14. Ego

10.7K 768 27
                                    

Relci terus menghisap dan mengeluarkan asap dari mulutnya. Semua asap asap itu mengepul di sekitarnya. Saat ini dia berada taman belakang mansion padahal sudah hampir tengah malam.

Dia jarang merokok hanya sesekali kalau dia ingin. Tapi kali ini dia benar benar butuh sesuatu untuk menenangkan otaknya yang hampir pecah.

Sudah dua hari tapi dia belum berbaikan dengan Xabiru. Dia sudah mencoba untuk berbaikan tapi Xabiru bahkan nggak mau ngomong sama dia satu kata pun.

"Sialan lo ngapain sih"

Relci marah karna Zian tiba tiba mengambil rokok yang sedang di hisapnya.

"Balikin" Zian tetap diam ditempatnya.

"Terserah" Relci kembali ingin menghidupkan rokok yang lain, tapi Zian kembali mengambil Rokoknya, kali ini dia mengambil semuanya.

"Sudah cukup untuk hari ini Nona anda harus istirahat"

"Istirahat? Kepala gw hampir pecah sekarang dan lo berharap gw bisa tidur?"

Zian jarang mendengar nada bicara Relci yang seperti sekarang kepadanya, sepertinya Gema dan Xabiru sangat berpengaruh dalam hidup Relci. Ya dia sudah memendam perasaan selama bertahun tahun jadi dia bisa mengerti.

"Oke gw istirahat" Relci mengatakan itu saat tidak ada jawaban dari Zian.

Dia bangaun dan berjalan kekamarnya. Sudah dua malam dia tidur di kamarnya dan sekarang sepertinya akan jadi malam ke tiga.

Saat di kamarnya dia lansung menjatuhkan diri ke kasur dia bahkan tidak mengganti pakainnya.

"Apa ku kurung saja dia?"

_________________________________
________________________

"Bagaimana?" Tanya Arthur saat melihat Zian masuk ke ruang kerjanya.

Arthur tau Relci dan Gema sedang ada masalah hanya saja dia tidak tau masalah apa yang terjadi di antara mereka. Dia juga tidak berniat untuk ikut campur, biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Masih sama"

"Hahh... apa sesulit itu masalah mereka? Seperti Gema agak sedikit terlalu keras pada Relci" Arthur benar benar tidak mengerti, kenapa mereka sangat lama untuk berbaikan.

"Saya rasa masalahnya tidak sebesar itu, hanya butuh lebih terbuka satu sama lain saja. Ego mereka terlalu besar"

"Ya tidak heran, mereka masih belum cukup dewasa"

Zian menganggukkan kepalanya setuju. Tapi dia sedikit khawatir pada Xabiru, bagaimana jika Relci benar benar nekat?

_________________________________
________________________

Relci masuk ke kamar Gema tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Xabiru atau Gema memang tidak pernah mengunci pintu mereka, dan yang tau pin pintu kamarnya hanya dia dan Relci.

Relci berhenti di samping kasur dimana Xabiru tidur membelakanginya. Di tangan relci sudah ada sebuah borgol dan rantai kaki. Jika kalian bilang dia gila, Relci mungkin benar benar sudah gila sekarang.

Rasa takut kehilangan benar benar membuatnya gila. Dia tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya. Bunga yang sudah dia jaga selama bertahun tahun harus tetap menjadi miliknya.

"Aku tau kau terobsesi pada Gema tapi aku tidak menyangka kau akan melakukan ini" Xabiru tiba tiba berbalik menghadap Relci.

Relci tentu saja kaget, sejak kapan dia bangun?

"Kau ingin merantai ku? Lakukan lah jika itu membuat mu puas" Xabiru bangun dan berdiri di hadapan Relci.

Relci melihat kebawah, dia benar benar ingin merantai kaki Xabiru sekarang tapi kenapa dia tidak melakukannya?

"Jangan hanya melihatnya lakukanlah" ucap Xabiru lagi.

Relci tidak bisa, dia menjatuhkan rantai dan borgol yang dia pegang sejak tadi.

"Tidak bisa? Ya... ternyata kau lebih lemah dari yang ku kira" Xabiru kembali duduk dengan bersandar di dashboard kasur.

Sedangkan Relci masih menunduk dia tidak bergerak sama sekali. Sepertinya yang dikatakan Gema benar dia terlalu keras pada Relci.

"Kemarilah" Xabiru menepu nepuk tempat di sampingnya.

Relci menurut dan duduk di samping Xabiru.

"Kau tau Relci? Aku yang menyuruh Gema untuk mengikuti kata hatinya saat kau memintanya untuk menjadi milikmu"

Relci menoleh ke arah Xabiru. Apa itu bearti...

"Ya itu bearti Gema memang sudah memiliki perasaan pada mu" ucap seolah tau apa yang di pikirkan Relci.

"itu memang salah kami juga karna tidak pernah mengatakannya dengan jelas. Aku berpikir kau akan mengerti sendiri dengan sikap yang kami tunjukkan, tapi sepertinya kau tidak mengerti, maaf untuk itu"

Relci menggeleng, Tidak kenapa Biru yang harus meminta maaf kepadanya, ini salah dia sendiri karna tidak peka.

"Ngak ini bukan salahmu ini memang salah ku karna ngak peka" Relci kembali menundukkan kepalanya. Dia tidak berani untuk kontak mata dengan Xabiru lama lama sekarang.

Xabiru sedikit tersenyum melihat Relci, lihat dimana Relci yang biasanya tangguh dan mendominasi? Dia seperti bayi kucing sekarang.

"Baiklah kita berdua yang salah" final Xabiru.

"Udah ngak marah lagi?" Tanya Relci hati hati.

"Ngak sini tiduran"

Relci buru buru ikut rebahan dia benar benar rindu di peluk sama Birunya. Alay padahal baru dua hari mereka ngak pelukan, biarin lah suka suka Relci.

"Masih mau di rantai? Aku ngak keberatan kalau kamu masih mau"

"Engak.." ucap Relci pelan.

Xabiru mengecup hidung Relci sekilas sebelum memeluknya.

"Sejak kapan?"

"Apanya?" Xabiru mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Sejak kapan kamu suka sama aku?" Jelas Relci

Ya sepertinya biru harus sedikit bernostalgia.

"Mungkin... delapan tahun yang lalu?"

"Delapan tahun yang lalu?" Kaget Relci dia bahkan sudah duduk kembali.

"Gema mungkin ngak ingat, tapi aku masih ingat waktu kita dulu masih umur sembilan tahun"

"Jadi kamu masih ingat selama ini?"

"Iya"

Relci ngak tau harus ngomong apa sekarang, tapi yang jelas dia benar benar senang. Dia pikir cuma dia yang ingat tentang mereka.

Relci menangis, ternyata bukan cuma dia yang berjuang buat nepatin janji mereka.

"Maaf aku ngak pernah cerita" Xabiru mengahapus air mata di pipi Relci dengan tangannya.

"Jahat tau ngak? Aku pikir kamu bener bener lupa" Relci menangis semakin kecang.

Peduli setan dengan harga dirinya dia hanya ingin menangis sekarang.

"Au jangan nangis, aku ngak bermaksud buat nutupin, cuma waktu kita pertama kali ketemu lagi aku ngak tau kamu masih ingat atau ngak. Aku cuma nyari waktu yang tepat buat cerita ke kamu"

Xabiru menggenggam tangan Relci dan tangan satunya lagi mencoba untuk menghapus air mata Relci. Sepertinya dia tidak akan mudah untuk berhenti menangis.





_________________________________
________________________

Judul nya aku ganti dari Way of Life ke Gema Relci.

soalnya yang kemaren aku ngerasa judulnya alay.

Sekarang gimana sama ceritanya? Semoga kalian ngak bosan ya sama alurnya.

Jangan lupa vote and komen

See you.........



Minggu, 30 juli 2023

Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang