27. Play with me

9.8K 487 0
                                    

Hallo all, up bab baru lagi nih. Btw nih ya,

Kalian sadar nggak sih part sebelumnya ada yang salah? Klo nggak, bagus deh. soalnya udah aku revisi ulang hehe

Selamat membaca.....

Happy reading.....

_________________________________
________________________

Untuk hari ini Relci tidak ke sekolah dulu dengan alasan, bahunya sakit. Nggak sakit sih sebenarnya, hanya ada sesuatu yang harus dia urus hari ini. Sakit cuma alasan untuk dia tidak sekolah di depan Xabiru.

Sejak pagi tadi Xabiru terus meminta agar dirinya tidak ke sekolah juga, dia ingin merawat Relci di mansion. Tapi Relci menolaknya mentah mentah dan tetap menyuruhnya untuk ke sekolah.

Kalau tidak bagaimana dia bisa mengurus urusannya nanti? Xabiru pasti akan terus menempel padanya. Tidak, bukan karna Relci tidak suka Xabiru menempel padanya, hanya saja masalah ini biar Relci saja yang mengurusnya.

"Aku nggak usah sekolah ya?" Xabiru masih terus meminta hal yang sama pada Relci.

Padahal dia mau berangkat, seragam sekolahnya juga sudah melekat di tubuhnya.

Relci tidak mendengarkannya, dia membuka pintu mobil bagian belakang agar Xabiru masuk. Xabiru akan di antar sopir keluarga Mahardika karna Zian akan ikut bersama Relci.

"Masuk baby," ucap Relci datar.

Xabiru masuk ke dalam mobil dengan ogah ogahan, kenapa Relci tidak mau menuruti permintaannya kali ini? Apa karna semalam? Xabiru menundukkan kepalanya setelah memikirkan hal itu.

Relci menyadari perubahan ekspresi Xabiru, tapi mau bagaimana? Untuk kali ini saja dia tidak bisa menuruti permintaan Xabiru.

Relci sedikit mencondongkan dirinya ke depan agar bisa berbicara dengan Xabiru yang sudah berada di dalam mobil, "Hey, jangan sedih hm? Kita masih punya waktu pas kamu pulang sekolah nanti. Aku cuma ngerasa enggak nyaman aja sama bahu aku. Bukan benar benar sakit." Relci mengangkat dagu Xabiru agar menatap dirinya.

"Tapi nanti aku harus kerja." Wajah Xabiru semakin sedih saat mengatakan itu. Relci jadi merasa kasian melihatnya. Kenapa babynya sangat rewel hari ini? Relci jadi bingung, ini Xabiru atau Gema?

"Kalau gitu, waktu kamu udah pulang kerja nanti kita habisin waktu berdua. Jangan sedih lagi." Relci mengecup sekilas bibir Xabiru yang sedikit melengkung ke bawah. Sopirnya? Dia pura pura nggak liat aja.

"Sekarang sekolah ya?" Tanya Relci hanya di balas anggukkan oleh Xabiru.

Setelahnya Relci mengeluarkan tubuhnya dari mobil itu. Dan Xabiru pun akhirnya pasrah pergi ke sekolah.

Saat mobil Xabiru keluar dari gerbang, ada satu mobil mengikutinya di belakang secara diam diam. Mobil itu berisi para bodyguard yang akan mengawasi Xabiru selama ke sekolah atas perintah Relci. Tentu saja Xabiru tidak tau hal itu.

_________________________________
________________________

Relci berjalan melewati lorong bawah tanah dengan ekspresi dingin dan datarnya. Ekspresi yang hanya dia berikan pada musuh musuhnya. Tidak lupa dengan Zian yang selalu mengikutinya di belakang.

Dia terus menyusuri lorong itu hingga menemukan sebuah ruangan yang cukup gelap karna minimnya pencahayaan.

Zian membukakan pintu untuk Relci masuk. Di tengah ruangan, terdapat seorang pria yang tidak sadarkan diri di ikat di sebuah tiang. Matanya di tutup menggunakan kain.

Relci berjalan duduk di sebuah sofa di pinggir ruangan, tidak ada pencahayaan di sana. Lampu di ruangan itu hanya satu, di atas kepala pria yang di ikat tadi. Pria itu cukup muda, mungkin masih berkepala tiga?

"Bangunkan dia." Ucap Relci dengan nada dinginnya. Matanya terus menatap tajam ke arah pria yang di ikat itu.

Zian meberi kode pada salah satu bodyguard yang berada di dalam ruangan itu. Bodyguard itu pun mengambil se ember air dan menyiramkannya ke arah pria tadi.

Byur!!!

"Akhhhh...." pria itu langsung bangun karna siraman itu. Kepalanya menoleh kanan kiri seperti mencari sesuatu.

"Apa yang kau cari hm?" Tanya Relci rendah.

"Gw dimana? Lepasin gw!!" Pria mencoba berontak dari ikatan pada tiang. Tapi semua itu sia sia, ikatan itu tidak terlepas. Dia malah mebuat badan nya lecet.

"Lepasin? Setelah apa yng kau lakukan pada milikku dan kau berharap aku akan melepaskan mu?" Relci terkekeh setelah mengatakan itu. Apa pria ini tau apa yang sudah dia lakukan?

Zian meberikan sebuah berkas pada Relci. Relci melihat nya sebentar dan bangun berjalan memutari pria tadi.

"Ardi okta syah, seorang pekerja di pabrik rokok yang memiliki seorang istri bernama putri wulan dan anak perempuan bernama keysa wulan. Meski pekerja di pabrik, dia hidup cukup harmonis bersama keluarganya. Hmm.... keluarga cemara? Ahh aku jadi iri." Relci terus berjalan memutari pria itu atau sekarang lebih baik kita panggil Ardi?

Ardi terus berdiri waswas di tempatnya, sekarang dia sudah tau kenapa dirinya di ikat seperti ini.

"Namun karna pabrik mengalami kerugian, mereka harus melakukan PHK kepada beberapa pekerjanya. Dan itu termasuk dirimu bukan?" Relci menaikkkan dagu Ardi menggunakan berkas yang dia baca sejak tadi.

"Apa karna kau sudah tidak punya pekerjaan lagi sehingga kau harus menerima tawaran untuk menusuk seseorang? Semua itu karna uang, atau.... karna keluarga mu?"

"Enggak! Jangan apa apain keluarga gw!" Teriak Ardi.

"Oho.... ternyata penjahat ini sangat peduli pada keluarganya hm?" Relci mengarahkan tangannya ke leher Ardi dan mencekikknya kuat. Kukunya yang cukup panjang juga ikut menggores leher Ardi.

"Kau tau? Saat ini aku sangat ingin membunuh diri mu. Tapi karna aku khwatir ini akan berimpas pada milikku, aku jadi harus sedikit menahannya." Relci melepaskan cekikikannya di leher Ardi yang sepertinya akan mati kehabisan nafas.

Setelah terlepas, Ardi menghirup udara dengan rakus. Dadanya naik turun karna pasokan udara yang masuk.

Para bodyguard yang berada di dalam ruangan itu bergidik ngeri melihat Relci sekarang. Aura yang di keluarkannya sangat berbeda dari biasanya.

"Siapa yang menyuruh mu?"

"Gw nggak bisa kasih tau, na-nanti keluarga gw.... bakal di apa apain sama orang itu." Jelas Ardi susah payah. Dia masih kesulitan untukp bernapas.

"Oh keluarga? Zian, kau sudah mendapatkan mereka?" Relci menolehkan kepalanya ke arah Zian yang berada di belakanganya.

"Sudah Nona, sekarang mereka berada di ruangan yang berseblahan dengan ruangan ini."

Ardi yang mendengar hal itu langsung merasa ketakutan, jantungnya sudah berpacu sangat kecang sejak tadi, "Nggak! G-gw bakal kasih tau siapa. Tapi jangan apa apain keluarga gw. Terserah kalian mau ngelakuin apa aja sama gw asal jangan sama istri dan anak gw."

"Oh benarkaah?" Sontak saja Relci memberikan sebuah tendangan di perut Ardi yang sukses membuatnya muntah darah. Tidak hanya itu, dia juga melemparkan beberapa pukulan di wajah Ardi.

Keadaan Ardi kacau, wajahnya penuh dengan lembam, sudut bibirnya juga sobek akibat pukulan Relci.

Relci cukup puas melihat penampilan Ardi sekarang. Dia suka saat melihat musuhnya yang kacau seperti ini.

"Baiklah, mari kita mulai pertanyaannya." Ucap Relci sambil terkekeh.

_________________________________
________________________

Jangan lupa follow, vote, and komen

See you......


Senin, 25 september 2023
Ig     : huswarelci
Ttk  : huswarelci


Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang