Hallo all. Apa kabar nih? Semoga sehat semua ya.Jangan bosen bosen baca cerita ini ya
Happy reading.....
_________________________________
________________________"Bagaimana?" Tanya seorang pria dengan setelan jas hitam yang melekat di tubuhnya setelah mengangkat panggilan dari teleponnya.
"Misinya berhasil sesuai dengan perintah anda Tuan. Benar yang anda katakan, begitu melihat pria itu dalam bahaya dia langsung berlari untuk melindunginya," Ucap pria di sebrang telepon sana dengan sedikit terkekeh.
"Bagus, aku memang sangat mengenal dirinya." Pria itu menyungingkan senyum menawan namun terasa menyeramkan.
"Tapi tuan, bukannya target kita it-"
"Shuttt .... itu bukan urusan mu. Tugas mu sekarang adalah memastikan agar banjingan itu tetap menutup mulutnya."
"Baik tuan."
Sambungan telpon itu langsung di putuskan sepihak oleh pria yang mengenakan jas tadi. Dia tersenyum miring saat membayangkan apa yang terjadi di sirkuit tadi.
"Terkadang pengorbanan harus di lakukan agar mendapatkan apa yang kita inginkan."
_________________________________
________________________Relci sudah selesai di tangani oleh dokter, Bahunya harus mendapat beberapa jahitan karna tusukan pisau tadi. Namun tidak terlalu parah, karna pisau itu tidak masuk terlalu dalam.
Sejak tadi Relci hanya diam duduk di brangkar ruang perawatan, tidak ada kata kata yang keluar dari mulut sejak dokter selesai menjahit bahunya.
Itu semua karna Xabiru tidak berada di dalam ruang itu, padahal teman temannya yang lain ada di sana. Bintang bilang Xabiru sedang di toilet.
Toilet? Apa orang pergi toilet selama ini? Relci semakin kesal memikirkannya. Oh ayolah, dia sangat merindukan Baby nya sekarang. Dia juga harus memastikan Xabiru benar benar tidak terluka karna insiden penusukan tadi.
"Enggak usah di tekuk gitu mukanya, mau gw periksa dia kesana?" Tanya Varo yang sudah lelah dengan suasana keheningan di ruang perawatan ini. Mau ngelawak tapi segan. Tapi masa diam diaman terus?
"Susulin aja, gw juga udah gerah di sini." Sahut Racel. Dia memang suka suasana yang tenang tapi bukan hening kayak di kuburan gini juga.
Padahal penghuninya ada enam orang di ruangan itu, mana Relci dari tadi auranya bikin orang sesek napas liatnya. Mending dia liat Varo sama Candy berantem aja.
Saat Varo akan bangun dari duduknya, pintu ruangan itu terbuka menampakkan Xabiru dengan baju yang masih terdapat percikan darah Relci di sana. Penampilannya benar benar kacau dengan rambut yang berantakan tidak seperti dirinya yang biasanya. Ada apa dengannya? Pikir mereka semua.
Cara yang mengerti dengan keadaan saat ini memberikan kode pada yang lain dan dapat di pahami dengan baik oleh mereka.
"Eumm kita pulang duluan ya Ci, emak gw udah nyuruh pulang nih." Pamit Varo seraya bangun dan mendekat ke arah Relci.
"Iya ibu gw juga udah nelpon dari tadi. Gw pamit ya " Sambung Rian.
"Maaf enggak bisa nemenin lo sampek pulang nanti," Timpal Candy.
"Gapapa kalian pulang aja. Zian bentar lagi sampek ke sini buat antar gw pulang, Kalian tenang aja." Relci yang paham dengan maksud teman temannya itu tiba tiba pulang hanya bisa mengiyakannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Relci (End)
Teen Fiction#FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #MASA REVISI Biasanya di dalam sebuah hubungan, cowo lah yang akan memegang kendalinya. Namun, Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? sifat yang mendominasi, obsesi, dan yang memegang kendali dalam hubungan malah...