Part 10

3.3K 149 3
                                    

Karin hanya melirik Andi dan Novi yang sudah selesai bersiap-bersiap. Ia masih berbaring di sofa ruang keluarga sambil memainkan ponselnya tanpa semangat.

"Kamu beneran nggak mau ikut?" tanya Novi sekali lagi.

"Enggak Ma, aku dirumah aja," sahut Karin.

Andi dan Novi berencana untuk pijat sore ini, Karin tidak ingin ikut karena sejujurnya ia tidak begitu menyukai pijat. Karin hanya akan pijat saat badannya benar-benar terasa lelah, berbeda dengan kedua orang tuanya yang suka pijat badan dengan rutin.

"Yaudah, Mama sama Papa berangkat dulu. Kalau ada apa-apa telepon ya," pesan Novi.

"Iya."

Karin mengantarkan kedua orang tuanya sampai teras, saat mobil Andi sudah tidak terlihat ia segera naik ke kamarnya.

Karin berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa kesepian sekarang. Inilah tidak enaknya menjadi anak tunggal, di beberapa kesempatan Karin merasa benar-benar sendirian.

Memiliki pacar tidak banyak merubah hidup Karin, karena Sandi juga sering membuatnya merasa sendiri. Pria itu jarang ada di saat Karin membutuhkannya. Sebenarnya masih ada sahabatnya Sheila, tapi Karin merasa tidak enak jika terus mengganggunya karena bagaimanapun Sheila memiliki kehidupan sendiri.

Bicara soal saudara, sebenarnya Karin hampir memiliki seorang adik. Tapi sayang takdir berkata lain, karena saat itu janin yang dikandung Novi tidak berkembang, jadi harus dilakukan pengangkatan. Semenjak itu Novi menjadi trauma, sehingga ia dan Andi memutuskan untuk tidak memiliki anak lagi dan menjadikan Karin sebagai satu-satunya anak mereka.

Saat itu bukan hanya Andi dan Novi saja yang terpukul, tapi Karin juga merasa sangat sedih karena ia yang paling menginginkan seorang adik. Tapi Karin harus berpisah dengan adiknya bahkan sebelum mereka sempat bertemu.

Karena tidak ingin terlalu larut dalam kesedihan, Karin memilih untuk berolahraga. Biasanya ia akan melakukan zumba yang ia lihat dari YouTube. Setelah selesai berolahraga perasaan Karin akan jauh lebih membaik, setelah itu ia akan mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang berkeringat.

***

Saat mengeringkan rambut, Karin mendengar pintu kamarnya diketuk oleh mbak dirumahnya. Karin mematikan hair dryernya sejenak untuk membukakan pintu.

"Ada apa ya mbak?" tanya Karin penasaran karena tidak mungkin orang tuanya pulang secepat ini.

"Ada tamu non dibawah," jawab Mbak Indah.

Karin berdecak kesal, ia tidak suka menerima tamu saat tidak ada orang tuanya. Ia menggigit bibirnya karena bingung harus melakukan apa sekarang.

"Mbak kenal orangnya nggak?"

"Itu non, yang beberapa hari lalu datang kesini buat makan malam. Waktu saya masakin rawon."

Karin berusaha mengingat-ingat dan hanya satu nama yang terlintas di otaknya. 

"Oh Tante Ratih yang datang?"

"Bukan, tapi anak laki-lakinya."

Karin yang awalnya lega karena mengira tamunya adalah Tante Ratih harus kembali panik, karena ternyata Arya yang datang.

"Dia sendirian ya mbak?"

"Iya non."

"Yaudah, mbak siapin minum dulu sebentar lagi saya turun."

Finally, I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang