Part 28

2.5K 131 4
                                    

Karin dan Sheila sudah berbaring di ranjang bersiap untuk tidur, tapi sebelum itu Karin masih memiliki hutang cerita kepada Sheila mengenai pertemuannya tadi dengan Tante Fitri. Sambil menatap langit-langit kamar, Karin akhirnya menceritakan semuanya kepada Sheila.

"Lo pasti emosi dengernya," ujar Karin bisa menebak respon Sheila tiap ia menceritakan masalah Tante Fitri.

"Iyalah, gila aja. Emang bener kalau sifat manusia susah berubah. Kelakuan emaknya Sandi dari dulu nggak pernah berubah. Bisa-bisanya nggak tahu diri nyalahin lo, padahal yang bikin kalian putus adalah dirinya sendiri," sahut Sheila sambil menggelengkan kepalanya.

Karin menghela napas pelan, tetap saja hati kecilnya masih berharap jika ia bisa balikan dengan Sandi.

"Udah, nggak usah terlalu dipikirin. Inget rencana awal lo buat lupain Sandi," ujar Sheila mengingatkan karena melihat Karin melamun, "Emaknya Sandi sedih kalian putus bukan karena sayang sama lo, tapi sayang sama duit lo aja. Kalau kalian putus kan dia bingung mau pinjem uang ke siapa lagi." Tambah Sheila.

"Kok gitu sih."

"Ya emang kenyataan. Kalau dia sayang sama lo, harusnya tiap kali kalian berantem dia jadi penengah bukan malah nyalahin lo tanpa tahu masalahnya kayak gini."

Karin memiringkan tubuhnya membelakangi Sheila. Mendengar fakta itu hanya membuatnya sedih, "Udah ah, gue nggak mau bahas itu lagi. Mending kita tidur supaya besok bisa bangun pagi," ujar Karin tidak mau mendengar fakta lainnya yang semakin membuatnya kepikiran.

***

Pagi ini Karin sudah membantu di dapur bersama Sheila, acara arisan nanti dimulai sekitar pukul sepuluh. Tidak banyak yang datang mungkin hanya sekitar tiga puluhan orang yang semuanya berasal dari keluarga Novi.

Karin mencomot semangka yang sedang diiris mbak Indah, ia ingin tahu apakah tebakan Arya benar atau tidak semalam.

"Ternyata benar manis," gumam Karin tanpa sadar.

"Ya non, kenapa?" tanya Mbak Indah yang tidak mendengar ucapan Karin.

"Nggak papa kok mbak." Sahut Karin sambil menggelengkan kepalanya.

Saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, para saudara Karin sudah mulai datang termasuk Arya. Acara arisan keluarga ini sebenarnya lebih banyak didominasi oleh makan-makan dan bercerita. Tapi Karin menyukainya karena dengan acara seperti ini bisa menjaga hubungan persaudaraan mereka agar tetap dekat.

Agenda pertama disini adalah makan. Semua makanan sudah disiapkan di tengah ruangan, mereka bebas memilih makanan apa saja. Karin sudah duduk bersebelahan dengan Arya, ia memilih memakan pempek yang pria itu bawakan kemarin. Sedangkan Arya memilih memakan opor dan ketupat buatan Novi.

"Itu pudding buatan kamu?" Arya menunjuk pudding mangga yang ada di hadapannya.

"Iya, nanti Abang coba ya." Sahut Karin.

"Gimana semangkanya? Manis nggak?"

Karin mengangguk dengan antusias, "Bener kata Abang, semangkanya manis."

Arya tersenyum lega, jujur ia takut semangka yang ia pilih tidak sesuai ekspektasi dan malah mengecewakan Karin.

Setelah makan berat, Arya memakan pudding buatan Karin. Ia juga mengambil jajanan yang lain. Sejujurnya ia merasa sungkan datang ke acara keluarga Karin seperti ini. Tapi untung saja semua keluarga Karin menyambutnya dengan baik.

"Enak nggak?" tanya Karin saat Arya memakan pudding buatannya.

"Enak, tapi sedikit kemanisan."

"Abang nggak suka manis ya? Kalau menurutku itu pas," ujar Karin.

Finally, I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang