Relci membuka matanya perlahan. Mendongakkan kepalanya ke atas ternyata Gema bagun lebih dulu. Gema sedang membaca buku, mungkin novel? Tunggu,"Biru?" XaBiru menunduk untuk melihat Relci. Dia tidak sadar kalau Relci sudah bangun sampai di panggil.
"Udah bangun?" Tanya Xabiru.
Benar itu Xabiru, Relci bisa tau karena mereka punya warna mata yang berbeda. Kalau di liat sekilas memang tidak ada bedanya, tapi warna mata mereka memang berbeda. Warna mata Gema hitam sedangkan Xabiru warna biru gelap.
"Iya." Relci bangun dan menyenderkan kepalanya ke bahu Xabiru.
"Baca apa?" Tanya Relci. Dia tau itu novel, cuman pengen nanya aja.
"Novel, disuruh baca sama Cara." Jawab Xabiru kembali membaca novel di tangannya.
Relci menaikkan satu alisnya, "ngapain dia nyuruh-nyuruh kamu?" Tanya Relci terkesan jutek
"Ya kata dia bagus buat referensi nulis cerita, tapi aku kurang suka sama alurnya." Gema memang suka sesuatu yang berbau seni. Tapi dia jarang menulis lebih ke melukis.
Xabiru meletakkan novel di nakas samping kasur.
"Udah sore ya?" Tanya Relci.
"Iya."
"Lama juga ya aku tidur. Gerah, aku mandi dulu ya." Ucap Relci sambil bangun dari kasur.
Xabiru mengangguk sekilas,"hm, aku tunggu di bawah."
"Iya." setelahnya Relci masuk ke kamar mandi. Beberepa pakaiannya memang sudah di pindahkan ke kamar Gema, Biar nggak bolak balik.
Xabiru pergi taman belakang mansion, dia ingin mencari udara segar. Saat sampai di taman, ternyata di sana sudah ada Arthur dan Zian, mereka sedang santai-santai sambil bermain catur di gazebo.
"Nah skakmat, kau kalah lagi Zian." Arhur tertawa melihat wajah masam Zian. Zian memang punya otak yang cerdas tapi tidak cukup cerdas bermain catur bersama Arthur.
Xabiru berjalan mendekati mereka.
"Ouh Gema, Relci mana?" Tanya Arthur saat tidak melihat Relci di belakang Xabiru.
"Lagi mandi," jawab Xabiru.
"Ouh, sini-sini main catur sama Papi. Kau bisa bermain catur kan?"
"Sedikit." Xabiru berjalan duduk di depan papan catur. Tepatnya di depan Arthur samping Zian.
"Bagus. Sini papi bosen main sama Zian terus." Ucap Arthur sambil melirik Zian.
Sebelum bergeser Zian melirik sengit ke arah Arthur, dan Arthur kembali tertawa melihat komuk Zian. Jarang-jarang kan Zian bisa bertingkah seperti ini.
Tak butuh waktu lama untuk Relci. Kan dia nggak kemana-kemana jadi nggak dandan.
Relci berjalan ke taman belakang, tadi dia di kasih tau maid kalau Xabiru ada di sana.
Saat baru sampai dia bisa melihat wajah masam papinya dan zian yang sedang menahan tawa.
"Nggak-nggak, ayo kita ulang. Pasti ada yang salah." Arthur kalah bermain catur dengan Xabiru. Padahal tadi dia sudah sangat percaya diri akan menang.
"Kalau kalah mah kalah aja, pake nyari alasan lagi." Itu Relci dia mendekat ke samping Xabiru.
"Mana ada alasan, pasti ada yang salah tadi. Kau melihatnya kan Zian?" Zian tang ditanya membuang wajahnya kearah lain. Dia ingin tertawa sekarang, dendamnya terbalas.
Relci terkekeh pelan, "liat? Emang papinya nggak jago."
Wajah Arthur semakin masam, dia mersa di keroyok tiga orang sekaligus, "ya ya terserah." Pasrah Arthur akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Relci (End)
Teen Fiction#FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #MASA REVISI Biasanya di dalam sebuah hubungan, cowo lah yang akan memegang kendalinya. Namun, Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? sifat yang mendominasi, obsesi, dan yang memegang kendali dalam hubungan malah...