19. Rumah sakit

9.7K 603 10
                                    

Happy reading

Typo bertebaran....

_________________________________
________________________

kalau ... Tuan Muda dibawa ke rumah sakit Nona," Zian semakin gelisah saat merasakan aura mengintimidasi dari Relci.

Relci mengepalkan tangannya, pikirannya sudah kemana mana sekarang. "dimana?"

"Maaf?" Tanya Zian antara gelisah atau memang tidak mengerti maksud dari pertanyaan Relci.

"Rumah sakit mana?" Tanya ulang Relci.

"Rumah sakit M'ka Nona."

Tanpa mengatakan apapun lagi, Relci lansung bangun dari dari duduknya meraih jaket dan handphone nya.

Pikirannya benar benar kacau, Dia khawatir dengan kondisi Gema. Sekarang dia bersumpah tidak akan membiarkan Gema lepas dari pandangannya lagi.

Relci turun dari tangga dengan terburu buru sampai tidak menyadari kalau Arthur memperhatikkannya sejak dia keluar dari kamar.

Arthur kembali melihat Zian keluar dari kamar. Sama seperti Relci, dia juga sepertinya sedang terburu buru menuju ke suatu tempat. Apa ada sesuatu yang terjadi?

"Zian," Panggil Arthur.

Zian mendekat ke arah Arthur saat merasa namanya dipanggil. "Ya Tuan?"

"Apa ada sesuatu yang terjadi? Kenapa Relci pergi dengan terburu buru tadi?"

"Nona terburu buru ke Rumah sakit karna Tuan Muda di bawa kesana Tuan," jelas Zian.

Arthur tentu saja kaget, sekarang dia tidak heran kenapa Relci bisa sampai begitu.

"Baiklah, kau ikuti Relci ke Rs, kabari saya kalau kamu sudah tau kondisi Gema nanti."

"Baik Tuan," setelahnya Zian pergi mengambil mobil nya untuk mengikuti Relci.

Sedangkan Relci sudah pergi dengan motornya sejak tadi. Dia mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata rata, dia juga tidak peduli dengan teriakan teriakan pengendara yang lain. Bagaimana pun juga ini masih siang hari, ada banyak orang yang berkendara sekarang.

Saat sudah sampai di rumah sakit Relci langsung menuju ke resepsionis untuk menanyakan dimana kamar Gema di rawat. Dia sedikit menyesal tidak bertanya pada Zian terlebih dahulu tadi.

Setelah mengetahui dimana ruangan Gema, Relci langsung menuju kesana. Di luar ruangan dia bisa mendengar beberapa suara orang, sepertinya Gema tidak sendirian.

Relci mengetuk terlebih dahulu sebelum membuka pintu, hanya untuk kesopanan karna Gema tidak sendiri. Saat Relci membuka pintu semua orang yang berada di ruangan itu menoleh ke arah Relci.

"Relci?" Gumam Gema.

Relci berjalan mendekat ke brankar Gema, aura yang di keluarkannya sekarang cukup membuat orang orang yang berada di sana untuk meneguk ludah mereka sendiri.

Rian yang duduk di kursi sebelah brankar bangun untuk memberi ruang pada pasangan kekasih itu. Dia juga merasa tidak nyaman dengan aura yang yang di keluarkan Relci sekarang.

"You oke?" Tanya Relci. Tangannya terangkat mengelus rambut Gema.

Gema tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Gema meraih tangan Relci yang berada di kepalanya untuk di genggam. Tangannya juga menuntun agar Relci duduk di tempat Rian tadi.

Dia tau sekarang Relci bukan marah, tapi dia merasa khawatir. Itu sangat jelas terlihat pada wajahnya.

"Jangan gini lagi, kamu tau gimana kagetnya aku pas tau kamu masuk rumah sakit?"

Lihatlah ekspresi yang buat Relci, dia seperti puppy sekarang. Aura gelap yang dia keluarkan tadi hilang entah kemana. Gema sedikit terkekeh melihat hal itu.

"Maaf ya? Lain kali aku bakal lebih hati hati." Gema merasa sedikit bersalah sekarang, lagi lagi dia membuat Relci khwatir pada dirinya.

Relci meletakkan kepalanya di paha Gema. Gema sendiri tidak keberatan dengan itu, tampak tangannya yang langsung mengusap usap rambut Relci dengan tangannya yang tidak di infus agar dia merasa lebih nyaman.

"Gerah ye liat pasangan yang ngebucin sampek lupa sama dunia. Ngak nampak kali ya kita di sini?" Celetuk Varo.

"Ho'oh. Kan gw juga pengen di elus elus gitu juga. Ra, elus gw juga dong." Rian menaik turunkan alis nya ke arah Cara dengan senyuman yang kalau orang liat rasanya pengen di geplak.

"Emang gw siapa elu ha? Ogah gw elus elus rambut lo. Keramas aja pasti setahun sekali." Cara menggeplak bahu Rian setelah mengatakan itu.

Sedangkan si empunya bahu mengaduh kesakitan sambil mengusap bagian bahu nya yang di geplak tadi. Cara yang melihat itu memutar bola matanya malas. Alay, padahal dia tidak memukulnya dengan keras.

Bintang, candy, dan Racel yang hanya diam memperhatikan sejak tadi, terkekeh melihat tingkah tiga orang di depan mereka itu.

Pintu ruangan itu kembali terbuka, membuat bacotan bacotan Rian dan Cara berhenti untuk melihat siapa yang datang. Yang lain juga ikut memperhatikan ke arah pintu kecuali Relci yang masih menyembunyikan kepalanya di perut Gema. Dia sudah bisa   menebak siapa yang datang.

Zian berjalan masuk mendekat ke arah Relci. Teman teman Relci tentu mengenal siapa Zian, jadi mereka hanya biasa saja saat melihatnya. Tapi tidak dengan Rian dan Cara, mereka cukup asing melihat pria berbadan tinggi itu. Ganteng sih tapi serem juga.

"Permisi Nona. saya sudah mendapatkan informasi dari dokter, kalau Tuan Muda sudah bisa pulang jika infusnya sudah habis" lapor Zian.

Relci memang tidak menyuruhnya untuk bertanya pada dokter, tapi dia juga tau kalau Relci pasti akan membutuhkannya tanpa harus berbicara pada dirinya terlebih dahulu.

"Hmm. Kau sudah mengurus semuanya?" Tanya Relci sambil sedikit mengangkat kepalanya agar bisa melihat ke arah Zian.

"Sudah Nona. Saya sudah mengurus berkas berkas dan pembayarannya. mobil juga sudah di siapkan."

Kenapa harus tetap bayar padahal itu rumah sakit milik keluarga Mahardika? Karna Gema belum termasuk ke dalam keluarga Mahardika. Jadi pembayarannya tetap harus di lakukan.

"Ya bagus," Relci kembali menenggelamkan kepalanya pada perut Gema. Nyaman itulah yang dia rasakan.

Zian berjalan menuju sofa dimana teman Relci dan Gema duduk. Dia duduk di sebelah Bintang yang memang hubungan mereka cukup dekat, atau memang disana lah tempat duduk yang tersisa.

Tidak lama seorang suster masuk untuk melepaskan infus pada tangan Gema. Setelah infusnya di lepas baru suster itu memperbolehkan Gema untuk pulang sesuai dengan yang dokter perintahkan.

Mereka yang berada di dalam ruangan itu keluar bersamaan, begitu juga dengan Gema yang berada di dalam gendongan koala Relci.

Orang orang yang berada di lorong lorong atau lobby merasa aneh melihat pemandangan itu. Bagaimana bisa seorang wanita mengendong seorang pria? Ya walaupun badan pria itu sedikit lebih kecil, tapi tetap saja aneh kan?

"Kita duluan ya ci," pamit Rian.

Dia akan pulang bersama Cara, karna tadi mereka pergi berdua ke rumah sakit.

"Kami juga pamit ya. Jangan terlalu keras juga nanti pada Zian hm?" Bintang mengatakan itu karna merasa kasian pada Zian yang selalu menjadi pelampiasan amarahnya Relci. Ya walaupun itu salah Zian sendiri yang lengah, tapi tidak salah juga kan dia sedikit membantunya?

"Iya" Relci tidak mungkin membantah ucapan Bintang. Jadi mungkin dia akan sedikit lembut pada Zian kali ini.

Setelahnya mereka semua berpisah menuju tujuan masing masing. Relci dan Gema pulang dengan Zian sopirnya.






_________________________________
________________________

Jangan lupa vote and komen

See you....






Sabtu, 26 agustus 2023
Ig    : huswarelci._
Ttk : huswarelci













Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang