21. Want to psychologist?

9.4K 551 4
                                    


Typo? Harap di maklumi

Happy reading....

_________________________________
________________________

Relci memberikan piring berisi melon yang sudah dia kupas untuk Gema dan di sambut baik oleh Gema.

Mereka sedang bersantai di ruang keluarga dengan televisi yang menyala di depan mereka. Gema memakan melonnya dengan lahap. Hal itu tidak luput dari pandangan Relci.

Relci terus memperhatikan Gema, bunga yang sudah dia incar sejak dulu sekarang sudah menjadi miliknya. Bunga yang akan dia rawat sebaik mungkin. namun sayang, sampai sekarang bunga itu belum mekar dengan baik.

Padahal dia pikir dengan Gema berada di sampingnya, Gema akan hidup jauh lebih baik. Tapi semua yang Relci lakukan sampai sekarang belum cukup untuk membuat bunga itu mekar seperti yang dia inginkan.

Gema yang sadar Relci terus memperhatikannya, mengarahkan melon potongan melon ke arah Relci.

"Kamu mau?" Tanya Gema dengan mulut yang masih mengunyah.

Relci menggeleng, mengambil melon yang di berikan Gema untuk kembali dia suap kan pada Gema.

"Gakpapa, kamu aja yang makan." Ucap Relci sambil tersenyum ke arah Gema.

Gema hanya menganggukkan kepalanya dan kembali memakan melonnya. Relci terus memperhatikan Gema, tidak lupa tangannya yang juga mengelus rambut Gema. Dia sangat suka melakukan itu karna rambut Gema sangat halus, rasanya seperti mengelus bulu kucing.

"Gema?" Panggil Relci pelan.

Gema menoleh saat Relci memanggilnya "Eum kenapa?"

Apa Relci terlalu terburu buru jika mengatakannya sekarang? Dia ingin Gema hidup lebih baik.

"Kamu mau ke psikolog dengan ku?" Tanya Relci hati hati.

Gema berhenti dari acara makan makannya. Jadi.... Relci sudah tau kalau dia punya trauma? Tapi bagaimana?

Gema mulai gelisah, dia takut Relci akan meninggalkannya karna dia tidak normal. Pikiran Gema mulai berkeliaran memikirkan hal hal buruk yang mungkin terjadi. Tidak, dia tidak mau berpisah dengan Relci, tidak akan pernah.

"Sleepy boy? Kau kenapa?" Relci mengerutkan keningnya, ada apa dengan Gema? Apa dia sakit lagi?

Gema menatap Relci dengan mata yang mulai berkaca kaca, sepertinya dia mau menangis. Relci yang menyadari itu langsung menarik Gema kedalam pelukannya.

"Kenapa hm? Ada yang sakit?" Relci dapat merasakan  gelengan dan  punggung Gema yang bergetar di bahunya. Jika bukan sakit, apa dia tidak ingin ke psikolog makanya dia ingin menangis?

"Nangis aja jangan ditahan, nanti sesak dadanya."

Relci dapat merasakan bahunya yang mulai basah, tapi dia tidak mendengar suara isakan dari Gema. Relci mengelus punggu Gema berharap dia akan sedikit lebih tenang.

Setelah di rasa Gema sudah selesai mengis, Relci melepaskan pelukannya. Benar dugaannya, Gema menggigit bibir bagian bawahnya agar tidak mengeluarkan suara saat menangis tadi. Bahkan bekas gigitannya menjadi luka.

"Kenapa digigit? Jadi berdarahkan." Relci mencoba meraih laci disamping sofa yang mereka duduki untuk mengambil kotak P3K. Sebelum sempat meraih lemari itu, tangan sudah lebih dulu di tahan Gema.

"Kamu engga akan ngebuang aku kan?"

Apa? Apa yang gema katakan? Dalam mimpi pun Relci tidak pernah berpikir untuk membuang Gema. Relci mendatarkan ekspresinya, apa Gema lupa perjanjian mereka?

Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang