40. Menangislah

7K 444 5
                                    


"Nggak mau tiduran di kasur aja?" Tanya Gema pada Arel setelah mendudukan dirinya di kasur.

Arel memang sudah bangun saat mereka berada di dalam lift tadi. Tapi sepertinya dia tidak berniat untuk beranjak dari gendongan Gema. Dia juga hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar pertanyaan Gema.

"Kakak boleh tanya sesuatu?" Tanya Gema lagi.

Gema kembali melanjutkan perkataannya setelah merasakan anggukan Arel di bahunya, "kenapa Arel nggak mau nangis?"

Arel terdiam cukup lama sebelum menjawab, "Karna... karna Arel udah janji sama ibu buat jadi anak kuat. Kalau Arel nangis, berarti Arel nggak kuat. Arel nggak mau ingkar janji ke ibu."

Hati Gema sedikit terenyuh mendengar jawaban Arel, "menangis bukan bearti kamu lemah Arel. Menangis itu tanda kalau kamu masih punya perasaan. Engga semua orang sanggup merasakan apa yang kamu rasakan. Jadi kamu berhak menangis. Menangislah sepuasmu dan setelahnya, kamu bisa kembali seperti semula."

Bibir Arel mulai melengkung ke bawah, "jadi Arel boleh nangis?" Tanya-nya dengan mata berkaca kaca.

"Boleh, Arel boleh nangis selama yang Arel mau." Jawab Gema dengan senyuman tulus.

Mendengar hal itu membuat tangisan Arel yang di tahan sejak tadi pecah sejadi jadinya. Dia menangis sampai sesegukan di dalam pelukan Gema.

"Ka-kakak... i-ibu udah nggak ada..." ucap Arel sesegukan di sela sela tangisannya. "Arel c-cuma sendirian sekarang."

"Nggak sayang, kamu nggak sendiri. Ada kakak sama kak Relci juga. Kamu nggak akan sendirian." Gema mengelus elus punggung sempit Arel dengan sayang.

Gema mendongakkan kepalanya ke atas, menahan dirinya untuk tidak ikut menangis juga. Rasanya sakit melihat keadaan Arel sekarang.

Arel menangis cukup lama sampai dadanya mukin sesak sekarang. Perlahan, Arel mulai berhenti menangis. Sekarang Gema mengelus dada Arel yang naik turun untuk membantunya bernafas dengan baik kembali.

Tapi sepertinya keadaan Arel masih sama seperti sebelum menangis. Dia kembali membenamkan wajahnya di bahu Gema dengan sesegukannya yang masih tersisa.

Mereka berdua terdiam beberapa saat sampai perkataan Arel kembali membuat hati Gema tersentil, "ibu pasti udah nggak ngerasa sakit lagi di sana."

"Iya, Ibu Arel udah nggak ngerasa sakit lagi. Dia udah bahagia di sana. Jadi... Arel juga harus bahagia di sini, biar ibu Arel lebih bahagia lagi di atas sana, hm?"

Senyuman kecil terbit di bibir Arel, "eung, Arel sekarang seneng punya keluarga baru."

"Kakak juga seneng mansion ini jadi lebih rame sekarang karna ada kamu." Ucap Gema sedikit terkekeh. Mansion ini pasti akan menjadi lebih hidup dengan adanya Arel.

"Bukan kakak Gema, tapi Baba. Arel akan segera menjadi anak mu, dan tentu saja anak ku juga." Ucap Relci santai yang sedang bersandar di pintu. Gema dan Arel tidak sadar Relci berdiri di sana sejak tadi dan memerhatikan interaksi mereka.

"Anak?" Bingung Gema.

"Ya kau tidak salah mendengarnya. Aku akan menjadi Mommy Arel dan kau Sleepy Boy, akan menjadi Babanya." Jelas Relci, mendekat ke tempat Arel dan Gema.

Gema mengerutkan keningnya.Oke, Gema tidak masalah jika dia akan punya anak sekarang, tapi kenapa panggilannya Baba?

"Karna panggilan Daddy lebih cocok untuk orang yang badannya tinggi, bukan orang gemoy kayak kamu." Ucap Relci seolah olah bisa membaca apa yang Gema pikirkan.

"Aku nggak pendek, kamu aja yang ketinggian." Bantah Gema yang tidak terima di bilang gemoy lagi sama Relci.

"Aku nggak bilang kamu pendek tuh." Alibi Relci sambil memalingkan wajahnya ke arah lain untuk menghindari tatapan maut dari Gema.

Perlahan, Relci mulai mendekati Gema dan meberi sebuah kecupan di pipinya, "iya... kamu nggak gemoy, nggak pendek juga. Nggak usah melotot melotot gitu matanya, nanti kalau copot gimana?" Cengir Relci.

Relci mengambil alih Arel yang masih berada di pangkuan Gema dan membawa ke dalam gendongannya, "Arel mau kan jadi anggota keluarga ini?"

"Keluarga?" Tanya Arel yang masih belum mengerti.

"Iya. Kakak akan jadi Mommy kamu, dan kak Gema akan jadi Baba kamu. Mau kan?" Tanya Relci lagi.

Sebelum Arel sempat menjawab, Relci lebih dulu memotongnya. "Yap Arel mau. Sekarang kamu sah jadi anggota keluarga Mahardika." Cerocos Relci yang membuat Gema geleng geleng kepala. Akhir akhir ini, Sifat tengil Relci sepertinya sering keluar.

"Zarel Altair Mahardika. Ingat namamu itu baik baik Arel." Ucap Relci penuh penekanan.

_________________________________
________________________

"Ini Kakek mu, dan yang ini, Uncle mu." Tunjuk Relci pada Arthur dan Zian secara bergantian.

Mereka akan melakukan makan malam. Tapi sepertinya bi Asih agak sedikit terlambat memasaknya malam ini. Jadi Relci membuka sesi perkenalan sambil menunggu makanan jadi.

"Ayo di sapa." Kata Relci pada Arel yang ada di pangkuannya.

"Ha-hallo Kakek, hallo Uncle." Sapa Arel pelan. Dia merasa sedikit takut dengan perawakan Arthur dan Zian yang memiliki wajah tegas.

"Hallo little Boy. Selamat datang di keluarga ini ya." Balas Arthur pertama. Dia juga tersenyum ke arah Arel agar cucunya tidak merasa takut padanya.

Ngomong ngomong, dia merasa jadi tua sekarang karna akan memiliki seorang cucu. Padahal umurnya masih tiga puluh lima tahun, tapi udah punya cucu aja.

"Hallo Tuan Muda Kecil." Balas Zian juga.

Tuan Muda Kecil? Arel tidak mengerti kenapa dia di panggil seperti itu. Arel mendongak ke Atas untuk melihat Relci.

"Uncle mu memang begitu, biarkan saja." Ucap Relci yang sudah tau apa yang akan di tanyakan Arel.

Relci dan Zian saling berkontak mata untuk beberapa detik. Tidak lama sampai Zian memutuskannya. Relci menghela napasnya. Rasanya dia lelah dengan masalah ini.

Kejadian singkat tadi tidak luput dari perhatian Gema. Ada sesuatu, dia merasa ada sesuatu yang salah antara Relci dan Zian.

"Maaf kami sedikit terlambat selesai memasaknya." Ucap bi Asih yang datang dengan para maid yang lain.

Mereka mulai menghidangkan makanan yang di bawa ke atas meja dengan rapi.

"Gapapa, kami juga sedang melakukan sesi perkenalan tadi." Ujar Arthur sedikit terkekeh.

Setelah selesai menghidangkan makanan para maid mulai beranjak pergi dari sana.

"Selamat makan semuanya, dan selamat datang di mansion ini Tuan Muda Arel," Ucap bi Asih sambil tersenyum ramah.

"Makasih bibi." Balas Arel.

"Sama sama, saya permisi dulu." Dan bi Asih ikut pergi dari sana menyusul para maid lainnya.

"Baiklah, mari mulai makan semuanya." Ucap Arthur.

Seperti biasa, Relci menyendok kan nasi dan lauk untuk Gema terlebih dulu, baru setelah itu untuk dirinya. Kalau Gema yang mengambilnya sendiri, dia hanya akan mengambil nasi tiga sendok makan saja.

"Arel Mommy suapin aja ya?" Tanya Relci.

Dan di balas anggukkan oleh Arel, "iya."

Kalau Arel makan sendiri, sepertinya dia harus duduk di atas meja. Karna jarak antara meja dan kursi cukup tinggi. Arel pasti tidak bisa meraih makanannya. Jangankan makan, mungkin dia cuma bisa melihat kaki kaki orang di bawah sana. Apa Relci harus membeli kursi khusus untuk Arel?

_________________________________
________________________

Maaf telat banget aku up nya hari ini. Ngomong" kalian lebih suka konflik ringan atau berat?

Jangan lupa vote, komen, and follow

Bye.....

Minggu, 29 oktober 2023
Ig : huswarelci
Ttk : huswarelci






Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang