"Kenapa kau selalu menolak tawaran Papi untuk mengadopsi diri mu hah?! Sampai kapan kau akan terus membuat diri mu menjadi babu di keluarga ini?!" Relci Mengusak rambutnya frustasi.
Dia tidak tau harus melakukan apa lagi agar Zian mau menjadi anggota keluarga ini. Relci dan Zian besar bersama layaknya adik kakak. Namun, saat Arthur atau Anna mencoba untuk mengadopsi Zian, dia selalu menolaknya bahkan sampai sekarang.
Relci dan Arthur memang sudah berencana akan menawarkan pada Zian untuk di adopsi sekali lagi tadi malam. Dan saat Arthur berbicara dengan Zian esok paginya, lagi lagi Zian menolak.
Relci yang mendengar cerita dari papi barusan menjadi emosi. Dia tidak mengerti kenapa Zian terus menolaknya. Apa keluarga ini sangat buruk sampai Zian terus menolaknya? Atau Zian benar benar betah menjadi seorang budak?
Zian menatap kosong ke arah Relci, "saya tidak pernah bisa menerima tawaran itu."
Relci semakin emosi mendengar jawaban santai dari Zian, "Lagi? Tapi kenapa?! Kenapa lo terus nolak?!"
"Karna saya menyukai anda Nona!" Sarkas Zian yang mampu membuat Relci terdiam seribu bahasa, "saya menyukai anda, sangat lama sampai saya sendiri tidak ingat kapan pertama kali saya menyukai anda."
Relci yang mendengar itu mendadak tertawa keras, "Zian? Huhh... oke, Ini alasan yang buruk. Seharusnya Kau yang paling tau aku sedang menunggu siapa, dan kau bilang menyukai ku?" Relci kembali tertawa setelah mengakatakan hal barusan.
Sedetik kemudian Relci mendatarkan ekspresi wajahnya dengan mata yang menatap tajam ke arah Zian, "Baiklah. Aku akan berpura pura tidak pernah mendengar kata kata mu barusan. Mari kita lupa kan ini dan kau terima tawaran Papi untuk pengadopsianmu." Sambung Relci serius.
"Saya tau saya tidak akan pernah punya kesempatan untuk menjadi pasangan anda. Tapi saya tetap tidak bisa menerima tawaran itu. Saya hanya akan terus membantu dan berada di samping anda sampai saya benar benar lelah." Zian mengatakannya dengan wajah tampa ekspresi yang membuat Relci semakin bingung apa yang sebenarnya orang di depannya ini pikirkan.
"Akhhhh sialan! Maka teruslah menjadi babu ku sampai kau mati!"
Zian mendongakkan kepalanya ke atas, menutup mata seraya menghembuskan napasnya yang terasa berat.
Bayang bayang pertengakaran dirinya dan Relci dua tahun yang lalu kembali terlintas di kepalanya. Jika saja waktu bisa di putar kembali, dia mungkin tidak akan memberi tau Relci tentang perasaannya yang sebenarnya.
Kalimat terakhir yang Relci ucapkan saat itu masih terekam sangat jelas di kepalanya. Kalimat yang berhasil membuat dinding pemisah antara Relci dan dirinya untuk tidak semakin mendekat.
Dan ya, dia benar benar menuruti kalimat itu sampai sekarang, atau bahkan mungkin sampai dia mati. Hanya itu satu satunya cara selain pengadopsian agar dia bisa tetap bersama Relci. Tidak, dia tidak bermaksud membuat Relci menjadi miliknya. Dia hanya ingin melihat Relci bahagia walaupun itu bukan bersamanya.
Meskipun sakit melihat orang yang dia cintai tertawa bahagia bersama orang lain, tapi akan jauh lebih sakit rasanya kalau orang yang dia cintai menjadi sengsara saat bersama dirinya.
Keluarga Mahardika memiliki satu tradisi yang memang sudah di turunkan pada setiap generasinya. Dimana setiap inti atau cabang keluarga akan memiliki setidaknya satu orang asisten yang akan mengurus setiap apapun yang di butuhkan para anggota keluarga. Orang orang menyebutnya sistem perbudakkan yang di bayar.
Dan hanya keluarga Arthur dulu yang belum memilikinya karna mereka belum menemukan kandidat yang tepat. Saat Zian mengetahui informasi ini, dia langsung mengajukan diri untuk memiliki pekerjaan itu. Namun, Anna menentangnya dengan keras. Dia membawa Zian ke keluarga ini untuk menjadi kakak Relci bukan malah menjadikan budak keluarga ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Relci (End)
Teen Fiction#FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #MASA REVISI Biasanya di dalam sebuah hubungan, cowo lah yang akan memegang kendalinya. Namun, Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? sifat yang mendominasi, obsesi, dan yang memegang kendali dalam hubungan malah...