"Bagaimana kalau kita membuat sebuah kesepakatan?" Tanya Relci yang duduk di sebuah sofa yang berada dalam sebuah ruangan minim cahaya, dengan Ardi yang yang terikat di tengah ruangan tidak jauh dari tempat Relci duduk.
Ardi tidak menjawab, dia hanya diam memerhatiakan Relci dengan tajam. Entah karna apa, mungkin karna dia sudah muak diikat di ruangan itu selama berminggu minggu.
Relci manaikkan sebelah alisnya saat tidak kunjung mendapat jawaban, "baiklah mungkin kau masih kurang percaya dengan ku? Tenang saja, kesepakatan ini akan membuat diri mu dan keluarga mu akan hidup jauh lebih baik dari sekarang. Dan tentu saja kesepakatan ini akan menguntungkan bagi ku juga, tidak akan ada yang di rugikan disini. Kau tertarik?"
Ardi tampak berpikir, sebenarnya dia cukup tertarik dengan tawaran Relci. Namun, dia tidak bisa langsung percaya begitu saja pada orang di depannya ini, apalagi dia belum menyebutkan kesepakatan apa itu.
"Kesepakatan apa yang lo maksud?" Ardi bertanya seperti ini, bukan bearti dia menyetujui tawaran Relci. Dia hanya ingin memastikan terlebih dahulu apa yang sebenarnya di inginkan wanita di depannya ini.
"Kau akan menjadi asisten pribadi dari anak ku. bukan hanya asistennya saja, kau harus menjadi apapun dia butuhkan, apapun yang dia inginkan kau harus bisa mengabulkannya. Dan aku akan membiayai seluruh kehidupan keluarga mu, kau juga akan mendapat bayaran setiap bulannya. Cukup menguntungkan bagi mu bukan?"
Mungkin kalian berpikir Relci sudah gila karna membuat orang yang hampir menusuk Gema untuk menjadi Asisten pribadi Arel. Tapi Relci memiliki alasan sendiri sampai melakukan hal ini.
"Asisten pribadi? Jadi babu maksud lo?" Ardi berdecih. Tapi sialnya, dia tertarik dengan tawaran itu, "oke, gw terima kesepakatan itu." Putus Ardi pada akhirnya.
Relci bangun dari duduknya dan mendekati Ardi, "jika kau melakukan kesalahan saat sedang menjalankan tugas, aku sendiri yang akan turun tangan untuk menghukum mu." Tekan Relci dengan nada datar.
Ardi cukup tenang saat mendengar perkataan Relci barusan. Dia tau konsekuensi pekerjaan yang seperti ini.
Relci merasakan getaran handphone yang ada di sakunya. Dia mengerutkan alisnya saat melihat siapa yang menghubunginya.
"Nona, Tuan Muda Gema menghilang dari tempat kerjanya"
Itulah kalimat pertama yang dia dengar saat panggilan itu tersambung, yang berhasil membuat rahang Relci mengeras.
Relci menghela napas mencoba untuk tetap tenang. "Kalian menemukan sesuatu yang dapat menjadi petunjuk?"
"Kami masih mencarinya Nona. Tapi saya sempat melihat orang mecurigakan saat Tuan Muda sedang bekerja. Orang itu punya tato di lehernya."
Tanpa mengatakan apapun, Relci langsung mematikan sambungan telponnya. Sepertinya di tau siapa yang sudah menculik Gema.
Relci kembali mengalihkan atensinya pada Ardi, "kau, dan matan bos mu itu benar benar merepotkan."
Setelahnya, Relci keluar dari ruangan itu dan langsung menuju ke garasi untuk mengambil motornya. Saat sedang menghidupkan motornya, di juga melihat Zian yang memasuki sebuah mobil. Mungkin Zian juga sudah kalau Gema menghilang.
Sedetik kemudian, Relci menjalankan motornya dengan kecepatan di atas rata rata, membelah sepinya jalanan yang dingin. Ah rasanya dia sangat muak untuk pergi ke tempat itu lagi.
Relci memasuki sebuah Mansion yang cukup mewah, semua Bodyguard yang berjaga di depan gerbang menunduk hormat pada Relci.
"Selamat datang Nona, sudah lama saya tidak melihat anda di sini." Sambut Seth, kepala bodyguard mansion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Relci (End)
Teen Fiction#FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #MASA REVISI Biasanya di dalam sebuah hubungan, cowo lah yang akan memegang kendalinya. Namun, Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? sifat yang mendominasi, obsesi, dan yang memegang kendali dalam hubungan malah...