18. Gudang

9.9K 595 10
                                    


"Lo kenal sama tu orang? Engga punya sopan santunnya anjir, main pergi pergi aja" tanya Rian dengan kesal.

Pasalnya tadi dia lagi marah marah. Tapi malah tidak di respon apa apa. Terus apa lagi tadi main bisik bisik sama Gema.

"Itu Jay" Gema masih masih terus memperhatikan ke arah mana Jay pergi.

Tadi Jay memakai baju pemain basket, sepertinya dia di sini karna harus ikut pertandingan persahabatan antar sekolah.

"Jay? Jay ... adek lo itu?"

"Hmm Iya"

"Pantesan anjir engga ada sopan sopannya, rupanya emang anak dakjal" bukan apa apa Rian marah seperti ini, dia tau kalau Jay yang buat Gema selama ini menderita sampai di usir dari mansion Pratama.

Ya Rian tau mereka bukan saudara kandung, tapi kelakuannya bener bener keterlaluan cuma karna mereka bukan sedarah. Engga habis pikir dia.

"Dakjal? Siapa yang dakjal?" Tanya Cara yang tiba tiba muncul di belakang mereka. Tadi dia sempat mendengar ribut ribut, ternyata itu Rian sama anak Dirgantara yang lagi berantem.

"Ada tadi anak setan. Dah yok nonton aja" Rian menarik tangan Gema dan Cara agar mengikutinya ke tempat parapenonton.

Saat pertandingan sudah dimulai, Gema sama sekali tidak fokus, banyak hal yang sedang di pikirkannya sekarang. Belum lagi apa maksud perkataan Jay tadi? Gema benar benar tidak mau berurusan dengan keluar Pratama sekarang.

"Gema, ngelamun trus mikirin apa sih?" Tanya Cara sambil memberikan minuman yang dibelinya tadi.

Gema meraih minuman yang di berikan Cara "engga mikirin apa apa,"

"Beneran?"

"Iya. Aku ke toilet dulu ya"

"Mau ditemenin?" Tanya Rian yang hanya menyimak sejak tadi.

Gema meberikan minuman Tadi pada Rian "engga usah." Setelah mengatakan itu, Gema bangkit dari duduknya dan berjalan menuju toilet.

_________________________________
________________________

"Gema!" Panggil pak Tono cukup keras.

Gema yang merasa di panggil pun mendekat ke arah pak Tono.

"Iya Pak kenapa?"

"Ini tolong bapak taruh bola ini di gudang sebentar" pak Tono memberikan dua bola yang dia pegang sejak tadi dan di terima dengan baik oleh Gema.

"Kalau gitu saya permisi dulu" pamit Gema dengan sopan

"Iya iya makasih banyak ya Gema"

Gema hanya menganggukkan kepalanya sebelum pergi menuju gudang sekolah. Gudang sekolahnya berada di belakang gedung anak kelas sebelas agak jauh dari lapangan tempat pertandingan tadi.

Saat sampai dia membuka pintu gudang dengan sedikit susah, itu karna pintunya sudah agak tua padahal sekolah elite tapi engga di renovasi heran.

Pintu berhasil di buka, Gema masuk ke dalam. Gelap itu yang pertama kali Gema rasakan. Dia berusaha mencari cari saklar lampu sedikit hati hati agar tidak mebrak barang barang di sana.

"Ini dia" ucap Gema saat sudah menemukan saklarnya. Tapi tunggu kenapa tidak mau hidup? Gema terus menekan nekan saklarnya, namun nihil lampunya tidak hidup hidup juga.

"Putus kah?" Tanya Gema pada dirinya sendiri.

Sudahlah lebih baik dia letakkan saja bolanya sembarangan, toh pasti engga akan hilang juga kan.

Dia juga sedikit merasa takut sekarang. Gelap dia benar benar benci dengan kegelapan.

Brak!!!

Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang