawab, dia terlalu lelah untuk menanggapi pertanyaan yang seolah menyundutkannya itu. Lagi pula percuma kalau dia menjawab, papanya itu pasti tidak akan percaya.

"Kalau ditanya itu di jawab! Tuli kamu sekarang?!"

"Aku habis kerja," jawab Gema sekenanya.

"Kerja apa sampai jam segini? Kamu tidak usah berbohong pada saya. Saya tau sifat asli busuk kamu itu. Atau jangan-jangan kamu kerja jual diri di luar sana makanya pulang jam segini, iya?!"

Sudah cukup, Gema benar-benar muak dengan ini, "PA!!! PAPA BISA NGGAK SIH PERCAYA SAMA GEMA SEHARI.... AJA?! AKU CAPEK PA SELALU DI TUDUH SAMA KALIAN. PAPA NGGAK PERNAH PERCAYA KALAU AKU BILANG SESUATU. YANG PAPA PERCAYA ITU CUMA JAY, JAY, JAY, DAN JAY." Teriak Gema di depan Daniel, meluapkan segala yang dia rasakan, "padahal aku enggak pernah ngelakuin apa yang selalu dia bilang ke papa. Tapi apa? papa tetep percaya kan sama dia?" Sarkas Gema.

Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang