33. Sedikit rasa

7.2K 483 8
                                    

"Kalau begini terus perusahaan ini bisa menurun," Ucap salah seorang pria paruh baya di sebuah ruang rapat perusahaan Pratama Group.

"Ya. Bahkan mungkin kedepannya bisa lebih buruk." Sambung pria lainnya.

"Kita harus bagaimana?"

"Tidak mungkin kita hanya diam saja melihat ini semua."

"Lakukan sesuatu Tuan Daniel."

Keributan itu sudah berlangsung cukup lama. Mereka terus berdebat tentang kemungkinan kemungkinan buruk tapi tidak memberi solusi apapun.

Daniel memijat pangkal hidungnya lelah. Orang orang munafik di depannya ini selalu menuntut dirinya yang harus melakukan semua hal. Dasar para tua bangka.

"Tuan Daniel bisa mengajukan kerja sama dengan M'ka." Usul satu satunya wanita yang ada di sana.

"Ya itu ide yang bagus. Anda bisa melakukannya Tuan Daniel."

Daniel memandang semua orang yang ada di ruangan itu dengan pandangan seperti tidak minat. Baiklah, dia akan menuruti keinginan para manusia ini.

"Baiklah, saya akan melakukannya." Putus Daniel.

Semua orang tersenyum puas dengan jawaban Daniel. Jika begini, mereka tidak perlu untuk khawatir tentang saham mereka lagi.

_________________________________
________________________

Daniel menjatuhkan badannya di sofa. Jam sebelas malam dia baru bisa pulang dari kantor. Dia lelah mengurus semua pekerjaan yang tidak ada habis habisnya itu. Belum lagi dengan masalah yang baru baru ini terjadi.

Mata Daniel menyusuri seluruh penjuru mansion. Sepi, itu lah hal yang dia lihat. Bukan karna ini sudah larut, tapi memang keadaan mansion ini yang setiap saatnya seperti ini. Jika ada Gema mungkin... Tidak, Daniel menggelengkan kepalanya. Ini sudah jadi keputusannya.

"Girya." Daniel memanggil kepala pelayan di mansion itu.

Tidak lama kemudian, Girya sudah berdiri di hadapan Daniel, "Ada yang bisa saya bantu Tuan?"

"Dimana Jay?" Tanya Daniel to the point.

"Tuan Muda masih belum pulang," jawab Girya jujur.

Daniel mengerutkan dahinya, "Belum pulang?"

"Ya Tuan. Tuan Muda belum pulang sejak tadi, tidak juga saat jam pulang sekolahnya."

Daniel menggeram, "anak itu benar benar..." Daniel menghela nafas, mencoba mengendalikan amarahnya.

"Sudahlah, kau bisa pergi."

Girya sedikit menganggukkan kepalanya, "Baik, saya permisi dulu Tuan."

Setelah Girya pergi, Daniel juga ikut pergi dari sana. Melangkahkan kaki menuju ke kamarnya. Dia sangat butuh istirahat sekarang.

Di dinding lorong menuju ke kamarnya Daniel ada begitu banyak foto yang di panjang. Foto foto yang dulu Milanda, istrinya pasang.

Daniel memberhentikan langkahnya. Pandangannya menerawang ke foto dengan ukuran paling besar di sana. Foto yang berisi gambar keluarga kecilnya sebelas tahun yang lalu. Ada dirinya, Milanda, Jay, bahkan juga Gema.

"Ayo Jay cepat berdiri di sini." Milanda terus menyuruh Jay agar berdiri di samping Gema. Mereka akan mengambil foto keluarga. Foto itu akan menjadi yang paling besar di antara foto yang lainnya.

"Jay nggak mau di samping dia." Dan Jay terus menolak.

"Cepat Jay, atau kamu tidak usah ikut." Ucap Daniel yang sudah lelah berdiri sejak tadi.

Gema Relci (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang