Mon mangap ya kalau ada typo.
Kalau bisa juga tolong di tandai🙏Happy reading....
_________________________________
________________________"Tadi.... aku ketemu jay di cafe."
Relci mengerutkan alisnya, "tunggu Jay? Ngapain dia ke sana? Kamu nggak di apa apain kan? Ada yang luka? Sini aku mau periksa." Tanya Relci bertubi tubi sambil membolak balikkan Xabiru ke sana ke mari.
"Aku gapapa." Xabiru menarik pelan tangan Relci yang sedang memutar mutar badannya, "nggak ada yang luka juga. Jay nggak mungkin ngelukain aku." Sambung Xabiru.
Relci menghela nafas lega. Setidaknya Xabiru baik baik saja.
"Terus ngapain juga dia kesana?" Lagi, Xabiru lagi lagi tidak menjawab pertanyaan dari Relci.
"Jawab Biru." Relci sedikit menekan kata katanya.
Xabiru tau Relci tidak suka jika pertanyaannya tidak di jawab. Tapi....
"Dia cuma nongkrong sama temen temennya." Jawab Xabiru setengah benar.
"Just that? Tidak ada yang lain?"tanya Relci tidak percaya. Gimana mau percaya? Ekspresi Xabiru sangat tidak singkron dengan jawabannya. Ada sesuatu yang dia tutupi.
Xabiru mengangguk.
Relci mengehala napasnya lagi. "Terserah diri mu." Relci bangun dari jongkoknya, dia kesal Xabiru tidak menjawab pertanyaannya dengan benar.
"Tunggu." Saat Relci akan pergi, Xabiru menarik tangan Relci. Dan hal itu sukses membuat Relci meringis.
"Aws...." Jahitan yang dia dapat lagi tadi siang masih belum kering, karena itu dia meringis. Lagi? Ya. Itu semua karna tadi siang dia memukul Ardi. Jahitannya jadi robek dan dokter harus memberikan jahitan baru di bahunya.
Xabiru sedikit tersentak mendengar ringisan Relci dan buru buru melepaskan genggamannya.
"M-maaf...." Ucap Xabiru setengah menangis?
"Aku gapapa, cuman ngilu dikit. Jangan nangis." Relci membawa Xabiru dalam pelukannya. Harusnya tadi dia tidak usah meringis sekeras itu. Xabiru sangat sensitif akhir akhir ini.
"Maaf..." ulang Xabiru lagi.
"Aku tadi bilang gapapa kan? Udah ya nangisnya." Xabiru menggeleng, air matanya tidak bisa berhenti. Yang sakit siapa yang nangis siapa.
Cukup lama mereka dalam posisi itu, sampai Xabiru melanggarkan pelukan mereka setelah dia selesai menangis.
"Relci," panggil Xabiru pelan.
"Ya, kenapa hm?"
"Kamu pasti muak ya punya cowo kayak aku? Cuma bisa nyusahin kamu, cengeng, lemah, nggak bisa ngasih kamu apa apa, padahal di sini aku cowo nya. Harusnya aku yang ngelindungin kamu. Tapi apa? Yang ada malah kamu yang ngelindungin aku. Mungkin kata orang nggak guna emang cocok buat aku. Maaf ya aku cuma jadi beban buat kamu." Xabiru mengeleluarkan semua unek unek yang dia pikirkan sejak tadi.
Jujur dia juga muak dengan diriny sendiri. Yang Jay dan teman temannya bilang di cafe itu benar, dia memang tidak berguna.
Relci kembali berjongkok di depan Xabiru, "ini yang kamu lamunin tadi?" Xabiru mengangguk. Relci tersenyum, setidaknya Xabiru mau terbuka padanya.
"Jawaban buat semua pertanyaan kamu tadi cuman satu, enggak. Aku nggak pernah ngerasa muak sama kamu. Kamu nggak lemah, dan siapa yang bilang kamu nggak kasih aku apa apa? Kamu yang buat aku bisa keluar dari depresi karna Mami meninggal dulu, kamu juga yang buat hidup aku lebih bewarna dengan tingkah polos kamu. Aku nggak butuh apa apa dari kamu selain itu. Jadi, berhenti merendahkan dirimu sendiri, kamu jauh lebih beharga dari yang kamu pikirkan Biru. Terutama bagi ku." Ucap Relci tulus. Xabiru yang mendengar itu rasanya kembali ingin menagis.
"Dan soal ngelindungin, aku nggak kasih kamu izin buat ngebahayain diri kamu sendiri apa lagi cuma buat ngelindungin aku. Kalau ada sesuatu yang terjadi sama kamu, aku nggak akan pernah maafin kamu Biru. Biar aku aja yang ambil bagian itu." Sambung Relci lagi dengan serius.
"Tapi-"
"No baby, tidak ada bantahan." Potong Relci dan bangun dari jongkoknya, "Lebih baik kamu ceritain sama aku tadi kamu lagi buat apa." Ucap Relci untuk mengalihkan topik.
Relci melirik ke arah laptop yang ada di atas meja. Laptop hadiah dari papi Arthur, katanya buat bantu sekolah Gema. Dan Sepertinya Xabiru sendang mengetik?
Xabiru pasrah. Jika Relci sudah memutuskan, dia pasti tidak mau medengarkan pendapatnya lagi.
"Aku lagi coba buat novel. Tapi masih bagian awal." Xabiru mengarahkan laptopnya ke Relci.
"Eh, bukannya kamu lebih suka melukis?" Yang Relci tau Gema itu lebih ke melukis timbang menulis.
"Iya, Aku cuma lagi pengen nulis sesuatu."
"Boleh aku baca?" Tanya Relci penasaran.
"Boleh, tapi nggak sekarang. Nanti, kalau novelnya udah jadi. Kamu bakal jadi orang pertama yang baca." Jelas Xabiru dengan senyum lebar.
"Benarkah? Oke. Aku bakal tunggu." Relci mengusak rambut Xabiru gemas. Mata Xabiru juga ikut tersenyum saat dia tersenyum, Lucu.
'Karena hama, masih perlu waktu bagi bunga ku mekar sempurna'
_________________________________
________________________Suasana kelas 3 ips 3 sangat berisik oleh kelakuan random para penghuni kelas. Mulai dari konser dadakan sampai ada yang cosplay kesurupan. Para guru sedang rapat rutin, otomatis seluruh kelas juga ikut dapat jamkos.
Rian dan Relci berjalan masuk ke dalam kelas ips 3. Kelas yang awalnya seperti para penghuni kebun binatang berubah menjadi seperti penghuni kuburan, sunyi.
"Perhatian semua," mulai Rian membuat penghuni kelas kembali duduk di posisi masing masing, "Kami perwakilan dari ekskul voly, ingin merekrut anggota baru. Bagi kalian yang berminat bisa langsung mendaftar ke depan." Jelas Rian.
"Yan, bukanya kelas 3 udah nggak boleh ikut ya?" Tanya salah satu siswa di kelas itu.
"Iya seharusnya gitu, cuma sekolah kita kekurangan anggota. Jadi kelas tiga di izinin ikut buat tahun ini. Nanti kalau udah ujian, jadwal kalian bakal di sesuain lagi." Jawab Rian serinci mungkin.
Sebagai informasi, Rian itu leader tim voly Gold School begitu juga dengan Relci. Sebab itu juga mereka yang harus mencari para anggota baru.
Setelah mendengar penjelasan Rian, beberapa siswa maju untuk mendaftarkan nama mereka. Relci hanya diam di samping Rian dengan mata yang terus mengarah ke meja samping jendela. Di sana, Gema sedang tertidur di lipatan tangannya. Ya Gema, dia berganti dengan Xabiru saat bagun tadi pagi.
Relci berjalan mendekat ke arah meja Gema. Dapat dia lihat, itu bukan posisi yang nyaman untuk tidur. Tangannya terulur mengusap rambut Gema. Hal itu tidak lupat dari pandangan semua penghuni kelas, termasuk Cara yang duduk di belakang sebrang meja Gema.
"Nanti tolong di bangunin kalau udah jam istirahat. Tadi pagi dia cuma makan sedikit." Pinta Relci pada Cara. Dan Cara hanya mengiyakannya dengan anggukan.
Sebelum kembali ke depan Relci sempat mengucapkan makasih pada Cara.
"Baiklah, untuk kalian yang sudah mendaftar, informasi lebih lanjutnya akan di kirim melalui grub Voly sekolah nanti. Kalian bisa melanjutkan kegiatan yang tertunda tadi. Terima kasih atas waktunya, kami permisi." Ucap Relci dan keluar dari kelas itu bersama Rian.
_________________________________
________________________Follow, vote, and komen habis baca ya
See you....
Sabtu, 30 september 2023
Ig : huswarelci
Ttk :huswarelci
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Relci (End)
Teen Fiction#FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #MASA REVISI Biasanya di dalam sebuah hubungan, cowo lah yang akan memegang kendalinya. Namun, Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? sifat yang mendominasi, obsesi, dan yang memegang kendali dalam hubungan malah...