39. Izin

5.9K 419 5
                                    

Relci menatap seorang anak kecil yang sedang menaburkan bunga di makam ibunya. ya kalian benar, itu Arel. Saat dia mendengar kabar kalau ibunya sudah meninggal, dia hanya diam. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kecilnya, bahkan hanya untuk menangis.

Arel cuma diam menyaksikan seluruh proses pemakaman ibunya yang di bantu tetangga dan warga setempat.

Relci mengedarkan pandangannya ke seluruh area pemakaman. Sepertinya tidak ada kerabat Arel yang datang ke pemakaman. Itu karna sejak tadi tidak ada seorang pun yang mendekati makam ibu Arel.

Gema berjongkok di dekat Arel. Dia tidak sanggup melihat anak sekecil ini yang berusaha tetap kuat di makam ibunya. Dia tau Arel sedang menahan sesuatu di dalam dirinya. Gema mencoba memberi Arel sedikit kekuatan dengan mengelus punggug kecil Arel.

Melihat keadaan Arel yang seperti ini membuat Gema teringat akan Mamanya. Begitu juga Dengan Relci. Mereka memiliki nasib yang sama, di tinggalkan oleh orang yang mereka sayangi saat mereka masih kecil. Saat mereka masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

Waktu berjalan. Satu per satu, orang orang mulai meninggalkan area pemakaman. Menyisakan Relci, Gema, dan Arel.

Relci mendekat ke tempat Arel dan ikut berjongkok. "Arel." Panggilnya pelan.

Arel hanya menatap sayu ke arah Relci. Sangat kentara kesedihan di mata polos itu, tapi kenapa dia tidak menangis?

"Arel nggak mau pulang?" Tanya Relci pelan.

Dan Arel hanya menggeleng, "Arel nggak  suka kalau sendirian di rumah nanti." Jawab Arel sambil menunduk.

"Arel kenal sama saudara saudara Arel yang lain?" Lagi lagi Arel menggeleng.

"Sini sayang." Relci membawa Arel ke dalam gendongannya, mengelus punggung Arel sayang. "Tidak ingin menangis hm?" Relci dapat merasakan gelengan Arel di pundaknya.

Relci cuma bisa tersenyum miris melihat respon Arel. Bahkan dia dulu tidak bisa sekuat Arel sekarang. "Arel mau ikut ke rumah Kakak?" Tanya Relci tiba tiba.

"Ke rumah Kakak cantik?" Terdapat sedikit kecerian di mata polos itu saat menanyakan hal tadi.

"Iya, Arel mau hm?"

Walaupun tampak senang, sepertinya Arel masih ragu dengan tawaran Relci. Tidak, bukan karna dia tidak percaya dengan Relci. Hanya saja....

"Nanti Arel nggak ngerepotin kakak?"

Ah rasanya Relci dejavu dengan suasana seperti ini, "enggak sayang, kamu nggak akan ngerepotin kakak. Malah kakak senang kalau kamu ikut karna nanti kak Gema ada temen mainya di rumah."

Gema tersenyum saat Arel melihat ke arahnya, seolah olah meyakinkan Arel untuk menerima tawaran Relci.

"I-iya, Arel mau ikut kakak." Ucap Arel sambil menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Relci. Arel menyukai aroma Relci, wanginya seperti bunga. Padahal Relci masih menggunakan seragam sekolahnya.

Relci menepuk nepuk pelan pantat Arel agar dia merasa nyaman. Relci bermaksud untuk membuat Arel tidur, dia pasti sangat lelah sekarang.

Tak lama kemudian, terdengar dengkuran halus di ceruk leher Relci. Perlahan lahan, Relci menyerahkan Arel pada Gema.

"Kalian ke mobil duluan, ada sesuatu yang mau aku lakuin disini." Gema tidak tau apa yang mau Relci lakuin, tapi dia memutuskan untuk menurut saja dan pergi dari area pemakaman itu menuju mobil.

Relci menatap batu nisan di depannya cukup dalam, "saya mau minta izin sama ibu buat ngerawat Arel. Saya tau kami masih belum terlalu dekat dan Arel juga baru mengenal saya hari ini. Tapi ibu nggak perlu khwatir karna saya pasti akan membuat Arel bahagia bersama saya, saya janji." Ucap Relci penuh keyakinan.

Setelahnya Relci ikut menyusul Gema dan Arel ke parkiran Mobil mereka. Tapi saat baru beberapa langkah berjalan, dia merasa seperti semilir angin membelai pipinya.

Relci menghentikan langkahnya, membalikkan badannya ke belakang menatap lurus ke arah makam ibu Arel. Relci menarik ke dua ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman tulus, sepertinya dia mendapatkan izin.

_________________________________
________________________

"Berhentilah terus menatap ke arah pintu Zian, sebentar lagi mereka pasti kembali." Ujar Arthur yang jengah melihat Zian yang terus bolak balik dari sofa ke pintu utama mansion.

"Tapi ini sudah hampir malam Tuan. Anda juga melarang saya untuk mencari mereka." Terang Zian.

"Mereka mungkin pergi ke suatu tempat, berhentilah menjadi terlalu protektif pada Relci. Ingat, dia sudah besar dan bukan adik kecil manismu yang dulu lagi."

"Tapi-"

"Shuttt.... lebih baik kau bantu Papi memeriksa data data ini." Tunjuk Arthur ke tablet yang dia pegang sejak tadi.

Sudahlah, Arthur benar. Adik kecilnya sudah besar sekarang. Akhirnya Zian memutuskan membantu pekerjaan Arthur.

Tak lama kemudian, pintu utama Mansion di buka oleh seorang maid, dan terlihat lah Relci, Gema, dan.... seorang anak kecil?

"Kamu duluan tidurin Arel ke kamar ya? Kamar yang di sebelah kanan kamar kamu. Aku mau ngomong sesuatu sama Papi sama Zian juga." Ucap Relci pelan, takut kalau kalau Arel akan bangun.

Gema mengangguk dan berjalan menuju lift. Dia akan menggunakan itu saja. Kalau pakai tangga mungkin Arel akan merasa tidak nyaman nantinya.

Saat Relci baru duduk di sofa, dia di sambut dengan tatapan tajam Zian. "Darimana?"pertanyaan yang pertama kali keluar dari mulut Zian.

"Bentar yak? Capek banget nih." Dan itu lah respon Relci yang membuat Zian memutar bola matanya.

Arthur malah terkekeh melihat dua anaknya ini, "jadi, anak kecil tadi siapa?" Tanya Arthur.

"Arel. Relci sama Gema ke pemakaman ibunya yang baru meninggal tadi siang, dia nggak kenal sama kerabat kerabatnya yang lain, Relci juga nggak tega ninggalin anak kecil kayak dia sendirian. jadi Relci mutusin buat bawa Arel ke sini. Gema kayaknya juga suka banget sama Arel." Jelas Relci sekenanya.

Arthur hanya mengangguk angguk saja, karna memang dia sudah tau maksud Relci membawa Arel, berbeda dengan Zian. Dia sepertinya sedikit ragu untuk membawa Arel ke mansion ini. Relci pasti belum menyelidiki latar belakang keluarga Arel dan langsung membawanya ke sini.

"Anda yakin?" Tanya Zian untuk memastikan lagi.

Relci mengangguk, "Relci juga berencana mau ngadopsi Arel sebagai anak."

Dan ya, tepat sasaran. Apa yang Arthur dan Zian pikirkan benar. Relci membawa Arel ke sini bukan hanya cuma mau memberi tempat tinggal. Tapi mengadopsi Arel sebagai anak itu di luar perkiraan mereka.

"Mengadopsi anak punya syarat syaratnya Relci. Dan kamu tau kalau kamu tidak memenuhi syarat syarat itu bukan?" Tanya Arthur.

"Relci tau. Mungkin untuk sekarang Relci emang belum bisa ngadopsi Arel. Tapi Papi bisa kan?"

_________________________________
________________________

Jangan lupa vote komen and follow

See you.....

Jumat, 27 oktober 2023
Ig : huswarelci
Ttk : huswarelci












Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang