Part 38

5.8K 160 4
                                    

Setelah semalam membicarakannya bersama Ratih dan Hendra, pagi ini Arya sekeluarga datang ke rumah Karin untuk membicarakan jika Arya akan berniat serius kepada Karin.

Saat Hendra menjelaskan tujuannya datang kemari, Andi dan Novi malah terlihat bingung karena ternyata Karin belum bercerita apa-apa.

"Aku sebenarnya nggak pernah melarang Karin akan menikah dengan siapa, di usia berapa. Karena dulu Mamanya pun menikah saat masih seusia Karin. Tapi kalau dalam waktu dekat, aku justru kasihan dengan Arya," ujar Andi.

"Kasihan kenapa?" tanya Hendra heran.

"Coba bayangin aja, setiap hari Karin selalu bangun jam sepuluh atau sebelas siang. Setelah itu dia langsung turun buat sarapan dan balik lagi ke kamarnya. Karin nggak tahu pekerjaan rumah dan nggak bisa masak, gimana nasib Arya kalau punya istri seperti itu."

Arya tersenyum kala mendengarnya, ia sudah tahu itu semua. Setiap ia mengabari Karin saat akan berangkat ke rumah sakit, pasti gadis itu belum bangun. Dan setiap malamnya saat mereka melakukan video call, Karin selalu menceritakan hari-harinya yang hanya ia habiskan untuk menonton drakor atau bermain bersama temannya tanpa pernah membantu Novi mengerjakan pekerjaan rumah.

"Aku sudah tahu itu semua Om dan aku nggak pernah mempermasalahkannya," jujur Arya, ia yakin Karin bisa merubah semua kebiasaan buruknya nanti.

"Aku dulu juga nggak bisa masak, tapi setelah menikah aku baru mulai belajar masak." Ratih menambahkan.

Novi juga mengalami hal yang sama, kebiasaan buruknya baru hilang setelah ia menikah. Jika memiliki niat Karin pasti bisa berubah juga nanti.

Sementara di kamarnya, Karin sedang bersiap-siap karena hari ini adalah hari yudisiumnya. Sebentar lagi Karin akan resmi mendapatkan gelar dari hasil jerih payahnya selama berkuliah tiga setengah tahun. Setelah memastikan penampilannya rapi dan tidak ada barang-barang yang ketinggalan di dalam tote bagnya, Karin akhirnya turun ke lantai bawah.

Karin sedikit heran saat tidak melihat keberadaan kedua orang tuanya, karena biasanya Andi dan Novi masih berada di meja makan sekarang.

"Mama Papa," panggil Karin sedikit berteriak.

"Lagi ada tamu non diluar," sahut Mbak Indah.

"Oh ya? Siapa mbak?"

"Pacar non sama orang tuanya."

Karin terbelalak kaget saat mendengarnya, "Mbak serius?"

"Iya, sebentar lagi Non akan menikah ya." Goda Mbak Indah kearah Karin.

Karin hanya bisa menggigit bibirnya dengan panik, ia memang setuju untuk menikah dengan Arya tapi tidak secepat ini juga. Baru semalam ia mengiyakan ajakan menikah dari Arya dan pria itu sudah mengajak orang tuanya ke rumah pagi ini. Karin benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Arya yang terlalu cepat.

"Udah sana non, cepat temui calon suami sama mertuanya."

Karin hanya mengurucutkan bibirnya menatap Mbak Indah, padahal ia sedang panik tapi Mbaknya itu malah terus menggodanya. Tidak ingin langsung ke ruang tamu, Karin coba menguping terlebih dahulu sambil bersembunyi di balik dinding.

"Itu Karin sudah bangun, katamu dia selalu bangun siang. Jangan-jangan kamu sengaja ya bicara seperti itu karena tidak mau Karin menjadi menantuku."

Karin bisa mendengar suara Om Hendra, lalu tidak lama kemudian Papanya ikut menimpali.

"Biasanya Karin memang bangun siang, entah ada apa hari ini dia bangun pagi. Untuk apa aku menjelek-jelekkan putriku sendiri, setiap orang tua pasti ingin membanggakan anaknya."

Finally, I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang