37. Awal Trauma Gema

7.3K 428 5
                                    

"Jay dimana?" Tanya Daniel pada Girya saat dia baru saja memasuki mansion.

"Selamat datang Tuan. Tuan Muda Jay ada di Taman samping Mansion." Jawab Girya dengan sopan.

Setelah mengucapkan terimakasih pada Girya, Daniel melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Jay berada. Dia cukup heran karna hari ini Jay berada di mansion, biasanya anak itu akan berkeliaran dan tidak ingat untuk pulang.

"Papa baru aja ketemu sama Gema." Ucap Daniel dan duduk di kursi dimana Jay sedang melamun entah memikirkan apa.

Jay menoleh ke arah Daniel, "ngapain? Mau bawa pulang dia ke sini lagi?"

Daniel memggeleng, "papa maunya gitu. Tapi sekarang mungkin Gema nggak akan bisa balik ke sini lagi."

Jay kembali melihat pemandangan taman di depannya, "baguslah." Responnya santai.

"Baguslah?" Tanya Daniel, menaikkan sebelah alisnya.

"Ya. Bagus kalau dia nggak balik ke sini lagi, seluruh keluarga ini sakit terutama kakek tua reyor itu."

Daniel terkekeh mendengar jawaban Jay. Ya memang benar, seluruh keluarga ini memang sakit.

"Hmm kau benar." Daniel juga ikut melihat pemandangan taman di depannya. Taman bungan milik istrinya dulu yang masih terawat hingga sekarang.

Sedetik kemudian Daniel melemparkan tatapan tajam ke arah Jay. Jay yang melihat perubahan ekspresi dari papanya itu mengerutkan alisnya.

"What?" Tanya Jay.

"Kau ke cafe Gema kerja beberapa hari yang lalu dan membuat masalah bukan?" Tunding Daniel tepat sasaran.

"Aku hanya sedikit bersenang senang."

"Menghina orang kau bikang bersenang senang?" Tanya Daniel Heran.

"Ayo lah pa.... jangan menjadi orang munafik. Papa juga sering ngehina dia kan?"

Daniel bungkam. Benar apa yang Jay katakan, dia juga sering menghina Gema sampai mungkin mentalnya jatuh.

"See? Keluarga ini memang sakit." Setelah mengatakan itu, Jay bangun dari duduk dan pergi dari sana. Sudah cukup percakapan hari ini.

Sepuluh tahun yang lalu....

"Harsa, bisa tolong bantu Gema buatin kopi buat Papa?" Pinta Gema dengan sopan.

Melihat kegemasan di depannya ini, tentu saja Harsa tidak bisa menolaknya. "Tentu Tuan Muda, mari ikut saya ke dapur."

Harsa menggandeng tangan Gema menuju dapur. Saat Harsa membuat kopi, Gema terua memperhatikannya dengan mata berbinar.

Tadi Gema tidak sengaja melihat Daniel yang sepertinya sangat sibuk dengan pekerjaan saat melewati ruang kerja milik Daniel di mansion ini. Gema berinisiatif mencari Harsa untuk membuat kopi yang akan dia berikan ke papanya nanti.

"Mari saya bantu antar ke ruangan Tuan Daniel."

Gema menggeleng, "biar Gema sendiri aja yang antar, Gema bisa kok," ucap Gema percaya diri.

Awalnya Harsa Ragu untuk memberikan kopi itu pada Gema, namun saat melihat wajah lugu yang berusaha meyakinkannya dirinya, dia jadi luluh. Harsa memberikan nampan kopi tadi pada Gema dengan hati hati.

"Hati hati nanti jalannya oke?" Pesan Harsa.

Gema mengangguk sekali dan berjalan menuju ruang kerja Daniel dengan perlahan, takut kalau kopinya akan tumpah.

Sebelum masuk ke ruangan Daniel, Gema meminta izin terlebih dahulu pada orang di dalam.

"Masuk aja." Setelah mendengar itu, Gema kembali berjalan mendekat ke meja dimana Daniel sedang sibuk dengan berkas berkas dan tangan yang tidak berhenti mengetik di laptopnya.

Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang