Happy reading......
Typo bertebaran......
_________________________________
________________________Sudah hampir sepuluh menit berlalu tapi Relci masih saja terus menangis, bahkan mata dan hidungnya sudah memerah. Xabiru terus menghapus air mata Relci, dia sedikit khawatir Relci tidak berhenti menangis.
"Udah ya nangisnya," xabiru mengecup dahi Relci beberapa kali agar dia sedikit tenang. "Mau dengar aku cerita kan?"
Relci mengangguk anggukkan kepalanya, dia beruha agar berhenti menangis. Xabiru yang melihatnya cukup merasa lucu, Relci yang biasanya bersikap mendominasi sekarang malah jadi kebalikan nya.
Saat di rasa Relci sudah tenang, Xabiru memulai ceritanya,
" Mama udah di obatin dengan segala macam cara waktu di luar negri , tapi takdir memang susah di ubah. Mama pergi waktu aku umur sebelas tahun. Aku, Papa, sama Jay balik ke indonesia eggak lama setelah acara pemakaman Mama," Relci terus mendengarkan xabiru.
"Mulai dari situ sikap Jay sama Papa makin parah ke aku. Aku juga pergi ke taman tempat kita main dulu, tapi ngak pernah ketemu sama kamu. Sampai malam aku di usir, kamu tau? Aku kaget waktu ketemu kamu lagi, tapi pas liat respon kamu ke aku malam itu, aku jadi mikir mungkin kamu udah lupa sama aku, lagian janji itu udah lama, belum lagi itu waktu kita kecil" Xabiru tersenyum lembut ke arah Relci, tangannya juga masih setia mengelus punggug Relci.
Relci menenggelammkan wajahnya di ceruk leher Xabiru. Sekarang dia hanya ingin di manja. Biarkanlah dia seperti ini untuk satu malam.
"Kayaknya kamu ngak terlalu kaget dengernya?"
Ya karna Relci tau semua cerita tentang Gema, ngak ada yang dia engga tau, kecuali Xabiru yang suka sama dia dari dulu dan masih ingat sama janjinya. Dia cuman ngak nyaka aja Biru masih ingat.
"Engga juga, cuma lebih dominan seneng dari pada kaget nya, makanya kayak ngak kaget" Relci menyengir ke arah Xabiru.
Ngak mungkin juga dia bilang kalau selama lima tahun ke belakang dia terus ngawasin Gema kan? Bisa di bilang stres nanti.
Respon Xabiru? Dia ngangguk ngangguk aja.
"Relci"
"Eum?" Dehem Relci
"soal kamu ciuman sama Davian, aku ngak mau liat itu lagi"
'Shit itu lagi'
_________________________________
________________________Di dalam kamar yang bernuansa hitam dan merah, Relci berdiri dengan kepala yang tertunduk di depan Arthur.
"Kau tau kesalahan mu?" Arthur bertanya dengan tegas pada Relci.
Dia tau apa yang ingin dilakukan Relci semalam pada Gema, sebagai seorang ayah pasti tidak mau anak nya sampai melakukan kesalahan yang akan membuatnya menyesal nantinya.
"Iya"
"Kau juga tau hukuman mu bukan?"
"Ya"
"Bagus, jalani hukuman mu itu sampai Papi sendiri yang bilang selesai"
Arthur berjalan keluar meninggalkan Relci yang masih tetap pada posisinya.
Arthur biasanya memang membiarkan Relci melakukan apa yang dia inginkan.
Tapi kali ini Relci sudah melewati batasnya, walaupun dia tidak jadi melakukannya, tetap saja harus diberi sedikit hukuman agar lain kali tidak melakukannya.Saat membuka pintu kamar, Arthur melihat Gema berdiri di depan sana. Sepertinya dia khawatir pada Relci.
"Kau tidak bisa bertemu dengan Relci sampai hukuman nya selesai, lebih baik kau sekarang berangkat ke sekolah."
Setelah mengatakan itu Arthur pergi dari sana. Sepertinya Ini hukuman yang tepat untuk Relci.
'Biru....'
"Itu hukuman untukmu juga karna melupakan janji yang kau buat sendiri Gema"
Gema sudah ingat semua sekarang. Pertemanan, janji, perpisahan, semuanya.
Saat bangun dia ingin meminta maaf pada Relci, tapi Zian melarangnya untuk bertemu dengan nya. Relci harus menjalani hukuman dari Arthur, dia tidak boleh bertemu dengan siapapun dan hanya boleh berada di dalam kamar belajar tentang bisnis.
'Tapi aku mau minta maaf '
"Nanti, tunggulah sebentar lagi"
_________________________________
________________________Di perpustakaan, Gema sangat fokus menulis pada buku note nya, buku yang di gunakan untuk menulis cerita karangannya sendiri. Sebenarnya dia harus menulisnya di laptop, tapi laptopnya ada di mansion pratama, tidak mungkin juga kan dia kembali ke sana cuma mau ngambil laptopnya.
Gema ingin mencari pekerjaan tambahan tapi dia juga tidak mau membuat Relci khawatir seperti terakhir kali. Biarlah dia menulisnya di buku dulu.
"Gema!"
Rian yang datang entah dari mana tiba tiba berteriak di depan wajah Gema sampai guru pengawas di sana menatap tajam ke arah mereka.
Rian cengengesan dan meminta maaf pada guru itu sebelum kembali mematap ke arah Gema.
"Gema ayo ke bawah kita nonton pertandingan" ajak Rian sambil menarik narik tangan Gema.
"Pertandingan apa?" Tanya Gema bingung, apa dia melupakan sesuatu?
Rian memutar bola matanya, gini nih punya temen kudet.
"Pertandingan persahabatan antara sokolah kita sama sekolah Dirgantara, nah hari ini pertandingan basket. Ayo turun nonton, gw males kalo cuman berdua sama Cara"
Dirgantara? Sepertinya Gema tidak asing dengan sekolah itu.
"Iya ayo"
Gema membereskan alat alat tulis dan bukunya sebelum pergi bersama Rian.
Saat sudah sampai di lapangan dimana pertandingan berlansung, Rian dan Gema mencari Cara. Mereka agak kesulitan saat mencari karna banyak nya siswa dari sekolah mereka dan Dirgantara School juga.
Setelah mencari kesana kemari akhirnya mereka bertemu dengan Cara. Wanita itu asik berjalan jalan di stand stand makanan. Tidak, dia tidak membelinya, tapi dia cuma melihat lihat proses pembuatan makanan makanan di sana. Biasa, dia lagi cari resep resep terbaru buat di coba.
Saat Gema dan Rian akan mendekati Cara tiba tiba ada yang menyenggol bahu Gema sampai dia hampir terjatuh kalau saja tangan nya tidak di tahan oleh Rian.
"Lo kalo jalan bisa pake mata engga sih? Kalo temen gw tadi jatoh gimana ha?!"
Orang yang menyenggol bahu Gema tadi tidak peduli dengan ocehan Rian. Dia malah terus melihat ke arah Gema yang melihat ke arahnya juga.
'Jay?'
Jay tersenyum miring ke arah Gema. Matanya menelisik penampilan Gema dari atas sampai bawah.
"Masih hidup lo ternyata?" Ucap Jay masih dengan senyum miringnya.
"Sayang banget padahal gw berharap lo udah mati. Yeah no problem, jadi gw masih punya kesempatan buat bikin hidup lo makin hancur kan?"
Gema tidak menjawab atau membalas perkataan Jay. Kalau dia berurusan dengan jay sekarang, itu pasti akan jadi masalah yang panjang. Dia juga tidak mau menarik perhatian orang orang.
Jay berjalan meninggalkan Gema, tapi sebelum itu dia mebisikan sesuatu pada Gema,
"Tunggulah sebentar lagi" Jay menepuk nepuk bahu Gema beberapa kali sebelum benar benar pergi dari sana.
_________________________________
________________________Akhirnya Gema ketemu sama Jay. Hmm kayaknya bakal masuk ke konflik yang sebenarnya, mungkin juga ... belum?🤔
Ya kita liat kedepannya.
Jangan lupa vote and komen.......
See you........
Jumat, 11 agustus 2023
Ig : @huswarelci._

KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Relci (End)
Ficção Adolescente#FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #MASA REVISI Biasanya di dalam sebuah hubungan, cowo lah yang akan memegang kendalinya. Namun, Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? sifat yang mendominasi, obsesi, dan yang memegang kendali dalam hubungan malah...