Part 6

3.1K 161 4
                                    

Karin menghentikan mobilnya di depan rumah Sheila, ia lalu mengirimkan pesan kepada sahabatnya itu agar segera keluar.

Tidak membutuhkan waktu lama Sheila sudah berdiri di samping mobilnya. Karin membuka kaca mobil dan suara riang Sheila sudah menyambutnya.

"Hai love."

Tanpa membalas sapaan Sheila, Karin hanya menunjukkan raut wajah sedihnya kearah sahabatnya itu.

"Kenapa?" tanya Sheila heran melihat wajah sedih Karin.

Sheila menghela napas pelan, ia tahu pasti ada yang ingin Karin ceritakan kepadanya. Sahabatnya itu tidak mungkin hanya mengajaknya mengerjakan revisian skripsi tanpa niat terselubung.

"Buruan keluar, biar gue yang bawa mobilnya."

Tanpa banyak kata, Karin keluar dan berjalan kearah kursi penumpang. Ia sangat berterimakasih kepada Sheila karena selalu mengerti keadaannya.

"Mau ke cafe yg semalam gue kasih tau kan?" tanya Sheila mulai melajukan mobil Karin.

"Iya, gue pengen cobain cheese cake-nya," ujar Karin.

"Ada masalah apa lo?" tanya Sheila memulai interogasinya.

"Nanti aja gue jelasin."

Karin meminta Sheila untuk fokus menyetir terlebih dahulu, ia bisa melanjutkan sesi curhatnya nanti saat tiba di cafe.

***

Karin dan Sheila segera mencari tempat duduk setelah selesai memesan makanan. Mereka memilih duduk di dalam karena cuaca di luar cukup panas.

"Jadi ada masalah apa Karin Claudia Hilmawan?" tanya Sheila sambil menyebutkan nama lengkap Karin.

"Lo tau kan kemarin gue dateng ke acara aqiqahan anak sepupu gue?" Karin memulai intro ceritanya.

"Iya gue udah lihat di status WhatsApp sama instagram lo." Sheila mengiyakan.

"Masa disana gue dijodoh-jodohin sama anak temen lama bokap gue." Keluh Karin.

Sheila tak kuasa menahan tawanya saat mendengar cerita Karin, "Zaman sekarang masih ada ya acara jodoh-jodohan kayak gitu?"

"Iya kan?" Karin membenarkan ucapan Sheila, "Parahnya lagi semua keluarga gue dukung acara perjodohan itu, padahal mereka semua tahu kalau gue udah punya pacar."

"Sejelek apa orang yang mau dijodohin sama lo?" tanya Sheila penasaran.

Karin menyesap caramel latte-nya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Sheila, "Dia nggak jelek, lumayan ganteng sih sebenernya." Karin mengingat-ingat wajah Arya lagi.

"Oh gue kira jelek."

"Enggak, dia dokter. Bokapnya juga sama, malah bokapnya punya jabatan tinggi di rumah sakit swasta itu." Karin menyebutkan rumah sakit tempat Arya dan Om Hendra bekerja.

Sheila tersedak minumannya saat mendengar ucapan Karin, "Lo serius Rin?" tanya Sheila tidak percaya.

"Iya, mereka temen lama bokap gue. Masa katanya waktu kecil dulu gue sering main sama Arya. Tapi gue nggak inget apa-apa tuh."

"Kenapa lo tolak kalau gitu?"

Kini ganti Karin yang merasa heran dengan Sheila, anak itu sahabatnya atau bukan sih. Bukannya membelanya, sahabatnya itu malah ikut mendukung perjodohannya dengan Arya.

Finally, I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang