Davian mendudukkan diri di sofa kamarnya. Dia baru saja pulang dari acara pertemuan para klien Daddy nya, padahal itu bukan tugas dia buat hadir. Dia lelah terus berinteraksi dengan para tua bangka rakus dan licik selama berjam jam.Davian mengehela napas berat, pandangan mengedar ke sekeliling kamarnya yang bernuansa gelap. Sunyi, itu lah yang terlintas pertama kali dalam pikirannya.
"Lelah hm?"
Davian sedikit tersentak mendengar bisikan pada telinganya. Dengan gerakan cepat, dia langsung bangun dari duduk dan membalikkan badannya ke arah asal suara tadi.
Saat tau siapa yang bebisik padanya tadi, buru buru Davian ingin keluar dari kamar itu. Tapi langkahnya tiba tiba kaku saat mendengar kalimat ancaman dari orang tadi,
"Satu langkah kau menjauh, maka satu mainan juga untuk dirimu Vian." Nada suaranya sangat berat, sampai membuat bulu kuduk Davian meremang.
'Sial! Kenapa tidak ada yang memberi tau nya kalau dia kembali?' Runtuk Davian dalam hati.
Davian masih tetap pada posisinya. Dia bisa mendengar suara langkah heels yang mendekati ke arahnya. Sebuah tangan hangat meremas leher bagian belakangnya, membuatnya merasa geli.
"S-sella...." Gumam Davian sambil menggerak gerakkan tubuhnya tidak nyaman.
"Hm?" Dehem Estrella yang masih dengan kegitannya yang mengelus leher Davian, bahkan tanganya sudah mulai merangkak ke bagian depan Davian.
Sontak saja Davian langsung menjauhkam dirinya dari Estrella. Dia bisa melihat pandangan dingin Estrella yang mengarah ke dirinya. Davian tau Estrella sedang kesal pada dirinya sekarang karna menolak di sentuh.
"K-kenapa kau ada di sini?" Tanya Davian sedikit takut takut.
Estrella yang mendengar pertanyaan itu semakin mendatarkan ekspresinya, "untuk menghukum anjing kecil ku yang nakal. Kau bersenang senang selama aku menanggung hukuman yang harusnya kau tanggung hm?"
Davian menggeleng, dia melangkahkan kakinya ke belakang saat Estrella kembali mencoba mendekati dirinya.
"Aku sudah bilang bukan, satu langkah kau menjauh, makan satu mainan juga untuk diri mu." Estrella menyeringai melihat wajah Davian memucat.
"Seberapa banyak kau bermain main dengan Relci saat aku tidak ada di sini?" Ucap Estrella sambil mendekat pada Davian.
Sedangkan Davian hanya diam membeku di tempaynya, dia tidak tau harus menjawab apa. Dia takuta Estrella alan menghukumnya.
"Tidak ingin menjawab? Baiklah, lagi pula aku tidak butuh jawaban mu karna aku sudah tau jawabannya. Mari sedikit bermain main dengan ku malam ini Puppy...."
"E-enggak, aku nggak mau!" Tolak Davian dan hendak berlari keluar.
Namun dia kalah cepat, Estrella lebih dulu mencengkram lengannya dan menyeret dirinya ke kasur. Davian berusaha melepas cengkraman pada lengannya, tapi tidak bisa. Tenaga Estrella jauh lebih besar dari dirinya.
Tubuh Davian semakin memumucat saat tangannya di borgol oleh Estrella. Bayang bayang masa lalu saat Estrella menguhukum dirinya kembali berputar di kepalanya.
Mata Davian membola melihat Estrella yang sudah memegang sebuah cambuk,
"N-no!" Teriak Davian.Estrella tidak peduli dengan teriakan Davian, dia malah semakin suka saat melihat keadaan Davian yang semakin kacau.
"Anak nakal harus di hukum, let's play puppy...."
_________________________________
________________________"Baba...." panggil Arel sambil berlari ke arah Gema yang baru saja turun dari tangga bersama Relci di belakangnya.
"Hati hati nanti jatuh" peringan Gema dan membawa Arel ke gendongannya.
"Hihi maaf," Arel menyengir ke arah Gema, "tapi Baba mau kemana? Kok rapu banget?" Arel bertanya seperti itu karna memang Gema sedang memakai seragam kerjanya. Malam ini giliran shift dia, sebenarnya dia hampir terlambat sekarang.
"Baba mau pergi kerja."
Arel memiringkan sedikit kepalanya, "kerja? Tapi Arel udah buat salad buah tadi sama Uncle buat Baba, buat Mommy juga." Ucap Arel sedikit kecewa. Padahal dia ingin memakan salad itu bersama Babanya.
Gema jadi merasa bersalah pada Arel sekarang, "maaf ya Baba nggak bisa makan bareng Arel."
"Bawa saja salad itu ke tempat kerja mu. Kamu juga belum makan malam." Saran Relci yang hanya menyimak pembicaraan anak dan bapak ini dari tadi.
"Benar juga, Baba bawa ke tempat kerja aja gimana?"
Arel mengangguk, setidaknya salad buatan Arel di makan sama Baba, pikir Arel.
Tak lama kemudian, Zian datang dengan membawa salad buah di tangannya. Salad yang akan di bawa Gema. Zian menyerahkan salad itu dan di terima dengan baik oleh Gema.
"Baba pergi dulu." Gema mengecup dahi Arel sekilas dan memberikan Arel pada Zian.
"Jangan terlalu keras bekerja nanti." Peringat Relci pada Gema.
"Iya." Jawab Gema sambil tersenyum
••••
Gema berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya dengan bingung. Dia bingung harus melakukan apa untuk menutupi bekas di lehernya. Tadi saat di mansion, dia menggunakan turtleneck, jadi tanda di lehernya tidak nampak. Tapi di tempat kerjanya tidak di bolehkan untuk memakai turtleneck.
"Gema? Udah siap?" Tanya Dion yang menyembulkan kepala di pintu ruang ganti karyawan.
Gema tidak menjawabnya, dia terlalu fokus memerhatikan dirinya di cermin. Dion yang merasa tidak di perhatikan, memutuskan untuk mendekati Gema. Dia menepuk pelan pundak Gema.
"Kak Dion?" Gema sedikit kaget saat Dion menepuk pundaknya.
"Ngapain? Udah banyak pelanggan tu di luar."
"cuma-"
"Itu leher kamu kenapa?" Dion ingin mencoba menyentuh leher Gema, tapi Gema lebih dulu menutup leher dengan tangan.
"E-enggak, itu cuma digigit nyamuk." Alibi Gema.
Dion mengerutkan alisnya, dia tidak percaya kalu itu bekas digigit nyamuk. Ya iyalah nggak percaya, digigit nyamuk apaan sampek bekasnya segede itu? Nyamuk alaska? Mana banyak lagi bekasnya.
"Jangan bohong kamu. Tapi kayaknya itu bekas...." Dion menggantungkan kalimatnya. Di lupa pernah melihat bekas yang seperti itu dimana.
"Oh.... itu tanda cupang kan?!' Heboh Dion membuat Gema keringat dingin. "Wahh kakak kira kamu polos tapihmm-" Gema menutup mulut Dion dengan tangannya.
"Ihh iya iya itu bekas cupang, tapi jangan berisik juga, nanti di denger orang." Ucap Gema dengan nada sedikit kesal.
"Ckck, ternyata adik manis ini udah besar ya." Dion terus menggoda Gema. Sedangkan wajah Gema susah memerah melebihi tomat sekarang. Dia malu, apalagi saat mengingat kejadian tadi sore.
"Udah ah, nanti pelanggannya keburu pergi. Ayo siap siap kerja." Gema hendak keluar dari ruang ganti, tapi tangannya di tahan oleh Dion.
"Pake aja turtlenecknya, biar aku yang minta izin ke manajer nanti."
"Serius?" Tanya Gema berbinar.
"Iya.... dah sana pake trus. Aku mau urus pelanggan dulu." Ucap Dion dan keluar dari ruangan itu.
Setelahnya Gema buru-buru menggunakan turtleneck dan keluar dari ruangan itu untuk membantu Dion mengurus pesanan pelanggan. Ada banyak pelanggan yang datang, membuat Gema sangat sibuk. Dia tidak menyadari kalau ada yang sedang memperhatikan gerak geriknya sejak tadi.
_________________________________
________________________Vote, komen, follow.
Jumat, 3 November 2023
Ig : huswarelci
Ttk : huswarelci
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Relci (End)
Novela Juvenil#FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #MASA REVISI Biasanya di dalam sebuah hubungan, cowo lah yang akan memegang kendalinya. Namun, Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? sifat yang mendominasi, obsesi, dan yang memegang kendali dalam hubungan malah...