Part 23

3.1K 127 1
                                    

Entah apa yang merasuki Karin ataukah ia memang sudah gila. Bukannya pulang ke rumah, ia malah datang ke kantor Sandi. Karin benar-benar belum rela jika hubungannya dengan Sandi harus berakhir seperti ini. Ia akan bertanya sekali lagi kepada pria itu apakah yakin mereka benar-benar putus.

Karin melirik jam tangannya, sekarang masih jam makan siang dan Karin tahu jika Sandi jarang makan di luar karena pria itu lebih sering membawa bekal. Sepertinya Karin akan menunggu sampai pria itu pulang. Dengan segera Karin berbalik menuju coffee shop. Ia akan menunggu disana sampai Sandi pulang nanti.

Setelah menunggu selama empat jam lamanya, Karin akhirnya datang ke kantor Sandi. Ia memilih menunggu di lobby sampai pria itu keluar. Saat dari kejauhan melihat Sandi, Karin langsung berdiri dan tatapannya bertemu dengan Sandi. Karin dapat melihat jika pria terkejut saat melihatnya.

Karin masih diam di tempatnya berdiri meskipun melihat Sandi berjalan mendekatinya.

"Kok kamu ada disini?" tanya Sandi saat sudah berada di hadapan Karin.

Bukannya menjawab, Karin malah memeluk Sandi dan menumpahkan tangisnya di dada pria itu.

"Karin kamu kenapa?" Sandi bingung melihat Karin tiba-tiba menangis seperti ini. Ia melihat sekeliling dan ada beberapa teman kantornya yang memperhatikan mereka. Dengan segera Sandi menepuk punggung Karin pelan untuk menenangkan gadis itu.

"Karin, kita pergi dari sini ya. Aku nggak enak banyak yang lihatin kita." Bisik Sandi lalu menarik Karin berjalan menuju motornya terparkir.

Karin melepaskan pelukannya saat sudah berada di samping motor Sandi.

"Aku antarkan kamu pulang ya," ujar Sandi, ia mengirimkan pesan singkat kepada temannya untuk meminjam helm agar bisa pakai Karin pakai.

"Aku nggak mau pulang," ujar Karin menolak.

"Kok nggak mau?" tanya Sandi sambil mengusap air mata di pipi Karin.

"Aku belum makan dari tadi," jujur Karin.

"Okay, kita cari makan dulu setelah itu aku antar kamu pulang." Putus Sandi sambil memakaikan helm di kepala Karin. Ia lalu melajukan motornya menuju tempat nasi goreng langganannya dengan Karin.

***

Karin dan Sandi sudah duduk bersebelahan sambil menunggu nasi goreng yang mereka pesan jadi. Nasi goreng abang-abang ini merupakan langganan mereka sejak dulu. Sandi yang memberitahu tempat ini dan Karin langsung menyukainya karena rasanya sesuai dengan lidahnya. Karena datang cukup awal, penjualnya masih bersiap-siap jadi mereka harus menunggu sedikit lama. Dan Karin menggunakan kesempatan itu untuk berbicara kepada Sandi.

"Kamu kok tiba-tiba ke kantorku tadi?" tanya Sandi penasaran.

"Aku habis dari kampus tadi dan ketemu sama Sheila," sahut Karin.

"Jadi karena itu kamu menangis?"

Karin menganggukkan wajahnya, "Aku marah ke Sheila tadi, aku juga kecewa sama dia. Gara-gara dia kita putus."

Sandi kini jadi tahu alasan kenapa Karin menangis.

"Karin, kamu jangan salahin Sheila ya. Kamu jangan benci juga sama dia karena bagaimanapun dia sahabat kamu. Aku justru berterimakasih sama Sheila, kalau bukan karena dia aku nggak akan tahu apa-apa dan aku akan terus menyakiti kamu. Dia bukan penyebab kita putus, okay?" Sandi berusaha memberitahu Karin. 

"Tetep aja aku sedih, kita harus putus kayak gini." Karin menundukkan wajahnya dan kembali menangis.

"Karin jangan nangis." Sandi memegang pundak Karin agar mau menatapnya, "Meskipun udah putus, kamu tetap boleh merepotkan aku. Kamu bisa chat aku kalau ada apa-apa."

Finally, I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang